Di depanku, Ayah dan Paman menjadi semakin bergairah. Paman dari tadi belum ngecret, sehingga kontolnya banjir precum. Tubuh seksi Paman mengkilat karena keringat, otot-ototnya nampak semakin besar karena efek kilatan itu. Ayah menggenggam kontol Paman dan mengocok-ngocoknya sementara Paman menciumi badan Ayah. Melihat Ayah dan Paman bermesraan seperti itu membuatku keblingsatan dengan nafsu, karena mereka berdua adalah pria paling seksi di muka bumi ini. Jika mereka tinggal di Amerika, tak diragukan, mereka pasti bisa ngetop sebagai bintang porno homoseksual. Kontol Ayah mulai mengencang walaupun tadi sudah capek menghajar pantatku.
"Oohh.. entot pantatku, Irwan.. Aahh.. Kakakmu butuh bantuanmu.. Aarrgghh.." Paman mencoba segala upaya agar Ayah kembali terangsang dan sudi mengentotnya. Tak kusangka Paman suka dientot juga, padahal tampangnya macho sekali.
Ayah dari tadi memperhatikan ekspresi wajahku yang nampak kebingungan, maka tanpa ditanya, Ayah langsung menjelaskan.
"Pamanmu ini memang suka dientot, Rob. Tapi hal itu tidak mengurangi kejantanannya. Dan Ayah yakin, kamu juga tidak mau dianggap lemah dan kurang jantan hanya karena kamu suka dientot, bukan?" Wajahku memerah, omongan Ayah memang benar dan masuk akal.
"Pria sejati memang seharusnya mau mengentot dan juga mau dingentot. Itu namanya saling memberi dan saling menerima. Kapan-kapan, kamu juga boleh ngentotin pantat pamanmu ini. Dan Ayah juga pasti mau mencoba kontolmu di pantat Ayah. Sudah lama Ayah tidak disodomi. Sekarang, kamu nikmati saja kontol Kakek, sementara Ayah mau ngentotin pamanmu."
Paman tersenyum mesum saat Ayah menepuk pantatnya. Itu adalah kode agar Paman segera mengambil posisi nungging. Dengan patuh, Paman ber-doggy-style di atas lantai, tepat di depanku. Wajah kami saling berhadapan sehingga saya akan dapat menyaksikan ekspresi nikmatnya saat dia disodomi oleh Ayah.
"Oohh.." erangnya saat bibir anusnya terbuka dan dipaksa untuk menelan kontol Ayah.
Dengan mudah, kontol itu masuk seluruhnya. Tidak heran berhubung Paman sudah sering disodomi Ayah dan Kakek sejak dia masih seusiaku.
"Aarrgghh.." Wajah Paman menyeringai seperti orang kesakitan. Tapi bukan rasa sakit yang sedang mendera tubuhnya, melainkan rasa nikmat yang amat teramat sangat, tak terlukiskan.
"Oohh.. Kontolmu besar sekali, Irwan.. Oohh.."
"Uugghh.. Tapi Kakak suka kan?" tanya Ayah, sengaja menyodokkan kontolnya lebih keras agar Paman bisa merasakannya.
Erangan-erangan nikmat dari kami berempat memenuhi kamarku. Suasana mulai terasa pengap karena panasnya permainan seks kami. Tubuh kami berempat bersimbah keringat, precum, dan pejuh. Pandanganku mulai kabur karena bulu mataku basah dengan keringat. Tak terasa sudah hampir lima belas menit, saya dan Paman dientot. Paman nampak sangat bergairah akibat sodokan kontol Ayah, dan terus saja menyemangati Ayah.
"Ayo Irwan.. Oohh.. Fuck my ass.. Aarrgghh.. Fuck.. Oohh.. Lebih dalam.. Aarrggh.. Yyeaahh.. Oohh.. Enak banget.. Aarrgghh.. Oohh.."
Ayah juga mengentot Paman lebih keras, seperti sedang mengendarai seekor kuda. Paman sampai berteriak-teriak karena nikmat.
"Aarrgghh!!"
Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Tanpa menyentuh kontolnya, Paman ngecret.
