Akhirnya aku bisa menikmati pemandangan kamar mandi yang terletak di belakang rumah melalui komputer di kamarku. Setelah sekian lama, akhirnya aku mendapatkan posisi yang sangat strategis untuk sudut pandang kamera digitalku, sehingga dengan leluasa aku dapat melihat seluruh ruangan kamar mandi, seolah mengintip dari langit-langit. Kamera itu hadiah ulang tahun dari kedua orang-tuaku.
Kenapa aku ingin sekali mengintip kegiatan yang terjadi di kamar mandi itu, semenjak orang tuaku harus pindah tugas ke lain kota, aku harus tinggal sendiri di rumah. Maka orang tuaku mencarikan seseorang untuk membantu mengurusi rumah, karena pembantu kami yang dulu ikut serta kedua orang tuaku. Orang yang diminta untuk mengurusi segala hal keperluan di rumah itu, bernama Doni, umurnya sekitar 22 tahun, tinggi sekitar 167 cm berat proporsional, berwajah menarik (menurutku).
Tubuhnya yang padat dan berotot itu membuat aku ingin melihatnya dalam keadaan bugil. Tapi karena aku takut ketahuan, makanya begitu ada kesempatan untuk membeli kamera digital, dengan segala cara aku mengusahakan bagaimana caranya aku dapat memasangkan kamera itu dengan aman. Sejak kamera tersebut dapat bekerja sebagaimana fungsinya, aku mendapatkan tontonan gratis "live" dari kamar mandi!
Setelah sering aku perhatikan, ternyata tubuh si Doni itu memang pantas diacungkan jempol. Dan mataku paling sering tertuju pada kemaluannya itu. Aku sudah merasa cukup puas dengan melihat tubuh bugil si Doni, pada saat dia mandi, tanpa ada keinginan untuk menggodanya agar menyerahkan seluruh tubuh indahnya kepadaku. Aku kurang cukup nyali untuk itu.
Aku anak kedua dan sekaligus bungsu. Jarak umur antara aku dan kakakku sekitar 6 tahunan. Setelah menyelesaikan kuliahnya kakakku langsung bekerja di perusahaan swasta di Jakarta. Dan sudah hampir setahun dia tidak pernah pulang ke rumah, karena dia mengikuti training di Jerman. Aku sangat mengidolakan kakakku itu, gimana nggak, dia sangat baik, meskipun sikapnya agak dingin.
Tapi aku justru suka sekali karena sikap dinginnya itu. Katanya dua bulan lagi kakakku itu pulang ke Indonesia. Ya, aku sih seneng aja, habis aku kangen sekali sama kakakku itu. Orang tuaku jarang pulang ke sini, mungkin karena terlalu sibuk dengan pekerjaan ayahku, karenanya akulah yang sering mengunjungi mereka, sedangkan rumahku yang ada cuma aku dan si sexy Doni.
Aku sendiri jarang ngobrol dengan si Doni itu, soalnya aku baru pulang ke rumah paling cepat sore, itupun pada saat aku ingin ngintip si Doni pada saat dia mandi sore, kalau terpaksa harus pulang malam ya pulang malam. Maklumlah selain kuliah semester ini begitu padat, aku kadang suka nongkrong bersama teman-teman di daerah sekitar kampus.
Kadang aku juga mengajak teman-teman ke rumah, tapi tidak sering, dan aku tetap merahasiakan kamera pengintaiku itu. kalau mereka sampai tahu, matilah aku, bolehlah kamera itu untuk mengintip di kamar mandi, tapi teman-temanku kan tahu dengan pasti, dirumahku itu hanya ada aku dan pembantuku itu saja. Bisa-bisa mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan "perasaan lain"ku itu.
Pada suatu sore, ketika aku masuk rumah, ternyata kakakku sudah ada di dalam, surprise sekali. Kata kakakku proses trainingnya dipersingkat, sehingga bisa pulang lebih lama. Hmm.. melihat kakakku itu, aku semakin suka saja melihatnya, mungkin selama dia training, dia selalu menjaga otot-ototnya sehingga dia bertambah kekar dan tambah enak dilihat.
Dan wajahnya semakin segar dan ganteng aja. Kata kakakku, dalam waktu dekat ini dia akan dipindahtugaskan ke kota ini. Senang sih, cuma aku takut, kalau-kalau kakakku akan mengetahui kebiasaanku mengintip si Doni di kamar mandi, meskipun aku telah memasang kabel antara kamera dengan komputer secara rapi sekali. Yang aku takutkan, kakakku itu jago ngotak-ngatik komputer juga. Ah.. nggak tau deh!!
