Tubuh Yuda kini melengkung diatas tubuh gempal Darwin yang basah oleh keringat, sama basahnya seperti tubuh Yuda sendiri. Tangannya menyiku diantara kepala Darwin. Mulutnya sibuk mencium, menjilat, dan mengisap apa saja di tubuh Darwin yang dapat dijangkaunya. Bibir, pipi, leher, dada, dan ketiak Darwin habis dijelajahi oleh mulut dan lidah Yuda. Semuanya itu dilakukan Yuda dengan spontan saking keenakan menggenjot lobang pantat Darwin.
Batang penis Darwin yang menyempal di perut Yuda akibat tindihannya pada tubuh darwin, dengan sendirinya tergesek-gesek oleh perut Yuda yang basah oleh keringat. Dibelakang Yuda, Ali sibuk menyodok-nyodok lobang pantatnya. Menguak buah pantatnya sambil sesekali menjilat dengan lahap. Ali rupanya ingin merasakan bagaimana nikmatnya dubur perjaka Yuda.
Setelah dirasakannya lobang pantat Yuda cukup acceptable, mulailah ia melakukan penetrasi. Penisnya yang tak kalah besar dari punya teman-temannya mulai menembus lobang pantat Yuda. Terang saja Yuda kesakitan. Ini pertama kali dirasakannya. Lobang pantatnya terasa perih. Ia meringis. Namun karena tak mau kehilangan kenikmatan menyodomi Darwin, dibiarkannya saja Ali terus bergerak memasuki tubuhnya. Sementara di depan mereka Ivan dan Stefanus kini sudah berganti posisi. Ivan menungging di lantai, Stefanus menggenjot lobang pantat Ivan seperti menunggangi kuda. Mereka bergerak cepat dan kuat. Berirama seiring erangan mereka.
Film porno di televisi sudah lama usai. Kini giliran cowok-cowok itu membuat film porno mereka sendiri. Nama Tuhan dalam beragam tuturannya menurut agama mereka masing-masing mulai terdengar dalam racauan mereka kini. Mereka benar-benar keenakan. Diantara rasa sakit, Yuda merasakan juga betapa genjotan liar Ali di lobang pantatnya ternyata nikmat.
Tubuhnya menggeletar. Orgasmenya dirasakannya akan segera datang. Pantatnya digerakkan semakin cepat dan liar. Darwin memahami bahwa Yuda akan segera mencapai klimaks. Disemangatinya teman barunya itu dengan kata-kata,
"Ayohh Yudhh.. Shh.. Cepat Yudhh.. Lebih cepat.. Keluarkan Yudhh yahh.. Yeshh.. Ouhh.. Yahh..".
Yuda semakin bertambah semangatnya. Goyangannya semakin menggila. Dibelakangnya, Ali agak kerepotan mengimbangi goyangan binal remaja ganteng itu. Goyangan yang lebih dahsyat dari goyang ngebornya si Inul Daratista.
"Orghh.. Orghh.. Orghh.." Yuda mengerang keras.
Wajahnya meraha padam, meringis, dengan mulut menganga. Cowok itu berusaha keras untuk segera menggapai orgasmenya. Sementara itu menelentang dibawahnya, Darwin mencengkeram buah pantat Yuda kuat-kuat. Membantu cowok itu menggoyangkan pantat semakin keras dan cepat. Dibelakang Yuda, Ali juga akan segera orgasme juga rupanya. Pengaruh goyangan gencar pantat Yuda membuatnya tak sanggup lagi untuk menahan orgasmenya. Dari mulutnyapun terdengar erangan-erangan. Sedangkan Ivan kini duduk dilantai. Tangannya sibuk mengocok penis Setafanus yang sedang berdiri mengangkang di depannya. Penis besar Stefanus tepat mengarah ke wajah ganteng cowok Aceh turunan Arab itu.
Rupanya Ivan menghendaki Stefanus menyemburkan spermanya di wajahnya. Suasana ruang tengah itu benar-benar ramai dengan erangan kelima cowok yang asyik memacu birahi itu.
"Ahh.. Ahh.. Ahh.. Crott.. Crott.. Crot.. Crot.." Yuda orgasme.
Penisnya menembakkan sperma kental putih ke dalam lobang pantat Darwin. Penisnya dibenamkannya dalam-dalam ke lobang pantat Darwin yang merah merekah. Buah pelirnya mengkilap karena basah dan pengaruh jepitan celah lobang pantat Darwin. Karena orgasme, lobang pantat Yuda otomatis berkontraksi. Ali merasakan penisnya seperti diremas-remas dengan kuat oleh celah pantat Yuda. Karena pengaruh remasan itu, Ali tak mampu lagi menahan orgasmenya.
