Airmataku tidak bisa berhenti mengalir, hatiku sangat pedih karena perasaan kehilangan, aku tetap menangis sekeras-kerasnya, tak kupedulikan para penumpang pesawat tujuan Jakarta yang mungkin sedang memperhatikanku. Kakakku memelukku dan merayuku supaya diam, "tidak" aku tidak bisa diam aku akan menangis terus, dalam bayanganku hanya lambaian tangan tanda perpisahan dari nenekku dan ketiga adikku. Mereka mengantar keberangkatan kami hingga pintu masuk keberangkatan airport. Aku terus membayangkan wajah mereka, wajah-wajah yang aku sayangi.
Kedua orangtuaku adalah pengusaha minuman di sebuah kota di pulau kalimantan, kami termasuk keluarga besar, aku mempunyai tiga adik laki-laki dan kakak perempuan, nenekku juga tinggal bersama dengan kami, nenekku sangat sayang padaku, keputusan orangtuaku akan mengirim kakakku (yang memang sudah punya niat juga) dan aku yang baru berusia sembilan tahun untuk tinggal dan sekolah di Jakarta. Aku sebenarnya sangat keberatan dengan meninggalkan nenekku dan ketiga adikku yang juga teman bermainku, karena kakakku merayuku terus dan memaksa kepada orangtuaku akhirnya di setujui juga.
Tinggal di Jakarta bukan hal yang gampang buatku, aku tidak pernah bermain dengan anak-anak tetanggaku, aku lebih cenderung jadi pendiam dan lebih suka belajar atau mengerjakan pekerjaan apasaja untuk menghabiskan waktuku di rumah padahal usiaku masih tergolong masih kecil. Hidupku sangat kesepian tetapi kegiatan-kegiatan yang aku lakukan sangat mengurangi beban pikiranku ini. Waktu aku di kelas 5-SD, saat sedang istirahat aku duduk sendiri di depan lapangan olahraga sambil membaca buku cerita sejarah, beberapa teman sekelasku mengajakku ke kantin tapi aku menolak dan akhirnya mereka pergi. Sedang asik membaca tiba-tiba ada sebuah benda empuk mengenai kepalaku, dan ternyata bola plastik yang sedang dimainkan oleh anak-anak kelas 1-SD, dengan manis anak kecil menghampiriku sambil berkata "kak maaf nggak sengaja" dengan tersenyum aku membalas "gapapa, nggak sakit kok, tapi mainnya hati hati yaa, eh.. nama kamu siapa dek?" sambil mengambil bolanya kembali anak itu menyahut "Ronald, makasih kakak" kemudian berlari pergi meninggalkanku. Aku masih menatapnya pergi sambil mengingat adik-adikku kembali.
Sejak saat itu aku mulai suka mencari Ronald dan sering bermain dengannya, kebetulan jam pulangnya sama dengan jam aku beristirahat, kadang-kadang Ronald juga mencariku sampai kekelasku dan sudah pasti teman-temanku akan menggodanya. Teman-teman sekelasku mengira ronald adalah adikku memang sepintas dia mirip denganku, aku cepat akrab dengannya dan aku sering membelikannya makanan, yah begitulah hingga akhirnya aku lulus SD dan pindah sekolah. Sekolah di SMP & SMA sifatku tidak berubah aku selalu ingin menyayangi anak-anak kecil dan selalu dengan sengaja aku bermain ke kelas SD yang kebetulan juga ada di sekolah yang sama hanya berbeda gedung, sebenarnya perasaanku sangat malu tapi aku suka menggunakan berbagai alasan untuk menghindari teman sekelasku yang berusaha mengajakku bermain, bahkan aku menerima beberapa pucuk surat dari teman-teman wanita yang menyatakan suka padaku, tetapi aku hanya tersenyum saja, aku tidak punya perasaan jatuh cinta kepada siapa-siapa aku hanya ingin bermain dengan anak anak kecil saja itu pikiranku selama aku sekolah. Bahkan aku punya banyak sekali teman-teman kecilku di SD dan mereka semua sangat suka padaku yang penyayang.
Ketika masa kuliah, aku sudah berkumpul dengan adik-adikku serta orangtuaku sayangnya kami sudah kehilangan nenekku. Di tempat kuliah aku menyukai seorang wanita dan berpacaran dengannya, namun masa bersama kami hanya berjalan kurang dari satu tahun karena aku menyukai anak baru, sampai 4 kali aku berganti pacar dan ada juga yang memutuskanku karena sifatku yang suka bermain game ketimbang bermesraan. Ketika ada permainan baru "Rally Daytona" ini menjadi mainan favoritku, waktuku dan uang di dompetku bisa kuhabiskan untuk permainan ini.
