Aku mandi dengan niat membersihkan diri. Setelah membersihkan bekas sperma di sekitar kontolku dan bulu kontolku yang baru tumbuh-biasa aku mencukur bersih bulu kemaluanku, agar bersih saja dan enak dilihat. Aku lakukan rukun mandi wajib, aku berwudhu kemudian menyiram kepalaku dan tubuhku. Kulakukan beberapa kali. Ada rasa lega.. Tapi selalu begini. Mimpi basah, tapi dengan objek bersama laki-laki.. Ingin aku mimpi basah yang normal.. Atau ini gara-gara aku sebelumnya lihat Dimaz yang masturbasi dan berefek ke tidurku? Ya Allah.. Ada apa dengan umatmu yang satu ini? Ada syetan dalam tidurku..!
Ketika aku kembali ke kamar, Dimaz sudah pindah tidur ke tempat tidurku. Ada rasa was-was kalau dia menemukan tumpahan spermaku di sana. Tapi ketika kuperiksa, tidak ada bekas cairan. Berarti hanya tumpah dicelana. Aku lega. Dimaz masih nyenyak kulihat tidurnya. Di penglihatanku Dimaz tidur telanjang, bugil! Kugelengkan kepala untuk menghapus bayangan mesum itu.
Setelah sholat Subuh, aku berpakaian dan bersiap berangkat kantor. Ketika aku sedang memakai sepatu, Dimaz bangun.
"Kamu puasa Yadi?" tanyanya dengan suara berat." Tadi aku tidak sahur.."
"Insya Allah," jawabku.
"Kenapa? Kau tidak puasa," aku balik bertanya. Dia mengeluh.
"Nggak tahulah. Aku.." dia tidak lanjutkan kata-katanya. Tapi aku tahu apa yang akan disampaikannya. Sesekali bayangan tubuh telanjang Dimaz kembali berkelebat di mataku. Hh.. Apaan ini? Kepalaku jadi terasa sangat pusing..
"Udah, mandi saja sana. Bersihkan diri dan sholat subuh.. Syetan jangan diikuti.." tambahku. Hh, aku juga kalau sedang begitu, malas bangun.
Sesampai di kantor, suasana masih sepi, belum ada yang datang, kecualai office boy dan satpam. Masih terlalu pagi. Aku ada kerjaan utama yang harus segera diselesaikan yaitu membuat presentasi pakai power point untuk laporan akhir tahun perusahaan. Malas aku memulainya. Aku buka email dan aku tersadarkan. Anggota milis porno yang ada, masih belum kubuang. Hari ini, menjelang siang, aku bersihkan semua file maksiat yang ada di komputerku termasuk link internetnya. Aku delete semua tanpa kecuali dan rasa 'sayang'. Ada rasa lega. Ini baru hal kecil Yadi! Suara itu hadir lagi. Lebih akrab. Kalau kamu mau kembali ke jalan yang benar, ada usaha-usaha lain yang harus kamu lakukan. Dan lebih besar dari hanya membuang file seperti tadi..
Kulihat sekeliling. Aku berharap menemukan Elang pagi ini. Aku mau laporan, betapa leganya kalau sperma keluar sendiri lewat mimpi, setelah hampir tiga bulan aku tidak masturbasi. Tidak ada Elang. Tapi suara hati yang baik tadi terasa terus mengulang-ulang terdengar di telingaku.. Suasana kantor semakin siang, semakin sibuk.
Seharian aku di depan komputer, diselingi kehadiran Bang Jay dan Adrian, anak baru di kantorku. Adrian tidak begitu ganteng menurutku, cuma anaknya santai banget. Dan satu lagi, yang aku kurang senang adalah 'cari mukanya'. Kupikir apa yang dilakukannya memang perlu baginya sebagai anak baru. Kutepiskan pikiran jelek mengenai dirinya. Tapi yang jelas, dengan kehadiran Adrian di tim kerja ini, membuat efek negatif pada semangat kerjaku.
Menjelang sore, kutitipkan CD file presentasi ke Rina untuk disampaikan kepada Bu Poppy yang kebetulan hari itu sedang keluar kantor. Ingin aku pulang tidak terlalu malam dan sholat tarawih di mesjid hari ini. Seminggu lagi lebaran. Ibadah yang sekali setahun ini, seringkali mengangenkanku. Tapi entah kenapa, kemaksiatan masih saja kulakukan, walau dengan rasa dosa menyertainya. Setiap kali niat untuk tobat aku ikrarkan, setiap kali pula godaan itu menguji..