Aku melihat perubahan dari kakakku, dia sekarang tidak begitu dingin seperti biasanya, dia agak banyak ngomong (menurutku).
"De, (ade adalah nama panggilanku) sejak kapan si Doni kerja disini?", tanya kakakku ditengah-tengah pembicaraan. "Yaah, kira-kira udah 4 bulanan lah A!" (Aa, panggilan untuk kakakku).
Menurut pembantuku, kakakku sampai kerumah sekitar jam sepuluh pagi, untungnya wajah kakakku tidak beda jauh denganku, sehingga dengan mudah si Doni mengenali bahwa itu adalah kakakku. Dan rupanya aku lihat kakakku sudah cukup akrab dengan pembantuku itu, aku agak cemburu melihatnya, soalnya aku memang kurang tertarik untuk ngobrol basa-basi.
Menjelang malam, kakakku meminta si Doni untuk membeli sate, untuk makan malam ini, oh ya, selain menjaga rumah, pembantuku ternyata cukup jago masak. Sehingga kadang aku makan di rumah juga. Begitu si Doni keluar untuk membeli makan malam, kakakku bersiap mandi, dan aku agak heran, kenapa dia malah mandi di kamar mandi belakang. Pikiran iseng ku mengajak untuk mengintip kakakku yang akan mandi itu.
Jantungku langsung berdegup dengan keras. Cuma rasa keingintahuanku untuk melihat kakakku bugil yang membuatku nekat langsung ngacir menuju kamarku. Aku kunci kamarku, lalu aku memulai aksi ngintipku itu. Aku melihat kakaku sedang jongkok, hanya terlihat kepalanya saja, karena terhalang oleh bak kamar mandi (rupanya sedang buang air besar, red). Aku sih nyengir aja.
Tak lama kakakku selesai menyiram kakus dan bersih-bersih, lalu dia bersiap mau mandi. Dan, aku melihat kakakku melepas semua yang melekat pada tubuhnya, oh.. indah sekali pemandangan di layar monitorku ini. Lalu dia menghampiri gantungan baju dimana si Doni selalu menggantukan pakaian kotornya disitu, ya nggak banyak sih. Dan aku heran, kakakku merogoh-rogoh seperti sedang mencari sesuatu, lalu dia menarik sebuah benda, yaitu.. kolornya si Doni.
Degupan jantungku semakin keras, dan aku semakin penasaran dengan apa yang akan dilakukan kakakku itu. Ternyata dia langsung mencium CD (celana dalam) dan seperti menghirup aroma CD itu. Semakin berdebar jantungku, kepalaku seperti berputar-putar melihat kelakuan kakakku itu. Lalu aku perhatikan kontol kakakku menjadi tegang, sedangkan dia terus menerus menciumi CD itu, dan tangan kanan kakakku memulai gerakan mengocok kontolnya sendiri. Oh Shit!! Aku bertanya-tanya dan semakin penasaran, apakah kakakku menyukai si Doni juga??
Setelah agak lama kakakku mengocok-ngocok kontolnya, lalu dia meraih sebuah botol bening, lalu menumpahkan cairan botol itu ke telapak tangannya, lalu dia menyarungkan CD si Doni itu ke kepalanya. Dan ke dua tangannya sibuk ngotak-ngatik barangnya itu. Aku sempat cekikikan melihat gaya kakakku menyarungkan CD itu menutupi kepalanya. Lalu kakakku menaikkan kaki kirinya sehingga posisinya menghadap kamera, karena itu aku dapat melihat dari arah depan-atas, kakakku sedang menikmati CD yang sudah dipakai sambil ngocok.
Tak lama setelah itu, sambil tangan kanannya mengocok kontolnya, tangan kiri kakakku pindah ke belakang pahanya, dan.., ternyata tangan kirinya itu seperti menekan-nekan sesuatu dari arah belakang. Wajah kakakku tertutup oleh CD, lalu dia menurunkan kaki kirinya dan meraih botol cairan itu lagi, lalu cairan yang ada ditelapak tangannya di oleskannya ke pantatnya, aku dapat melihat dengan jelas, karena pada saat kakakku mengolesi kontol dan pantatnya itu posisinya berubah menghadap bak kamar mandi. Lalu dia lepaskan CD yang menutupin kepalanya itu, dan dia memulai lagi gerakan seperti tadi, tapi kali ini kaki kanannya yang dinaikkan ke atas bibir bak.
