Gubuk itu terlihat kumuh dan kotor. Dinding-dindingnya
yg terbuat dari papan dan anyaman bambu sudah bolong
di beberapa tempat. Semak dan rumput tinggi melebat di
sekitarnya. Atapnya yg terbuat dari anyaman daun dan
rumput sebagian sudah lepas dari tempatnya. Gubuk itu
sendiri merupakan satu-satunya bangunan yg ada di
tempat itu. Satu-satunya tempat yg dihuni manusia
sepanjang radius seratus km.
Desahan-desahan nafas memburu terdengar dari balik
dinding bambu. Sesekali terdengar erangan halus suara
wanita ditingkahi oleh suara berat yg bisa dipastikan
suara pria. Suara decitan persendian kayu yg tidak
terpasang sempurna terdengar berirama mengiringi
desahan dan erangan yg berasal dari dalam gubuk.
Di dalam gubuk, di atas sebuah ranjang kayu kasar yg
berlapis kasur usang, terlihat sepasang manusia yg
berbeda jenis kelamin sedang bergumul dalam keadaan
telanjang bulat. Keringat membasahi tubuh mereka. Yg
pria adalah seorang berkulit gelap, kurus dan renta,
sedangkan yg digumulinya adalah seorang wanita yg
sangat cantik, masih muda dan segar. Kulitnya putih
mulus dengan tubuh yg indah yg jelas terlihat kalau
tubuh itu adalah tubuh yg sangat terawat baik.
"ohh...," desah manja meluncur dari bibir mungil
wanita itu. Wajahnya sangat cantik, bulat telur dengan
mata bening. Rambutnya yg sebahu bergoyang liar
seirama dengan gerakan tubuhnya.
"Ohh.. ohh..," pria tua yg menggumuli tubuh mulus
telanjang gadis cantik itu mendengus penuh nikmat.
Pria itu berwajah keriput dengan rambut jarang-jarang
nyaris botak. Giginya yg nyaris habis membuat pipinya
yg kurus menjadi makin cekung.
"Ohh.. Neng Desy suka kan beginian sama saya?" kata si
pria di tengah usahanya menggauli wanita cantik yg
berada di bawah tindihannya. Wanita yg dipanggil
dengan sebutan Desy itu tersenyum samar antara ya dan
tidak.
"Ohh.. iya Pak.. Ahh.. Saya suka.." wanita itu
menjawab dengan nada manja, matanya menyipit merasakan
gairah seksual yg mendesak-desak tubuhnya, sementara
suara berdecak dari kemaluan mereka yg bersatu ketat
terdengar cukup keras. Mendengar itu pria tua itupun
kian bersemangat menggenjotkan penisnya ke dalam
vagina si wanita membuat ranjang yg mereka pakai
berdecit-decit keras.
"Ohh.. ohh.. ohh.. " pria tua itu mengejang. "Oohh..
ohh.. saya mau ngecrot Neng Desy.. ohh.. ahh..!!"
Desy merespon desakan penis pria tua itu pada
vaginanya. Genjotan dan sodokan penis pria itu
membakar sensasi seksualnya, tubuhnya yg muluspun
menggeliat penuh nikmat.
"Oohh.. ohh.. ahh.. aahh..!" Desy mengerang keras,
kepalanya bergoyang liar, tubuhnya mendadak melengkung
membuat payudaranya yg kenyal, putih dan mulus mencuat
menggemaskan. Sesaat kemudian Desy merasakan semburan
cairan hangat memenuhi liang vaginanya, rupanya pria
itu telah berejakulasi di dalam rahimnya. Sesaat kedua
tubuh itu menegang sebelum akhirnya melemas kembali.
Untuk beberapa saat lamanya pria itu tetap menindih
tubuh telanjang Desy seolah sedang meresapi setiap
kenikmatan yg bisa dia peroleh dari tubuh putih mulus
itu. Kemudian pria itu tergolek di sebelah tubuh Desy,
nafas keduanya terengah setelah mencapai kenikmatan
seks yg begitu tinggi. Pria itu menoleh menatap wajah
cantik Desy, Desy memalingkan wajahnya. Sebutir air
mata mengembang di sudut matanya. Perlahan Desy
bangkit dan duduk bersimpuh di ranjang dengan kedua
tangan mendekap payudaranya yg telanjang. Pria itupun
duduk, kemudian memeluk pundak Desy.