Banyak sekali pejuh yang tertumpah dari kontol ngacengnya. Pejuh Paman menyemprot keluar dan jauh ke depan. Beberapa kali malah muncrat di wajahku. Buru-buru kubuka mulutku lebar-lebar agar pejuh paman bisa mendarat di dalam mulutku. Ah, enak sekali. Sisa pejuh yang menempel di sekitar bibirku kujilat habis. Rasanya agak pahit, tapi tetap enak dan nikmat karena dihasilkan dari kontol.
Paman langsung roboh ke atas lantai, ditimpa oleh Ayah. Meskipun Ayah belum ngecret, dia memutuskan untuk berhenti mengentot Paman karena nafsu Paman sudah terpuaskan. Kakek semakin terangsang melihat Paman ngecret, dan hal itu memicunya untuk ngecret juga.
"Oohh!! Aarrgghh!! Oohh!! Aahh!!"
Kontolnya bergerak keluar masuk lubang pantatku sambil terus menyemburkan pejuh panas. Ccreett!! Ccrroott!! Ccrroott!!
"Uugghh!! Oohh!!" desah Kakek saat kontolnya tercabut keluar. Namun Kakek masih belum selesai ngecret maka dia asal-asalan menyodokan kontolnya ke dalam belahan pantatku. Kontolnya memang tidak masuk kembali ke dalam anusku, namun belahan pantatku sudah cukup menstimulasinya sehingga Kakek puas. Saya terbaring lemas di atas lantai yang berlumuran pejuh dan precumku. Kontol Kakek memang luar biasa, namun saya terlalu capek untuk ngecret.
Kakek mencium bibirku sebentar lalu bangkit berdiri. Kontolnya bergoyang-goyang sambil menodai lantai dengan sisa pejuh saat Kakek berjalan keluar. Ayah segera bangun dan mengikuti Kakek. Nampaknya mereka memang sengaja meninggalkanku berduaan saja dengan pamanku. Paman memandangiku dengan pandangan mesumnya seakan bertanya 'Masih mau dientot?'.
Meskipun saya sudah lemas, namun saya tetap merindukan sensasi nikmat akibat dientot. Maka kuanggukkan kepala sambil tersenyum malu. Pamanku langsung bangkit berdiri dan menghampiriku. Kontolnya mulai menegang lagi, membayangkan nikmatnya mengentot denganku. Kupandangi kontolnya dengan tatapan penuh harap, ingin mencoba rasanya.
Dengan kekuatannya, Paman memapahku dan membaringkanku di atas ranjangku. Saya merasa seperti pacarnya saja. Dengan lembut dan mesra, Paman mencumbuiku. Bibirku dicium-cium sementara lidahnya menyelinap masuk. Kedua tangannya memeras-meras dadaku yang bidang. Putingku tak luput dimain-mainkan olehnya.
"Hhoohh.. Hhoohhsshh.. Oohh.." desahku, birahi mulai bangkit. Bersamaan dengan itu, kontolku bangun dan mulai berdenyut-denyut kembali.
Kupeluk tubuh pamanku dan kubalas ciumannya. Kami berguling-guling di atas ranjang seperti pasangan pengantin baru. Kutatap mata Paman dan kulihat gelora nafsu di dalam sana. Paman ingin bercinta denganku. Seperti layaknya seorang kekasih, Paman mengambil tangan kananku dan kemudian menciumnya seraya bertanya..
"Robert sayang, boleh nggak Paman bercinta denganmu?" Saya mengangguk-ngangguk, antusias.
"Boleh, Paman. Robert bersedia disodomi Paman."
"Keponakanku yang tersayang," ucap Paman seraya menciumiku lagi.
Kedua kakiku dilebarkan agar anusku terbuka. Lubang pantatku memang sudah mulai kelihatan longgar. Bibir anusku agak bengkak sedikit akibat penetrasi Ayah. Noda-noda pejuh masih tampak di sekitar anusku, sebagian mulai mengering dan menjadi kerak.
"Ah, Paman terangsang melihat anusmu, Rob. Paman masukin yach?" Dan saya kembali mengangguk. Dengan posisi berlutut, Paman mencoba untuk memasukiku.
"Aargrghh.." erangnya.
"Oohh.. Sempit banget, Rob.. Hhoohh.."