Satu hari setelah pulang kuliah (masa kuliahku sudah hampir 4 tahun) aku bermain ke satu mall di Jakarta selatan yang jarang aku kunjungi, tujuanku ke game station hanya ingin bermain Daytona. Sampai di tempat bermain aku langsung tukar coin dan ngantri di mesin Daytona yang ternyata cukup banyak peminat. Aku memperhatikan satu persatu perlombaan pemain Daytona dan aku tertarik pada seorang anak yang berlomba ligat sekali permainannya, karena dia yang memimpin terus pertandingan hingga selesai, "aku ingin bertanding dengannya", pikirku. Benar saja pemain lain sudah bergantian dia masih tetap duduk dan memasukkan coin kembali dan aku juga sudah mendapatkan kesempatan bermain. Jadi ini kesempatanku bertanding dengannya. Dalam pertandingan pertama aku kalah, kemudian berikutnya aku menang, aku tersenyum puas tapi anak ini cuek sekali.
Begitulah hari-hari kulalui dengan bermain Daytona, dan aku sudah mulai suka bermain ke mall ini dan pada hari berikutnya "ouw..ouw.. ternyata anak itu lagi, hehehe bukan aku saja yang gila Daytona dia juga" tanpa membuang-buang waktu aku langsung duduk di sebelahnya dan aku masukkan coin sisa kemarenku bermain. Sewaktu bertanding anak ini berteriak girang padaku seolah-olah sudah akrab denganku, aku hanya tertawa kecil saja, dan pertandingan kali ini dia menang lagi, saat ingin mengulang aku memasukkan coin lagi ternyata kurang satu, sambil mengorek ngorek kantong celanaku tapi tak kutemukan, maksudku ingin menukar coin lagi tapi ternyata anak ini sudah memasukkan satu coin ke mesinku, aku tersenyum padanya dan berkata "terima kasih dek" dia mengangguk kemudian tanyaku "namamu siapa dek?" Jawabnya sambil memperhatikan gamenya "Antony kak" aku tersenyum dan memperkenalkan "aku Raffel".
Mengenal antony membangkitkan semangatku yang dulu lagi, aku menyukai antony. Diam-diam Aku menyelidiki antony ternyata dia baru kelas 6-SD di sebuah sekolah internasional di Jakarta dan setiap pulang sekolah biasanya langsung pergi ke mall bermain Daytona. Karena terlalu sering bertemu akhirnya kami menjadi akrab. Aku ingin traktir antony makan, caraku satu-satunya adalah bertanding Daytona, aku menawarkan yang kalah harus mentraktir makan, tanpa berpikir antony langsung setuju. "Aku harus mengalah agar aku bisa traktir antony" pikirku. Pada saat bertanding awalnya aku harus serius supaya antony tidak tahu tujuanku, namun akhirnya aku tidak perlu mengalah karena ternyata permainan antony sudah menang. Kemudian aku mengajaknya makan sepuasnya di sizzler, aku menggandeng tangannya seakan-akan antony adalah adikku, hari itu aku sangat senang sekali.
Hari berikutnya aku bertemu lagi dengan antony kali ini dia yang membuka suara "yang menang ditraktir makan pizza". Aku setuju sekali, dalam benakku "aku harus mengalah nggak etis aku ditraktir anak SD". Dan kami memulai lagi pertandingan, ketika waktu hampir selesai dan sebentar lagi akan finish antony menabrakkan mobil balapnya ke dinding batu sehingga terguling dan mobiku malah maju ke garis finish, hmm anak ini aneh aku bermaksud mengalah malah dia mengalah untukku. Akhirnya kami pergi ke pizza-hut dan ternyata antony pesan makanan tidak tanggung-tanggung, terlalu banyak untuk kami makan berdua. Awalnya aku akan membayar bill makanan ini tetapi antony mengatakan "ini giliranku", antony mengeluarkan dompet dari tas sekolahanya aku melihat kartu atm lippo, dan dompetnya berisi cukup tebal, aku kaget sekali anak seusia ini sudah mengantongi uang sekian banyak.