Spermanya langsung muncrat dari lobang kencingnya. Menyembur deras menyemprot lorong sempit milik Yuda. Tubuhnya kelojotan. Pantatnya bergetar hebat. Dipeluknya pinggang Yuda kuat. Mulutnya mencium punggung Yuda yang basah oleh keringat. Hidungnya mendengus-dengus bak banteng ngamuk. Untuk beberapa menit Yuda dan Ali mendengus-dengus hingga sperma mereka berhenti menyemprot. Seluruh persendian mereka terasa lemas. Kaki dan tangan mereka tak sanggup lagi menahan berat tubuh mereka.
Keduanya kini hanya bisa bertindihan lemas diatas tubuh gempal Darwin. Dada mereka turun naik dengan cepat. Darwin dapat merasakan gerakan naik turun dada Yuda di dadanya. Sedangkan Yuda dapat merasakan gerakan dada Ali di punggungnya. Dengan perlahan Darwin kemudian mendorong tubuh Yuda dan Ali yang menindihnya. Kini kedua cowok itu berbaring rapat bersisian di sebelah Darwin. Satu per satu bibir kedua cowok yang baru orgasme itu diciumnya. Kemudian ia bangkit berdiri dan berjalan menuju Stefanus dan Ivan. Tak diperdulikannya cairan sperma kental Yuda yang meleleh turun ke kakinya dari elah lobang pantatnya.
Stefanus baru saja menuntaskan orgasmenya. Spermanya tumpah ruah di wajah ganteng Ivan. Dengan telapak tangannya Ivan melumuri sperma Stefanus itu ke seluruh wajahnya. Kini wajah ganteng cowok Aceh itu mengkilat, penuh lumuran sperma Stefanus. Darwin tertawa geli melihat ulah Ivan. Sementara Stefanus hanya dapat tersenyum lemah melihat hal itu. Darwin segera duduk di sofa. Ditariknya tubuh Ivan kemudian disuruhnya cowok itu untuk menduduki penisnya.
"Dudukin penis gue Van. Gue ingin entot bool elo," katanya.
Dengan sigap Ivan melakukan apa yang diinginkan Darwin. Begitu batang besar milik Darwin terbenam seluruhnya dalam celah lobang pantatnya, Ivan langsung melakukan gerakan pantat naik turun. Cepat dan keras. Kedua tangannya dikembangkan dan memegang sandaran sofa. Bulu ketiaknya yang lebat itu basah oleh keringat terpampang jelas ke arah penonton. Kini tiga cowok yang tuntas orgasme itu berbaring di lantai melepas lelah sambil menonton persenggamaan Darwin dan Ivan. Sambil meyodomi lobang pantat Ivan, Darwin tak lupa mengocok penis besar Ivan yang segede terong itu.
"Ohh enak banget Winhh.. Ohh.. Ohh.." erang Ivan yang keenakan.
"Penis elo enak banget Winhh.. Ohh.. Teken yang dalem Winhh.. Yah gituhh.. Ohh gituhh.."
"Van gue hampir nyampe nih.. Ehh.. Ahh.." kata Darwin.
"Bentar lagi Win. Samaan aja. Gue bentar lagi ohh.."
"Enggak nahan lagi Van ahh.. Enggak nahan.."
"Enggak mau ah. Harus bisa nahannshh.. Biasanya elo kan bisa nahan.. Ahh.."
"Tadi kan gue sudah dibool Yuda, Van.. Ouhh.. Sudah dikit lagi nih.."
"Enggak mau kalau gitu penis lo gue keluarin aja dari pantat guehh uhh.."
"Jangan donghh ahh.."
"Kalau gitu harus ditahannshh.. Ahh.."
"Berapa lama lagihh.. Ouhh.."
"Sampai gue bilang harus keluar bareng.. Ahh.."
"Jangan lama-lama yahh ahh.."
Mereka kembali melanjutkan acara genjot menggenjot. Entah bagaimana, tapi Darwin dapat menahan orgasmenya. Yuda takjub melihat stamina keduanya. Yang paling takjub melihat kemampuan Darwin bisa mengontrol orgasmenya.
"Gila," desisnya melihat kedua cowok binal yang sedang memacu birahi dengan hotnya diatas sofa itu.
"Mereka memang jagonya," celetuk Ali.
Rupanya cowok ini mendengar desisannya itu.
"Mereka rajanya ngesex disini. Waktu Mas Fajar dan Mas Dicky masih kos disini, mereka berdua itu paling didoyanin ama kedua senior itu. Soalnya paling gila kalau ngesex. Paling bisa muasin Mas Fajar dan Mas Dicky. kalau gue enggak bisa segila mereka," terang Ali.
"Gitu ya. terus sejak kapan sih kok elo-elo doyan ngesex sejenis begini?"
"Ya sejak ngekos disini. Yang ngajarin ya Mas Fajar ama Mas Dicky itu. Mereka berdualah yang menyadarkan kami, kalau bukan vagina cewek doang yang nikmat. Namun silit cowok juga," jawab Ali nyengir.