Sambil menggeram kecil, Paman mendorong kontolnya dan.. PLOP! Kepala kontolnya sudah masuk. Anusku mulai berdenyut-denyut penuh gairah, tak sabar untuk segera disodomi Paman.
"Aarrgghh.. Yyeaahh.. Paman.. Nikmat sekali.. Oohh.. Ayo, Paman.. Robert udah nggak tahan lagi.. Oohh.. Saya mau dingentot.. Oohh.. Paman.." desahku, menggapai-gapai tubuh Paman.
Ah, seksi sekali melihat tubuhnya sambil berbaring. Sejak dulu, saya memang suka sekali dengan Paman. Tak pernah terpikirkan bahwa saya akan sedekat ini dengan Paman dan bahkan disodominya.
"Aarrgghh.. Oohh yeeaahh.." Sengaja kulingkarkan kedua kakiku di pinggang Paman dan menariknya mendekati tubuhku. Paman menurut saja. Dengan demikian, dia bisa mengentot dan sekaligus menciumku.
Tetesan keringat Paman jatuh ke atas tubuhku. Tubuhku sendiri kembali berkeringat. Kontol Paman sama enaknya dengan kontol Ayah dan Kakek, besar dan panjang. Prostatku kembali menjadi bulan-bulanan, disodok-sodok. Orgasmeku mulai meningkat, sedikit demi sedikit. Kuremas dada Paman dan kupelintir-pelintir putingnya. Pamanku keblingsatan dan makin bergairah. Sodokannya terasa menguat dan desahan napasnya semakin memburu.
"Oohh.. Rob, Paman mau ngecret.. Hhohh.. Bersiaplah.. Aarrgghh.."
Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Kontol Pamanku berdenyut-denyut, menyemprotkan cairan kejantanannya. Pejuhnya tersemprot masuk, bercampur dengan pejuh Ayah dan Kakek.
"Aarrgh!! Aarrgghh!! Aarrgghh!!" Tubuhnya bergetar dan berguncang-guncang seperti banteng ngamuk. Cengkeramannya menguat saat orgasme sedang menguasainya.
"Oohh!! Uugghh!! Aarrgghh!!" Saat kontolnya selesai berejakulasi, Paman lemas dan menjatuhkan tubuhnya di sampingku. Dia terengah-engah sambil memandangku.
Berbaring telanjang bulat di samping Paman yang sudah kuidolakan sejak kecil membuatku tak tahan untuk tidak ngecret. Segera kukocok-kocok kontolku yang sudah tegang dan basah. Bekas pejuhku membuat kocokanku makin licin dan enak.
"Oohh.. Hhoohh.. Hhoosshh.."
Terus dan terus kukocok kontolku. Paman merangsangku dengan memain-mainkan dadaku, sambil membisikkan kata-kata yang merangsang.
"Oohh.. Paman.. Mau sampai.. Aarrgghh.. Paman.. Oohh.. I love you.. Aarrgghh.."
Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Seluruh otot tubuhku berkontraksi hebat saat pejuhku dimuntahkan keluar. Ini adalah ejakulasiku yang ketiga dan benar-benar nikmat, meskipun semburannya agak lemah dibanding ejakulasi pertama.
"Aargghh!! Uuggh!! Hhoohh!!" Berkali-kali, pejuh kumuntahkan lagi dan lagi dan lagi.. Sampai akhirnya berhenti sama sekali. Paman melingkarkan tangannya di bahuku dan menciumiku dengan mesra. Kubalas ciumannya sambil memeluk tubuhnya.
"Oohh.. Keponakanku, i love you" bisik Paman.
"I love you too, Uncle", balasku.
*****
Menurut pandangan umum, terutama dari kaum wanita, bahwa pria akan langsung tidur setelah seks mungkin benar, karena Paman dan saya langsung ketiduran. Seks tadi benar-benar melelahkan, tapi nikmat sekali.
Sejak saat itu, hidupku berubah menjadi lebih baik. Ayah, Paman, dan Kakek berhasil membangunkan sisi homoseksualitasku yang sudah tertidur lama. Kini saya lahir kembali sebagai seorang pria homoseksual dan saya tidak menyesalinya. Setiap hari, kami berempat saling mengentot dan memuncratkan pejuh. Saya bahagia menjadi bagian dari keluarga ini, keluarga Budiman.

Tamat