"Neng Desy memang hebat ngentotnya," kata pria itu
sambil mencium pipi mulus Desy. Desy diam saja
diperlakukan begitu rupa, perasaannya campur aduk tak
karuan.
"Ngomong-omong bener nggak sih namanya Neng itu Desy
Noviyanti?" tanya pria tua itu sambil tetap menciumi
pipi Desy. Desy hanya mengangguk pelan.
"Dan Neng bilang Neng Desy adalah penyiar TV?"
Desy kembali mengangguk, ingatannya menerawang ke
kejadian beberapa hari yg lalu.
Sebagai seorang presenter, melakukan perjalanan ke
luar Jakarta bukanlah hal baru bagi seorang Desy
Noviyanti. Meski begitu saat tugas ke Sumatera itu dia
terima ada sedikit rasa ragu di hatinya. Rasa ragu itu
makin menjadi ketika, karena cuaca buruk, penerbangan
mereka terhambat dan memaksa mereka meneruskan
perjalanan melalui darat.
Di tengah jalan cuaca terus tidak bersahabat, hujan
lebat terus menyiram bumi sejak mobil mereka bergerak.
Jalan yg rusak membuat sopir harus ekstra hati-hati
dalam mengemudikan mobil, beberapa kali mereka nyaris
selip karena jalan berlumpur begitu licin. Desy merasa
agak ngeri melihat keadaan di sekelilingnya, yg bisa
dilihatnya hanyalah pohon-pohon besar yg terlihat
menyeramkan. Desy tiba-tiba merasa ngeri membayangkan
kemungkinan yg akan mereka alami.
Tiba-tiba mereka semua dikejutkan oleh suara keras
dari arah depan.
"Awas..!" teriak salah satu kru. Sebatang pohon
tumbang berderak mengerikan dan langsung melintang di
tengah jalan. Sopir tidak sempat menghindar karena
jaraknya yg terlalu dekat, seketika itu pula mobil
terpental ke atas saat rodanya menggilas batang pohon
tumbang itu. Seluruh penumpang menjerit saat mobil
menjadi liar tak terkendali dan meluncur keluar dari
jalan utama. Desy menjerit ketakutan saat mobil
berguncang keras, kepalanya membentur sesuatu yg
keras, dan seketika semuanya menjadi gelap.
Desy membuka matanya, pandangannya kabur, kepalanya
terasa berputar, sekujur badannya terasa sakit, tapi
saat melihat keadaannya, Desy berusaha merangkak
keluar dari mobil yg sudah ringsek itu, mengabaikan
rasa sakitnya, mengabaikan wajahnya yg berdarah-darah.
Samar-samar dia melihat mobilnya yg sudah rusak berat.
Keempat rodanya mencuat miring ke atas. Desy
terguncang melihat keadaan itu. Pandangannya kembali
mengabur, kemudian Desy terkulai lemah. Saat
itulah,antara sadar dan tidak, Desy melihat sekilas
ada bayangan yg bergerak di dekatnya, kemudian Desy
merasa tubuhnya seperti diangkat oleh bayangan itu.
Desy sama sekali tak mampu menahan hal itu. Dia
merasakan bayangan itu membawanya pergi, setelah itu
Desy kembali pingsan.
Desy membuka matanya, dia menemukan dirinya terbaring
lemah di atas ranjang kayu, bau kain usang menguar di
sekelilingnya. Desy mencoba untuk bangun tapi rasa
sakit menderanya.
"Ohkk...!" Desy merintih menahan sakit yg makin
menghebat tiap mencoba bangkit. Akhirnya Desy
menyerah, dia kembali berbaring lemah di ranjang. Air
matanya bercucuran menahan rasa sakit yg menderanya.
Desy melihat ke sekelilingya. Dia berada di sebuah
bilik kecil berdinding bambu. Beberapa lubang menganga
di dindingnya membuat berkas sinar menerobos masuk.
Sebuah jendela ada di dekat ranjang tempatnya
terbaring, tertutup oleh kain kumuh. Sebuah meja dan
kursi kayu ada di sudut. Desy melihat ada piring dan
gelas di atas meja, bau makanan hangat menguap tercium
oleh hidung Desy.
Pintu bilik terbuka, sesaat sinar redup menerobos
masuk, sebuah siluet manusia seperti terbingkai di
sana.
"Sudah bangun ya?" terdengar suara berat, seorang pria
berjalan masuk dan mendekati Desy. Desy terkejut
sesaat, ada rasa takut merayapi dirinya, Desy berusaha
menjauh, tapi tubuhnya terlalu lemah untuk digerakkan.