Semakin sering kami bertemu, antony semakin dekat denganku dia menjadi anak yang penurut dan aku menjadi sayang padanya. Aku ingin membuat sesuatu yang berbeda kali ini, "yang kalah harus traktir dan tidak boleh ikut makan" kataku dengan serius, "sure" jawabnya. Ini strategiku jadi aku harus berusaha menang dan ternyata berhasil. Kemudian kami membeli pizza dua potong dan segelas softdrink setelah antony bayar kami langsung menuju ke mobilku, di dalam mobil aku makan sendiri sambil mengajak antony ngobrol, sesekali aku menatap wajahnya yang kelihatanya tergiur dengan makanan ini, aku kasihan dia hanya bisa menelan liur saja, setelah memakan sepotong habis, aku membuka kotak potongan pizza yang lain dan memakannya setengah dan sisa gigitanku kudiamkan dan berkata "ton habiskan sisanya" rupanya antony sangat berminat, langsung dicomot pizza yang tersisa itu dan dimasukkan ke dalam mulutnya, begitu juga dengan minuman bekasku diteguknya, itulah pertama kali antony menikmati makanan bekas dariku, ternyata dia suka. Hari berikutnya juga begitu, kelihatannya antony sangat menikmati makanan bekas dariku, dan aku sendiri senang memberinya seperti ada satu perasaan yang membuat aku lebih dekat dengannya.
Pada waktu yang ketiga kalinya aku sudah mengatur rencana lain, kali ini dua buah cheese burger dan segelas orange juice aku habiskan semua tanpa sisa. Dengan cuek aku menjalankan mobil dan akan mengantarnya pulang (aku sudah mengantar antony pulang ke-rumahnya tiga kali, namun belum pernah masuk ke rumahnya). Diam-diam aku menatapnya, rencanaku berhasil wajahnya cemberut, diam membisu, waktu itu perasaanku senang sekali, kemudian aku membelokkan mobilku ke dalam sebuah restoran, singkat cerita aku membeli sebungkus nasi goreng seafood dan kemudian melanjutkan lagi perjalananku, aku tidak langsung mengantarnya pulang kuarahkan mobilku lurus terus dan kemudian masuk jalan tol. Wajahnya masih cemberut dan diam tidak bersuara (aku tahu dia kesal karena tidak aku sisakan cheese burger dan minumanku seperti biasanya) sepanjang jalan hanya lagu MLTR dari CD-mobilku yang terdengar, hingga kami menembus tol jagorawi, dan sampai di satu tempat peristirahatan aku berhenti, antony masih diam saja, kemudian aku mengambil nasi goreng sambil berkata "aku laper banget neghh" tapi antony masih tetap diam saja. Aku mulai makan seolah-olah tidak mempedulikannya, ketika aku mengintip wajahnya agak memerah, perasaan senangku berubah menjadi kasihan, setelah aku makan tiga sendok kemudian aku menyuapkan kemulutnya dan disambutnya dengan senyum malu-malu kemudian dilahapnya, "hehehe.." manis sekali gayanya. Aku menyuapi antony hingga habis nasi goreng itu dimakannya, bahkan aqua 1,5 liter juga habis diminumnya karena salah tingkah, wajahnya kembali ceria.
Aku melihat ke-tubuhnya terutama bagian perutnya membuncit, "ton kamu hamil yaa" candaku "ha..ha..ha.." disambut dengan tawanya kemudian aku suruh membuka baju kaosnya, ketika aku melihat perutnya yang putih sedang kembung kataku lagi "waah.. jangan-jangan kamu cacingan" dengan wajah yang manja dia bersuara pelan "..a..aa..h" melihatnya bertingkah manja kemudian aku mencium pipi-nya dan antony tersenyum bangga. Pada saat pertama kali aku mencium pipinya hatiku terasa bahagia dan juga terharu (saat itu aku mendapatkan kembali perasaan kehilangan kasih sayangku kepada adik-adikku yang belum tuntas kuberikan pada mereka), dalam khayalanku ANTONY BOCAH berusia 12TAHUN telah menjadi milikku, aku ingin bersamamu, aku ingin membawamu tinggal bersama, dengan uang tabunganku dari pemberian mama aku sanggup membiayai hidupmu, membiayai sekolahmu bahkan aku ingin mengajakmu bermain ke Disneyland berdua yah kita berdua saja. "Kakak kenapa?" pertanyaan antony membuyarkan khayalanku. Hari sudah hampir sore, aku segera menjalankan mobilku, aku harus memutar kembali jalan yang kulalui dan mengantarkan antony pulang ke rumahnya. Sepanjang perjalanan hatiku bahagia sekali aku berjanji pada diriku sendiri akan sayang kepada antony selamanya.
