Terima kasih kepada RumahSeks untuk berkenan menampilkan ceritaku ini, cerita ini merupakan sesuatu yang pernah ada dalam hidupku dan kuharapkan bisa kembali lagi suatu hari nanti. Cerita ini kupersembahkan kepada orang yang sangat kucintai namun sekarang tinggal berjauhan denganku.
*****
Inilah ceritanya, Seperti biasa pagi itu terasa begitu cepat datang, rasanya aku masih sangat betah dengan tempat tidur empuk ini tapi apapun yang ada dipikiranku aku akhirnya harus bangkit juga dari tempat tidur ini, jam sudah menunjukan pukul 5.45, aku harus bangun cepat karena takut terlambat sampai ketempat kerjaku di sebuah Bank Swasta di kota Makassar. Namaku rifki saat ini aku 23 tahun, saya anak lelaki biasa namun satu hal yang kurasa berbeda dan sedikit membuatku tidak terlalu nyaman adalah. Sudah lama aku menyadari akan ketertarikanku terhadap sejenis namun hal itu berusaha kututup-tutupi bahkan aku sangat munafik pada diriku sendiri akan hal ini, namun akhirnya entah karena apa atau mungkin karena aku sendiri yang sudah tidak tahan terus berpura-pura pada diriku sendiri, aku memberanikan diri untuk memulai hal ini.
Ini dimulai sejak sekitar 2 tahun yang lalu di tempat PKL ku, yang sekarang sudah menjadi tempat dimana saya bekerja, saat itu aku dalam proses akhir penyelesaiaan pendidikan D3-ku di sebuah lembaga pendidikan yang cukup terkenal di kota ini aku mendapat pengalaman yang membuatku berpikir bahwa keadaanku yang selama ini tidak dapat kuterima itu ternyata sesuatu yang bisa kunikmati dan menjadi titik pijakan bagiku melepas rasa bersalah akan hal ini. Sekaligus memulai memasuki bentuk kehidupan dimana saya mestinya berada.
Hari itu hari Jumat merupakan hari kerja terakhir dan juga mencukupkan 2 minggu saya di Bank tersebut, saya berusaha bersikap sebaik mungkin kepada semua pegawai disitu maklum saya Cuma nebeng di tempat ini untuk keperluanku, sejak masuk 2 minggu lalu saya sudah di rolling ke 2 departeman dan semuanya cukup lancar saja. Sekarang saya di devisi Kredit Consumer, lumayan banyak pekerjaan khususnya di hari Jumat biasanya para karyawan disana kerja sampai malam.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan semua yang seharusnya kuselesaikan hari itu akhirnya selesai juga, memang anak magang tidak terlalu dipaksa untuk itu hanya karena merasa harus menyelesaikan dan itu dipercayakan pada saya maka saya harus juga.
"Dek sudah jam tujuh, kalau memang belum selesai bisa dilanjutin nanti aja, hari senin?" ucap Pak Rudi padaku, dan membuatku juga tersadar bahwa sekelilingku sudah mulai sepi, sudah banyak orang yang pulang dan tinggal beberapa orang diruangan itu, Pak Rudi adalah orang yang bertanggung jawab langsung untuk bidang yang kukerjakan. Dia yang memintaku mengerjakan pekerjaan yang sedang kukerjakan ini.
"Sudah selesai ko, pak!" jawabku.
"Antar keruangan ya, saya juga sudah mau pulang nih?" pintanya.
Yang kukerjakan adalah file kredit jadi harus sangat hati-hati dan teliti penyimpanannya, Selesai mengisi blangko pemeriksaan saya membawa berkas-berkas tersebut keruangan Pak Rudi, saya mengetuk pintu.
"Masuk Rif!" jawabnya. Setelah masuk,
"Bawa sini!"
Dia meminta berkas itu, saya pun menyodorkannya dan dia langsung mengambilnya satu persatu dan meletakannya di rak-rak dalam lemari file, suasana malam ini agaknya berbeda dari biasanya saya agak lebih santai dan sepertinya dia juga. Biasanya kalau berhadapan dengan Pak Rudi saya sangat kaku karena mungkin penampilannya yang terlalu tenang dan kelihatan sekali kalau dia orang yang cerdas dan sangat di hormati bawahannya, namun secara diam-diam sejak saya pertama melihatnya dalam hatiku tersimpan kesan yang mendalam tentang pisik dan sikap orang ini, dia sangat tampan dan bentuk tubuh laki-laki yang proporsional dan menurutku cukup seksi, usianya sekitar 30-an walaupun kalau saya pikir dia masih terlalu muda.