Adrian sedang di ruangan studio foto, tempat kerjanya Bang Jay ketika aku jalan untuk melemaskan otot dan otakku. Suntuk juga lama-lama di depan komputer. Dia memang diminta mempersiapkan materi foto untuk mockup iklan shampo. Ketika aku masuk keruangan yang dipenuhi banyak foto itu, kulihat Adrian dan Bang Jay yang duduk berdampingan sedang menikmati foto-foto di layar monitor. Kulihat akrab sekali mereka berdua.
"Puasa-puasa liat gituan?" seruku menyaksikan apa yang mereka lihat.
Itu adalah koleksi Bang Jay, yang dulu aku pernah lihat juga. Foto adegan ML hetero dan homo! Mereka tertawa saja. Aku tak tahu, apakah mereka puasa atau tidak. Tapi aku tahu mereka keduanya muslim. Syetan terkutuk sedang merasuki ruangan ini, batinku. Aku segera keluar.
"Kalau nggak nafsu, katanya nggak apa-apa," suara Adrian membela diri.
Walau bagaimana pun otak pasti merekam untuk dapat menjadikan bahan tadi jadi pemicu nafsu kotor, kataku dalam hati. Kenapa tidak kau sampaikan langsung Yadi! Aku menggeleng sambil melangkah ke meja kerjaku. Sulit aku untuk menjelaskannya, karena akupun tidak gampang untuk menjauhkan diri dari hal yang berdosa. Aku masih terus usaha.. Ya Allah, bantu aku ya..
Aku merapikan mejaku. Rasanya aku harus menemukan diriku sendiri. Aku harus lakukan sesuatu.. Batinku berkecamuk. Aku duduk di kursiku. Mungkin efek lapar karena puasa, membuat otakku terasa sangat aktif. Segala dialog terasa terngiang jelas di telingaku.. Tanganku menggerakkan mouse mencari kesibukan.
Aku terbangun ketika terasa ada yang menghembuskan angin ditelingaku dengan kencang. Dari tadi memang terasa ada hembusan angin, tapi kuhiraukan saja karena ngantuk. Aku ketiduran! Kucari tahu jam berapa sekarang dengan mengaktifkan layar komputerku. Sudah hampir jam tujuh! Kulihat sekelilingku sudah sepi. Huh! Tega-teganya tidak ada yang membangunkanku.
Aku melangkah ke ruang dapur cari sesuatu untuk membatalkan puasaku. Siapa tadi yang membangunkanku? Kuambil gelas dan menuju dispenser untuk mengambil air hangat campur air dingin. Alhamdulillah! Rasa segar menyelusuri pori-poriku ke seluruh tubuh. Rasa kantukku mendadak hilang. Tapi keseimbanganku belum pulih benar. Kembali aku ke ruanganku untuk mengganti sepatuku dengan sendal. Aku harus segera sholat Magrib. Sebentar lagi waktu Isya masuk. Aku ambil wudlu di toilet belakang yang bersebelahan dengan ruang sholat. Dengan tenang aku sholat sendiri.. Dan terasa ada ikut sholat juga. Kukeraskan bacaan sholatku dan ada suara "Amin" yang menyertai suaraku. Entah siapa. Biasanya kan bahu imam ditepuk kalau mau ikut sholat berjamaah.. Dan kalau sendiri, berdiri di samping kananku.. Tapi ini dia di belakangku.
Kadang aku malu dengan sholatku selama ini. Kenapa tidak membuat aku menjadi baik? Atau paling tidak, aku kuat untuk tidak gampang menghadapi hal-hal yang penuh maksiat. Tapi selama ini masih saja aku gampang melayani hal-hal yang diharamkan itu..
Persis saat aku selesaikan sholatku, dan mengecek ke belakangku untuk bersalaman, tidak ada siapa-siapa. Kudukku merinding.. Siapa yang tadi jadi makmum? Suara "Amin" jelas tadi terdengar di rakaat pertama dan kedua. Siapa..? Aku lanjutkan dengan berzikir pelan. Azan Isya mengumandang beberapa menit kemudian. Kenapa suara azan sekarang terasa nyaring kedalam ruangan ini? Setelah beberapa saat merenung, berdoa, aku lanjutkan dengan sholat Isya. Begitu mudahnya aku melaksanakn apa yang jadi kewajibanku, tapi begitu mudah juga aku melakukan yang dilarang Tuhan.. Ya Allah, ampunilah umatmu ini. Kembali hatiku bergetar..
Rasa lapar yang sangat, membuat aku segera turun setelah sholat, keluar kantor cari makan. Kurapikan rambutku yang masih ada sisa air dengan menyisirnya dengan jari-jariku Satpam yang kutemui terkejut melihatku.