Yuda jadi ikutan nyengir juga dengar jawaban Ali seperti itu.
"Terus cewek-cewek kalian gimana dong?"
"Enggak ada masalah. Jangan elo kira kita ginian terus enggak doyan sama cewek lagi. Gaklah. Tahu enggak lo, Mas Fajar dan Mas Dicky itu rencananya abis wisuda ini mau merit dengan cewek mereka kok. Entar elo dikenalin deh ke mereka, kalau mereka kemari. Biasanya paling enggak dua minggu sekali mereka singgah kemari kok. Biar sudah mau merit tapi mereka tetap enggak lupa kok nagih dubur-dubur juniornya, hehehe," jawab Ali lagi sambil nyengir lagi.
Dan Yuda pun ikut nyengir lagi juga.
"Ohh.. Ohh.. Ohh.." erang Ivan dan Darwin berbarengan.
Ivan mengerang, perutnya yang rata dan berotot itu terlihat menciut. Penisnya yang dikocok oleh Darwin terlihat semakin membengkak. Nampaknya dia akan orgasme.
"Keluarin barenghh Winn.. Ohh.." katanya pada Darwin.
"Okehh ahh.." jawab Darwin kepayahan.
Selanjutnya dari lobang kencing Ivan muncratlah spermanya. Meloncat jauh dalam beberapa kali semprotan dan jatuh ke lantai. Sementara Darwin menekan penisnya dalam-dalam ke lobang pantat Ivan. Darti mulutnya terdengar dengusan keras. Rupanya diapun orgasme juga. Mereka benar-benar melakukan orgasme bersamaan. Tubuh keduanya basah kuyup bersimbah keringat. Membuat tubuh keduanya mengkilap dan terlihat semakin indah.
Lima menit mereka terdiam. Hanya suara deru nafas mereka yang cepat saja yang terdengar. Keduanya masih dalam keadaan duduk di sofa dimana Darwin memangku Ivan sambil tangannya memeluk pinggang cowok itu erat. Penis Darwin masih bersarang di lobang pantat Ivan. Sementara penis Ivan masih tegak mengeras, besar dan merah.
Lima menit kemudian Ivan bangkit dari pangkuan Darwin. Begitu penis besar Darwin yang menyumpal lobang pantatnya lepas, mengalirlah sperma kental milik Darwin dari rongga lobang pantatnya yang terlihat menyeruak dan merah itu. Ivan duduk di sebelah Darwin. Berdua mereka tersenyum ke arah Yuda, Ali dan Stefanus.
"Wuih, enak banget men," kata Darwin tertawa.
Penisnya yang belepotan spermanya sendiri diremas-remasnya perlahan.
"Gimana Yud, keenakan kan elo? Gimana jepitan lobang pantat gue, enak kan?" tanyanya pada Yuda.
"Gila Win. Enak banget," jawab Yuda nyengir.
"Hehehe. Tapi lo masih utang sama gue Yud," kata Darwin lagi.
"Apaan?" tanya Yuda bingung.
"Elo belom ngemut penis gue kan sejak tadi.
Suatu saat elo harus bayar utang elo itu," kata Darwin.
"Waduh. Entar deh Win. Sekarang gue masih ngerasa aneh kalau ngemut penis," jawab Yuda.
"Santai aja Yud. Suatu saat elo bakalan doyan banget deh ngemut penis," ini kata Stefanus.
"Yoi men. kalau sekarang boleh aja elo ngerasa aneh. Gue juga dulu gitu kok. Tapi kalau sudah sekali ngerasakan penis masuk mulut elo, gue jamin elo bakal nagih," kata Ivan sambil mengerlingkan matanya."
Apalagi kalau penis-penis itu bagus-bagus dan gede kayak punya kita-kita, hehehe," Ivan tertawa, disusul oleh ketiga teman baru Yuda yang lain.
Akhirnya ruang tengah itu ramai dengan tawa empat cowok ganteng yang baru saja menuntaskan gairah binal mereka. Sementara, Yuda si anak baru yang baru pertama kali merasakan ngentot dan dientot dengan sejenis, hanya bisa tersenyum malu mendengar kata-kata Ivan yang terakhir.
Keinginan Yuda untuk pindah dari kos Pondok Jejaka, seperti yang direncanakannya saat masuk pertama kali, pupus sudah. Kini ia bertekad kuat untuk terus di Pondok Jejaka hingga kuliahnya lulus. Disini ia bisa memuas-muaskan birahinya dengan keempat cowok ganteng yang menggairahkan itu. Lagipula Yuda kan belum mencicipi bagaimana nikmatnya keempat batang penis besar milik teman-temannya itu. Ada yang segede terong, segede timun, segede pisang Ambon. Ada yang kuning langsat kemerahan, ada yang sawo matang kemerahan, dan ada yang hitam kemerahan. Sayangkan untuk dilewatkan. Jadi buat apa lagi pindah kos? Pikir Yuda.
Tamat