Pria itu makin mendekat. Desy bisa melihat sosoknya
sekarang. Pria itu sudah tua, mungkin lebih dari 60
tahun. Kulitnya coklat gelap, badannya kurus dan agak
bungkuk, rambutnya yg putih tipis nyaris botak
sedangkan kumis dan janggutnya tumbuh liar tak
teratur. Wajahnya keriput seperti terbungkus jaring
laba-laba, kantong matanya menggelambir, bibirnya agak
tebal dan kempot karena nyaris tak ada gigi tersisa di
mulutnya. Pria itu memakai baju kumal dan bertambal.
"Di mana saya? Siapa kamu?" tanya Desy gugup.
"Jamat, panggil saja Jamat Neng," kata pria itu sambil
duduk di tepi ranjang, membuat Desy beringsut menjauh.
"Jangan Pak.. Jangan.." Desy berusaha mundur, tapi Pak
Jamat menahannya.
"Tenang Neng Desy, jangan banyak bergerak dulu,"
Desy terkejut saat Pak Jamat menyebut namanya.
"Saya tahu dari KTP Neng Desy.." kata Pak Jamat
menjawab kekagetan Desy.
"Teman-teman saya..." Desy teringat rekan-rekannya
"Meninggal Neng.." jawab Pak Jamat lirih. "Dan sungguh
ajaib Neng Desy bisa selamat dari kecelakaan itu,
mobil Neng Desy masuk jurang sedalam 30 meter dan
terbakar beberapa saat setelah Neng Desy saya
selamatkan."
Desy seketika menangis dan menangkupkan kedua telapak
tangannya ke wajahnya. Tubuhnya ter guncang disela
tangisnya. Dia merasa amat syok mendengar berita itu.
Perasaan itu seperti menciptakan sebuah lubang kosong
di perutnya. Emosinya campur aduk, tenggorokannya
seperti tersumbat.
"Sudah Neng, sudah.." Pak Jamat berusaha menghibur.
"Seharusnya Neng Desy bersyukur bisa selamat."
Ucapan itu, meski terdengar klise tapi cukup ampuh
untuk menenangkan emosi Desy yg teraduk tak karuan.
Perlahan nafas Desy kembali teratur, meski masih
terisak tapi Desy merasa sedikit lebih tenang.
"Sebaiknya Neng Desy istirahat," kata Pak Jamat.
"Tubuh Neng Desy masih sangat lemah. Saya sudah
buatkan obat untuk Neng Desy."
Pak Jamat berdiri dan berjalan menuju meja. Dia
mengambil gelas yg ada di meja lalu memberikannya pada
Desy. Desy melihat isinya, cairan kental berwarna
kehijauan, baunya seperti bau jamu.
"Minum Neng, ini baik untuk kesehatan," kata Pak
Jamat. Desy agak ragu meminumnya, tapi setelah dipaksa
beberapa kali oleh Pak Jamat,Desy akhirnya mencoba
seteguk. Rasanya memang pahit, tapi khasiatnya sangat
mujarab. Tubuh Desy yg semula tidak karuan perlahan
menjadi hangat dan ringan, seolah rasa sakitnya
tersapu habis oleh khasiat jamu itu. Pak Jamat juga
memberi Desy makanan dan minum. Desy yg memang lapar
segera menghabiskannya. Dari Pak Jamat Desy tahu kalau
dia pingsan selama dua hari. Malam itu Desy bisa tidur
dengan pulas setelah minum obat dari Pak Jamat.
Pagi harinya Desy terbangun dengan tubuh segar. Meski
beberapa bagian tubuhnya masih terasa sakit tapi Desy
merasa jauh lebih baik. Kepalanya sudah tidak lagi
pusing, suhu badannya juga sudah kembali normal. Hanya
saja, Desy merasa badannya tidak nyaman. Sekujur
tubuhnya terasa lengket karena tiga hari tidak mandi.
Yg paling diinginkannya saat ini adalah mandi berendam
dengan air dingin. Hanya saja, ini bukan di kota
dimana dia bisa mendapatkan segala kebutuhan dengan
mudah. Gubuk yg ditempatinya jauh dari mana-mana. Desy
bahkan tidak menemukan kamar mandi atau WC di tempat
itu. Mungkinkah dia harus mandi di sungai?
"Wah.. kalau mau mandi atau ke WC ya musti ke sungai
Neng," kata Pak Jamat ketika Desy menanyakan dimana
dia bisa mandi.