"Pak Yadi belum pulang?" tanyanya.
"Iya, tega ya tidak dibangunkan untuk berbuka..," kataku dengan nada canda. Kutepuk bahunya sebagai jawaban "tidak apa-apa" agar dia tidak sampaikan alasan. Tapi tetap dia berbicara..
"Tadi saya sudah periksa, diatas nggak ada orang kok.. Cuma.." aku tidak mendengar lanjutan kalimatnya. Keburu lapar.. Langkah kupercepat ke warung.
Aku tersenyum saja sambil melangkah ke warung langgananku. Untung masih ada makanan untuk berbuka. Warung sudah tidak begitu ramai. Aku dapat bonus kolak labu. Teh hangat kembali menyegarkan seluruh tubuhku. Inilah salah satu nikmat orang berpuasa.
Selesai makan aku kembali ke kantor, untuk mengganti sendalku dengan sepatu. Setelah aku pakai sepatu, aku jadi ingat CD presentasiku untuk Bu Poppy. Aku ke ruangannya yang tidak terkunci. Ruangan yang cukup luas dengan satu set kursi tamu dan ada meja makan atau biasa kami gunakan juga untuk rapat kecil. Di pojok ada rak buku yang sangat kusuka untuk menumpang baca. Ada jendela yang di luarnya dapat lihat keramaian jalan raya.
Kulihat di meja kerjanya sudah tidak ada CD yang kucari, berarti sudah dibawanya, pikirku. Entah kenapa timbul rasa ingin kencing, membuat aku melangkah ke kamar mandi ruangan kantor ini. Ruangan kantor Bu Poppy ini memang ada kamar mandinya. Komplit lagi, seperti rumah tinggal. Memang kantornya seperti rumah tinggal, ada kulkas juga, kompor kecil dan microwave. Hm, komplit deh..
Deg! Pintu kamar mandi tidak sempat kubuka lebar. Tapi cukup untuk dapat melihat ke dalam. Kulihat pemandangan yang membuat syarafku menegang. Ada dua orang cowok sedang mandi di bawah pancuran, berhadapan sambil berciuman. Ah.. Mestinya aku tutup pintu ini, dan membiarkan adegan itu berlalu. Tidak dinikmati seperti ini.. Aku malah sudah tidak ingin kencing..
Bang Jay dan Adrian! Dapat kulihat wajah yang sudah basah dan penuh nafsu itu setelah mereka melepaskan ciuman yang rapat sekali tadi. Jantungku, seperti biasa merespon rangsangan yang kulihat dengan berdetak kencang. Yadi, tutup pintunya! Ah.. Entah kenapa tanganku diam saja, membiarkan pintu terbuka dan mataku menyaksikan adegan bugil dua makhluk sejenis itu. Nafasku sedikit sesak..
Mereka saling berdekap, berpelukan. Gerakannya membuat kulit mereka saling bersentuhan, rapat sekali. Saling gesek, elus. Tubuhku menggigil. Tapi tetap tidak menutup pintu, dan membiarkan mataku menikmati kemaksiatan itu. Tangan Adrian turun mencari batang Bang Jay yang menegang. Menariknya ke samping. Mengocoknya dengan pelan. Mempermainkannya. Akhirnya Adrian menggenggam kontolnya dan kontol Bang Jay di telapak tangannya. Dua batang bulat itu saling menggesek rapat sekali. Tangan Bang Jay di bahu Adrian meremas. Wajah mereka kembali saling mendekat lagi Ah.. Dapat kudengar suara penuh nafsu itu. Kakiku masih menggigil.. Adrian masih mempermainkan dua batang itu dengan kedua telapak tangannya.. Beberapa saat adegan itu terasa menghipnotisku untuk tetap berdiri di pintu kamar mandi ini.
Bang Jay sekarang memutar tubuhnya dan Adrian memeluknya dari belakang. Adrian mencium belakang telinga Bang Jay, ke pipinya. Tangan Bang Jay kebelakang, meremas batang Adrian di pantatnya. Tangan Adrian bergerak dari dada, terus turun ke depan kontolnya Bang Jay, menggenggamnya, mengocok barang itu. Ah.. Tutup pintunya Yadi! Kembali suara itu terdengar. Kulihat ke sekeliling ruangan. Tidak ada siapa-siapa. Kembali pandangkanku ke pasangan yang makin panas itu. Jantungku dan tubuhku sudah susah diajak kompromi..

Bersambung . . . .