Ketika sampai di depan rumahnya, aku menatap wajahnya dan berkata "ton sampai jumpa lagi besok yaa" antony menjawabku "kakak main ke rumah tony dulu ya, please.. kakak kan belum pernah mampir" tanpa pikir panjang aku parkirkan mobilku di depan pintu gerbang dan turun bersama antony, aku memang ingin bersamanya lebih lama hari ini setelah aku menciumnya. Pintu dibuka oleh seorang wanita Chinese, penampilannya eksklusif dengan rambut disanggul cukup tinggi, pantas saja wajah tony cakep ternyata dilahirkan seorang ibu yang sangat cantik berkulit putih bersih. Dengan sopan aku menunduk dan mengucapkan "selamat sore tante" dan dibalasnya dengan senyum manis. Kemudian dia berkata kepada anaknya "tony mama sebentar lagi mau pergi resepsi cepat kamu mandi, kemana saja pulang sampai sore begini" sambil berlari kecil antony membuka bajunya dan menjawab "tuh! mama kalo mau marah sama orang ini saja, dia mengajakku keliling naik mobil sampai lama" antony menunjuk kepadaku, seperti disambar petir aku jadi kaku, diam tidak bergerak aku terpaku. Antony tega sekali salahkan aku di depan mamamu.
Saat aku duduk di sofa ruang tengah sendirian tante Lily menghampiri sambil membawa segelas rootbeer untukku, dia duduk di depanku sambil membuka suara "raffel kamu ajak tony kemana?" aku kaget dengan pertanyaan ini, aku menenangkan diri sejenak "nggak, nggak kemana-mana cuma jalan-jalan saja tante" jawabku dengan perasaan bersalah, aku takut antony bercerita kepada mamanya selama ini aku telah memberinya makanan bekasku, aku juga khawatir antony akan menceritakan aku telah mencium pipinya, perasaan takutku membuat aku jadi kaku berbicara dengan tante Lily. Apalagi mama tony memberikan banyak sekali pertanyaan terutama menyangkut pribadiku semua kegiatanku bahkan sampai nomor telepon rumahku, aku seperti diinterogasi seorang polisi, aku terpaksa menjawabnya tapi dengan perasaan takut, bersalah bahkan kesal karena mama tony ingin sekali tahu urusanku. Karena merasa sungkan aku segera pamit walaupun tony belum selesai mandi. Tante Lily memintaku menunggu tony selesai, aku tidak mau, aku tidak suka tante Lily terlalu banyak bertanya soal pribadiku, kemudian aku berteriak pelan sambil mendekati ruang kamar mandi "tony.., kakak pulang dulu yaa, dahh.." tidak ada sahutan tapi pintu kamar mandi terbuka tony keluar dengan mengenakan handuk dan badannya masih basah, tony menarik lenganku sambil berkata "tunggu 15 menit lagi tony mau ngomong."
Walaupun tante Lily memintaku duduk di sofanya, aku bersih-keras tunggu di dalam mobilku saja, kira-kira 10 menit tony sudah berpakain rapi dan masuk ke dalam mobilku sambil berkata "kak Raffel kaget yaah, jangan marah ya Kak tadi tony cuma becanda, hehehe." Aku masih tetap diam saja "kak Raffel kalo nggak ada acara main ke sini aja, tony pengen main sama kakak lagi tapi tony mungkin harus banyak di rumah nanti, soalnya sudah mau dekat ujian, kakak pasti maukan?" aku mengangguk sambil tersenyum "mama tony nggak galak kok, jadi kakak nggak usah takut lagipula mama juga senang ketemu kakak" katanya meyakinkanku. Aku menyalami tangan tony tanda setuju, "kakak akan datang terus bermain dan ajarin tony belajar, tapi jangan kerjain kakak kaya gitu lagi yaa" antony mencium tanganku dan kemudian berkata "hati hati yaa kak, besok tony tungguin kakak di rumah aja, dah..dah.." aku melihat lambaian tangan antony walaupun mobilku sudah cukup jauh meninggalkannya, sepanjang perjalanan pulang aku sangat bahagia, hidupku tidak kosong lagi, kehilanganku telah kutemukan kembali, apa yang selama ini aku cari telah kudapatkan, akan aku pelihara selamanya tak akan kulepaskan lagi, kebahagianku saat ini tidak dapat kugambarkan, "terima kasih Antony, terima kasih tante Lily, terima kasih Nenek, terima kasih Adik-adikku, terima kasih Mama".
Bersambung . . . . .