"Sungai?" Desy ragu-ragu. Dia belum pernah mandi di
sungai sebelumnya.
"Iya. Di sana," Pak Jamat menunjuk ke arah timur.
"Nggak jauh, paling sekitar 200 meter dari sini.
Airnya jernih, nggak kayak sungai-sungai di kota."
Desy tidak menjawab ucapan Pak Jamat. Didalam
pikirannya sekarang sedang sibuk berpikir apakah dia
akan meneruskan niatnya untuk mandi atau tidak. Tapi
godaan yg kuat ditambah tidak tahan dengan tubuhnya yg
lengket akhirnya membuat Desy mdneruskan rencananya.
Dia berjalan menyusuri jalan setapak yg tadi
ditunjukkan Pak Jamat. Ternyata benar. Agak turun ke
lembah, sebuah sungai yg cukup lebar mengalir jernih.
Udara terasa menyejukkan oleh hembusan angin semilir.
Sesaat Desy mdnikmati pemandangan di sekelilingnya.
Balutan hijau pepohonan dibelah oleh aliran sungai yg
berkilau keperakan. Perlahan dan hati-hati, Desy turun
menuju sungai. Rasa dingin menyegarkan terasa nikmat
ketika Desy mencelupkan kakinya. Selama beberapa menit
lamanya Desy menikmati air sungai yg jernih dan
menyegarkan dengan mencuci muka berulang-ulang. Rambut
pendeknya ikut basah sehingga seperti dihiasi oleh
untaian mutiara yg berkilau diterpa sinar matahari.
Wajah Desy kelihatan makin cantik dalam keadaan basah.
Tapi masih ada ganjalan di dalam diri Desy. Haruskah
dia membuka seluruh pakaiannya, yg memang sangat
diinginkannya, atau harus berendam dengan pakaian
lengkap. Desy melihat ke sekelilingnya, mencoba
mengamati situasi. Setelah yakin tidak ada orang lain,
perlahan Desy mulai melepaskan pakaiannya satu persatu
sampai telanjang bulat.
Untuk sesaat Desy mengamati tubuh telanjangnya
sendiri. Tubuh yg putih mulus itu memang sangat indah.
Ramping tapi padat. Payudaranya mulus, berukuran
sedang tapi bulat dan ketat dengan puting merah segar.
Perutnya kencang dan rata membentuk pinggang yg
ramping, berakhir pada pinggul dan pantat yg bulat dan
padat. Kakinya yg panjang terlihat berkilau karena
basah. Vagina Desy tampak masih sangat bagus,
ditumbuhi rambut halus dan rapi. Jelas sekali kalau
tubuh itu adalah tubuh yg terawat dengan sangat baik.
Selama hampir sejam Desy bermain air di sungai dalam
keadaan bugil. Tubuhnya terasa segar. Segala
kepenatannya seolah lenyap dibawa air sungai. Segala
keinginannya untuk mandi setelah tidak tersentuh air
selama empat hari benar-benar diluapkannya saat itu.
Dan itu rupanya membuat Desy tidak waspada ada gerakan
aneh yg bersembunyi di balik semak-semak di dekat
tempatnya mandi.
"Ohh... oohh... Astaga.." terdengar desahan dari orang
yg mengintip setiap gerakan Desy. "Mulus.. ohh...
montok banget.. ahh.." sosok bayangan yg bisa
dipastikan pria itu tampak begitu menikmati
pemandangan indah di hadapannya. Seorang wanita muda
dan cantik bertelanjang bulat seolah menantang untuk
ditiduri.
"Ohh... ohh.. aahh.." pria itu mengerang. Rupanya
sambil mengintip Desy yg sedang mandi, pria itu juga
melakukan onani dengan mengocok penisnya.
"Oohh.. ahh.. ahh.." pria itu mengejang. "Harus..
Malam ini harus bisa.. Dapatkan dia, harus..”
“AAGGHH.. AHH..!" pria itu mengerang saat spermanya
menyembur tak terkendali. Kemudian dia kembali
meneruskan mengintip tubuh telanjang Desy Noviyanti.
Puas membersihkan dirinya, Desy segera mengenakan
pakaiannya lagi dan segera meninggalkan tempat itu,
kembali ke gubuk Pak Jamat. wajah Desy menjadi
terlihat makin cantik dan segar.