Dan seperti tadi pula, sementara tangan kanannya mengocok kontolnya, tangan kirinya di menekan-nekan sesuatu, yang sekarang aku dapat dengan jelas karena posisi kakakku membelakangi kamera, dan aku lihat tangan kiri kakakku, bergerak maju mundur, dan terlihat dengan jelas bahwa dia memasukkan jari tengah ke lubang pantatnya. Oh God!! Apa ini, aku menjadi bingung, apa yang sedang dilakukakan kakakku itu, dan aku merogoh kedalam celanaku, aku keluarkan kontolku yang sudah tegang dari tadi itu, ternyata sudah mengeluarkan cairan bening, aku benar-benar bingung.
Sejak awal dia menciumi CD, aku mulai menduga bahwa kakakku suka dengan si Doni pembantu kami, ternyata bukan aku saja yang suka, kakakku juga. Hanya saja, sekarang ini aku bingung tambah sedikit senang juga, melihat apa yang dilakukan kakakku itu. Sekarang terlihat gerakan tubuh kakakku seperti yang menikmati betul, kocokan tangan dan tusukan jarinya itu. Dan tak lama terlihat tubuh kakakku seperti menegang, mungkin maninya keluar, tidak terlihat sih karena terhalang oleh badannya.
Setelah itu dia mandi, dan aku langsung mematikan komputerku itu, dan mencabut konektor kabel yang menghubungkan antara kabel dan kamera ku itu, lalu aku gulung ujung kabelnya dan aku selipkan di tempat yang aman. Lalu aku langsung menuju kamar mandi biar kakakku tidak mendapatkan aku yang pucat dan bingung, lalu aku mandi untuk menenangkan pikiranku.
Rupanya si Doni sudah pulang dari tadi. Lalu aku dan kakakku bersiap untuk makan malam dengan sate. Pada saat makan, aku sering curi-curi untuk memperhatikan wajah kakakku, setelah kejadian tadi. Tapi aku gak melihat tanda-tanda gugup atau perasaan bersalah. Dan selama ngobrol di meja makan itu, kadang aku secara gugup menjawab beberapa pertanyaan kakakku (Grogi, kesal, marah, horny, red). Lalu setelah makan, aku ngobrol lagi dengan kakakku sambil nonton TV juga sambil merokok, lumayanlah rasa gugup ku bisa aku kendalikan.
Malam semakin larut, aku lihat kamar si Doni sudah tertutup, hmm, berarti dia sudah tidur. "De, tidur yuk", ajak kakakku, entah bisikan dari mana, dengan spontan aku menjawab, "Ya, Aa duluan aja, emang nya kita mau tidur bareng? Aa khan punya kamar sendiri", itu yang terucap dari tenggorokanku, aku kira ucapanku tadi akan berlalu begitu saja, ternyata, kakakku membalas, "Alaa, waktu dulu loe selalu ngerengek-rengek pengen tidur sama Aa!!" balasnya sambil tersenyum lalu mengepalkan tinju. Aku hanya tersipu saja.
Dan sekarang tinggal aku sendiri bengong menghadap TV yang acaranya garing. Aaah bete, emang sih dulu waktu aku masih kecil, aku selalu tidur sekamar dengan kakakku itu, sampai kelas 2 SMP aku mulai jarang tidur dengan kakakku, dan mulai tidur sendiri. Dengan gontai aku matikan TV, lalu aku menuju kamarku. Lalu aku merebahkan diri, dan terbayanglah semua kejadian pada saat aku mengintip kakakku tadi sore itu, menyesal juga aku tidak merekam kejadian tadi sore, lumayan khan bisa diputer berulang-ulang.
Aku merasa akan tidak bisa tidur, aku lihat jam menunjukkan pukul 22.30, gila, belom bisa tidur juga nih. Memang sih aku biasa tidur diatas jam 23.00. Lalu terbayang ajakan kakakku yang mengajak tidur bareng, entah serius entah becanda. Yang paling bingung adalah, aku horny karena melihat kelakuan kakakku, rasa marah, kesal, dan bingung, bercampur. Dan terlintas juga dalam benakku, untuk pindah tidur ke kamar kakakku. Aku berfikir, wajarlah adik kangen dengan kakak sendiri, aku berdalih seperti itu, makanya aku nekat untuk pindah ke kamar kakakku.