"Rifki tinggal dimana?" dia menanyaiku sambil melanjutkan mengambil dan meletakkan file tersebut satu persatu sesuai dengan urutan tertentu.
"Di Jalan Raccing Centre pak!" jawabku.
"Lumayan jauh ya!"
"Iya Pak agak jauh tapi angkutan umum kesana lancar ko pak!" saya menjawab dengan spontan saja.
"Dengar-dengar katanya bapak orang baru ya di cabang ini?" entah karena apa saya mengeluarkan pertanyaan seperti itu tapi saya rasa bukan karena basa-basi tapi rasanya memang ada ketertarikan dalam diriku untuk tahu lebih banyak orang dihadapanku ini.
"Iya saya baru satu bulan disini, dan suasana disini cukup sesuai dengan harapan saya sebelumnya," jawabnya.
"Saya permisi duluan ya! Pak!" ucapku sambil bersiap menginggalkan ruangan itu setelah selesai dengan urusan file tersebut. "Entar dulu dek, nanti kita pulang bareng aja, saya juga sudah mau pulang sekarang," ucap Pak Rudi dan membuat saya menghentikan niat saya untuk pergi meninggalkan ruangan itu.
"Kalau memang rifki tidak ada keperluan lain diluar?" tawaran Pak Rudi padaku yang sama sekali tidak kuduga.
"Enggak ada ko, Pak!" jawabku menyetujui.
Selesai dengan itu kami akhirnya meninggalkan kantor yang sekarang mulai berangsur sepi, sekitar jam 7.50 dengan mobil Escudo Pak Rudi.
"Kita cari makan dulu baru pulang ya!" ucap Pak Rudi padaku, saya tidak menjawab pertanyaan itu tapi menunjukkan sikap menyetujui.
Entah kenapa dalam hatiku muncul suatu perasaan yang aneh terhadap Pak Rudi entah itu hasrat atau cuma pikiran ngelantur saja, saya mulai merasa bahwa ini bukanlah hal biasa, ini bukanlah acara pergi makan saja tapi sepertinya Pak Rudi juga agak memendam sesuatu karena sikapnya selama diperjalanan seolah-olah agak tegang dan sepertinya juga tidak sesantai tadi di kantor. Tapi saya berusaha menafikan suasana itu pikirku karena mungkin dia lelah saja.
"Bapak sebelumnya dari cabang mana?" tanyaku basa-basi mencoba membuka kebekuan suasana.
"Saya dari Surabaya, baru setahun bergabung dengan Bank ini!" jawabnya.
"Background pendidikan saya sebenarnya bukan Perbankan tapi Manajemen Pemasaran" lanjutnya lagi.
Pembicaraan kamipun akhirnya berlanjut sampai pembicaraan pribadi dan akhirnya saya tahu bahwa Pak Rudi belum bersitri, dia tinggal sendiri disini. Setelah selesai makan disebuah rumah makan sederhana di Pantai Losari dia mengajak jalan keliling melihat beberapa tempat yang ingin dilihatnya. Jam 10.00 malam kami pun pulang.
"Gimana kalau kamu singgah dirumah dulu, entar saya antarin pulang," ucap Pak Rudi sambil terus melajukan mobilnya.
"Bisa khan?" tanyanya lagi.
"Ya, bisa ko pak," jawabku
"Atau sekalian bermalam dirumah aja besok khan libur," saya berusaha menolak ajakan itu karena mungkin basa-basi saja, pikirku dan juga sangat tidak lazim saya nginap dirumah orang yang belum lama saya kenal, tapi sepertinya dia agak maksa untuk itu, jadi saya terima saja.