"Dari sungai ya Neng?" tegur Pak Jamat yg sedang
nongkrong di depan gubuk sambil mengisap rokok yg
dilintingnya sendiri. Desy mencium bau asap tembakau
bercampur bau dupa ketika asap rokok itu terbang ke
arahnya.
"Eh.. i.. iya Pak.." jawab Desy agak gugup, ada
perasaan aneh berdesir di dadanya saat menatap Pak
Jamat.
Sepanjang hari itu Desy menghabiskan waktunya dengan
berjalan-jalan di hutan sekeliling gubuk, meski begitu
Desy tidak berani terlalu jauh, masih banyak hewan
buas, kata Pak Jamat.
Matahari beranjak turun ke barat, menghasilkan sinar
jingga lembut yg membuat suasana menjadi romantis,
kalau suasananya berbeda mungkin suasana ini akan
sangat pas untuk bercinta. Cahaya jingga memancar dari
dalam gubuk saat matahari benar-benar tenggelam.
Rupanya Pak Jamat menyalakan lampu minyak di dalam
gubuk. Ketika masuk ke gubuk, Desy merasa agak janggal
karena gubuk sempit itu tiba-tiba berubah bersih dan
rapi. Bau kain tua yg tadinya menguar sekarang
berkurang drastis. Desy bahkan melihat kain yg
melapisi dipan kayu sekarang sudah diganti dengan yg
lebih bersih.
"Silakan Neng, kalau Neng Desy mau istirahat," kata
Pak Jamat. "Saya juga sudah buatkan obat buat Neng
Desy." Pak Jamat menyodorkan gelas di tangannya.
"Terima kasih Pak.." Desy menerima gelas itu dengan
gugup. Dia merasa agak ganjil dengan perubahan Pak
Jamat, apalagi saat melihat matanya. Mata itu mirip
mata srigala lapar yg sedang mengincar mangsa. Meski
begitu Desy berusaha menepis keganjilan itu dari
pikirannya. Lalu, setelah Pak Jamat keluar dari gubuk,
Desy pelan-pelan meminum obatnya, kemudian merebahkan
tubuhnya.
Tatapan mata Desy menerawang memandangi atap gubuk yg
bergetar tertiup angin. Angannya menerawang pada
teman-temannya yg tewas. Apakah saat ini ada tim SAR
yg mencarinya? Kalau ada, apakah ada kemungkinan
mereka akan menemukan dirinya? Desy sendiri tidak tahu
di mana dia berada atau seberapa jauh dia dari lokasi
kecelakaan.
Lelah memikirkan semua itu, ditambah pengaruh obat yg
diminumnya, Desy akhirnya tertidur. Dalam tidurnya
Desy bermimpi, dia melihat teman-temannya berkilasan
di depannya, beberapa diantaranya saling bicara dengan
bahasa yg sama sekali asing bagi Desy. Lalu
pelan-pelan mimpi Desy berubah. Seekor ular sebesar
lengan orang dewasa menggeluti tubuhnya yg ternyata
dalam keadaan bugil. Gerakan ular itu menimbulkan
sensasi aneh dalam diri Desy, seolah setiap sentuhan
ular itu membangkitkan hasrat seksualnya secara gaib.
Desy mendesah tertahan saat ular itu merayap di
sekujur tubuhnya. Tapi pelan pelan Desy merasakan
belaian ular di tubuhnya jadi makin nyata. Desy
benar-benar bisa merasakan sentuhan sentuhan meraba
raba tubuhnya, terutama di daerah vagina, perut dan
payudaranya.
Seketika Desy terbangun. Betapa terkejutnya dia saat
melihat Pak Jamat sudah ada di dekatnya. Tangan Pak
Jamat lah, bukan ular yg dari awal menelusuri
tubuhnya. Desy mendapati bajunya sudah tersingkap
lebar, menampakkan tubuhnya yg mulus. Desy mencoba
berteriak tapi Pak Jamat lebih dulu membekap mulut
Desy dan menerkam tubuh presenter cantik itu. Desy
meronta mencoba membebaskan diri, tapi entah kenapa,
Desy merasa seolah tubuhnya tidak punya daya untuk
melawan.
"Jangan menolak ya Neng.. Bapak pingin sekali.." kata
Pak Jamat dengan nafas yg memburu. "Saya janji nggak
akan kasar sama Neng Desy asal Neng Desy nurutin
saya."
Desy mencoba mundur sambil mendorong Pak Jamat, tapi
Pak Jamat terus mendesak sambil menciumi bagian tubuh
Desy yg bisa dijangkaunya.