Perasaan tegang menyelimuti hatiku. Dan, sekarang tepat didepan ku ada pintu yang menghalangi aku untuk bisa masuk ke dalam kamar kakakku. Dan karena sudah terlanjur nekat dan rasa penasaran yang begitu besar (aku ngaceng pada saat itu, makanya aku menenteng selimut untuk menutupi tonjolannya). Lalu aku ketuk kamar kakakku itu, "A..!!, Aa..!!", tapi, tidak ada jawaban. Kesal juga nih! lalu aku ketuk lagi agak keras seraya memanggil dia. Dan, tak lama terdengar bunyi anak kunci diputar dan terbuka lah kamar kakakku itu, terlihat kakakku hanya mengenakan boxer saja tanpa baju, dan sekilas aku melihat tonjolan di selangkangannya, kayaknya baru setengah tegang. Sebelum dia bertanya, aku langsung mengatakan padanya, bahwa aku pengen tidur dengan dia, soalnya gak bisa tidur, ya kali aja sambil ngobrol malah bisa cepet tidur. Kakakku hanya tersenyum lalu menutup pintu dan mematikan lampu kamar.
Selama berbaring di sebelah kakakku itu aku tambah gelisah, dan degupan jantungku makin mengeras, aku melirik dalam kamar yang remang-remang itu, tonjolan di bawah pusar kakakku itu semakin membesar dan memanjang. Aku menelan ludah dan semakin gelisah. Lalu aku mencoba memejamkan mata agar bisa tertidur. Tak lama aku dikagetkan oleh suara kakakku, "De, loe gelisah gitu kenapa?", aku hanya diam dan terus memejamkan mata pura-pura tidur. Lalu aku membuka sedikit mataku, dan menjaga agar tetap terlihat terpejam, aku melihat kakakku sedang memperhatikan aku. Damn it!!
Aku ingin sekali dicium olehnya. Lalu dengan pelan tangannya meraba dadaku, tepat diatas degupan dadaku. Mati gue!! Kakakku ngetes kali nih. Mendapat sentuhan seperti itu aku makin gak tahan, dan aku sudah tidak peduli lagi dia kakakku atau bukan, lalu dengan gerakan pelan aku tarik menggunakan ku selimut yang menutupi badanku, lagi pula gerah. Dan tentu saja karena aku hanya pake celana pendek, dalam remang seperti itu bakalan terlihat tonjolan diselangkanganku. Aku hanya menunggu reaksi dari kakakku saja, karena aku bingung harus gimana, karena yang dihadapan ku itu bukan orang lain, tapi kakakku sendiri.
Lalu tangan kakakku bergerak dengan pelan menuju arah perut, dan dengan cepat tangannya itu pindah ke kontolku yang udah ngaceng berat. Kakakku meremas-remas kontolku, sepertinya dia ingin tahu seberapa besar diameter dan panjangnya. Nafasku menjadi cepat. Dan tiba-tiba kakakku menghentikan gerayangannya lalu berdiri dan menyalakan lampu kamar. Lalu aku pura-pura terbangun, "A, matiin dong lampunya gak bisa tidur nih", kakakku hanya nyengir aja, lalu naik lagi ke kasur dan mengangkat tubuhku sampai aku terduduk. Kami duduk berhadapan, dan aku melihat kakakku yang hanya mengenakan celana boxer saja, sehingga nampak dengan jelas kontolnya ngaceeng dengan kerasnya.
Lalu kakakku memegang pundakku dan mendekatkan kepalanya ke arah mukaku, aku menatap ke arah mata kakakku dengan penuh harap, dan aku membalas dengan memegang pundak kakakku itu, dan dengan otomatis kami langsung berciuman. Ah, nikmat sekali. Dibukanya kaos yang melekat di tubuhku, dan kakakku seperti yang kesurupan menggerayangi semua tubuhku sambil berciuman, wet kiss, aku pun melakukan hal yang sama, tapi begitu aku hendak meraih isi dibalik boxer kakakku, dia langsung mencegahnya dan menarik kembali tanganku. "kenapa A?" tanyaku, dia menatapku dalam-dalam dan melontarkan pertanyaan, "loe dari kapan jadi kayak gini de?" lalu aku jawab bahwa aku mulai mengagumi kakakku sejak sma, tapi hanya sekedar kagum saja, lama-lama pada saat aku browsing di internet aku melihat gambar-gambar gay, aku jadi tertarik, dan seterusnya..

Bersambung . . . .