Saya pun akhirnya dirumahnya. Rumahnya lumayan besar untuk orang yang tinggal sendiri, dan tidak ada pembantu. Dia memberi saya kaos dan celana pendek serta handuk dan meminta saya mandi di kamar mandi disebuah kamar, sepertinya itu kamar untuk tamu, Dan dia mandi di kamarnya. Selesai mandi dan ganti pakaian saya keruangan tamu duduk sambil nonton TV, dan beberapa saat kemudian dia keluar dengan mengenakan kaos dan celana pendek juga, dan luar biasa Pak Rudi malam ini luar biasa mengagumkan, seksi hanya itu yang muncul di dalam pikiran saya tapi saya berusaha menyebunyikan kekaguman saya terhadapnya, berusaha terus untuk pura-pura memperhatikan acara TV yang walaupun dalam hati saya lebih tertarik memandangi tubuh Pak Rudi yang Proporsional itu ditambah aroma segar maskulinnya semakin membuatku deg-degan. Tapi beberapa saat kemudian saya berhasil mengalihkan pikiran dan perhatianku dari hal itu karena kami mulai bercerita banyak hal yang cukup menarik. Terus terang malam itu hasratku yang selama ini kukekam untuk tidak menyukai laki-laki benar-benar teruji dan sepertinya tidak ada bagian dari pikiran saya yang tidak mengagumi Pak Rudi.
Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Kami nonton sambil terus saling bercerita.
"Sudah jam sebelas nih, kalau masih mau nonton di kamar aja ada TV ko, bisa nonton sambil tiduran" ucap Pak Rudi kemudian berjalan kepintu depan memastikan pintu sudah terkunci, "yuk!" ajaknya sambil dia mematikan TV.
Tanpa berkata apa-apa kami pun masuk kamar dan dia langsung tiduran di atas tempat tidur yang besar itu, TV-nya berada disebelah kiri tempat tidur tersebut, dia sengaja memilih tidur disebelah kanan agar saya bisa tetap nonton. Beberapa menit kemudian sepertinya dia sudah benar-benar tertidur. Tapi sekarang dalam pikiran saya benar-benar dipenuhi berbagai hal yang saling bercampur aduk, kekagumanku pada Pak Rudi secara pisik, dan semua hal yang melekat padanya, serta saya merasakan ini bukanlah ketertarikan biasa tapi benar-benar sebuah hasrat untuk bisa melakukan sesuatu yang khusus dengan orang ini.
Sekarang konsentrasiku pada acara TV tersebut buyar, saya lebih tertarik memandangi Pak Rudi yang sudah tertidur dengan terlentang disampingku, matanya yang terpejam membuatnya kelihatan makin seksi, bibir nya yang tipis dan bekas cukuran yang nampak mulai kasar nampak kontras dengan kulitnya yang putih membuat hasrat dalam diriku semakin menggebu, namun saya masih sangat takut, untuk hal-hal yang sekarang bersarang dalam pikiranku, ingin rasanya saya memeluknya, menciumnya dan mengulum bibir itu.
Saat itu saya berpikir jika memang Pak Rudi memiliki ketertarikan kepada saya mengapa dari tadi dia tidak berbuat apa-apa yang bisa membuat saya tahu akan hal itu, karena sejak dari kantor tadi sikapnya benar-benar masih dalam batasan yang wajar dan hal biasalah bagi 2 orang laki-laki tidur di satu tempat tidur, namun kemudian saya berpikir kenapa juga dia menawariku menginap di rumahnya dan sudah sebaik ini padaku apalagi sampai tidur sekamar dan seranjang dengannya. Saya berusaha untuk konsentrasi pada Acara TV yang kutonton dan memang agak bisa membuatku sedikit memalingkan pikiranku darinya. Namun saat acara tersebut berakhir dan saya berusaha tidur semua pikiran itu kembali, sengaja saya tidak mematikan lampu terang kamar tersebut karena takut akan melakukan sesuatu yang tidak-tidak pada Pak Rudi.
Saya berusaha tidur mungkin karena lelah sekali akhirnya saya bisa juga tertidur namun diluar dugaanku, rasanya sangat singkat sejak saya terlelap tadi saya merasakan berada dalam pelukan seseorang, dan saya juga merasakan tangan yang sedang meraba dada dan perutku, seperti mimpi namun saya langsung tersadar bahwa sekarang saya dirumah Pak Rudi dalam hati saya bertanya mungkinkah Pak Rudi.
Bersambung . . . . .