"Jangan Pak.." Desy tetap menolak, tapi anehnya setiap
sentuhan Pak Jamat membuat tubuhnya bereaksi, seolah
ada yg menggetarkan gairahnya tanpa Desy menyadarinya.
"Tidak apa-apa Neng, lagian tempat ini jauh dari
mana-mana."
"Jangan Pak, jangan kurang ajar.." Desy mulai
menangis. Dia tidak habis mengerti bagaimana orang yg
dari luar kelihatan baik ternyata tega berbuat keji
seperti ini.
"Ayolah Neng Desy.. anggap saja ini sebagai balas budi
karena saya sudah menyelamatkan Neng Desy." kata Pak
Jamat sambil terus mendesak Desy. "Lagipula toh saya
sudah pernah lihat Neng Desy telanjang.."
"Bapak mengintip saya mandi..?" Desy terkejut
mendengar hal itu.
"Ayolah Neng, jangan menolak." Pak Jamat makin gencar
mendesak Desy. "Kalau saya mau, saya bisa memperkosa
Neng Desy, tapi saya tidak mau.."
Desy terdiam dalam kebimbangannya. Pak Jamat
memanfaatkan kebimbangan Desy, dia meluncurkan
sentuhan dan ciuman lembut pada pundak dan leher Desy.
Desy menggeliat mencoba melawan desakan Pak Jamat.
Sebagai wanita kota sekaligus selebriti, Desy tidak
mau orang seperti Pak Jamat menodainya. Desy tak rela
kalau kehormatannya direnggut paksa. Tapi pada saat yg
bersamaan Desy juga merasa ucapan Pak Jamat ada
benarnya, apalagi Desy juga ternyata merasakan sensasi
kenikmatan dalam setiap sentuhan Pak Jamat, meskipun
Desy tidak pernah tahu itu adalah akal Pak Jamat yg
menaruh ramuan perangsang dalam obat yg diminum Desy.
Campuran dari itu semua membuat Desy akhirnya mulai
mengendorkan perlawanannya. Maka ketika bibir Pak
Jamat mulai mendesak-desak bibirnya, Desy hanya
meronta pelan, pun ketika lidah Pak Jamat mulai
membuka paksa mulutny, alih-alih melawan, Desy justru
meresponnya dengan kepasrahan.
"Ohh.. mmh.. mmh.. ohh.." Desy mendesah tertahan saat
lidah Pak Jamat mengulum lidahnya. Selama beberapa
menit, bibir kedua insan yg sangat jauh berbeda itu
saling melekat, seolah ada lem yg sangat kuat
menyatukannya.
Desy tidak kuasa menahan setiap serangan Pak Jamat, yg
meskipun kelihatannya kasar dan tidak berpendidikan,
tapi sangat lihai dalam membangkitkan gairah wanita.
Pelan tapi pasti Desy merasakan getaran birahinya
meningkat. Desypun mulai merespon ciuman dan belaian
Pak Jamat. Hal itu membuat Pak Jamat merasa mendapat
peluang yg selama ini dia tunggu. Pelan-pelan serangan
Pak Jamat meningkat. Sambil terus mencium dan melumat
bibir Desy, tangannya juga mulai beraksi.
Disusupkannya tangannya ke balik baju presenter cantik
itu dan mulai meraba-raba bagian perutnya yg licin.
Desy merasa sedikit kegelian saat tangan kasar itu
menelusuri perutnya. Sentuhan itu meningkatkan libido
Desy, apalagi saat tangan Pak Jamat menyentuh
payudaranya.
"Oohh... aahh.." Desy mendesah dan menggeliat saat
tangan kasar itu meremas-remas payudaranya. Sesekali
Desy juga merasakan sentilan dan cubitan tangan Pak
Jamat pada puting payudaranya. Pak Jamat juga
memilin-milin dan menarik-narik puting payudara Desy
dengan lembut sambil bibirnya sibuk menciumi leher
jenjang Desy, hal itu membuat presenter cantik itu
menggeliat menahan nikmat.
Rangsangan demi rangsangan yg dialami Desy membuat
gadis itu akhirnya menyerah. Karena itu ketika Pak
Jamat melolosi baju dan BH nya, Desy tidak melawan
sedikitpun. Maka sekarang terpampanglah sepasang
payudara kenyal yg putih mulus di hadapan Pak Jamat.
Bentuknya bulat dan padat dengan puting yg mencuat.
"Uohh.. muluss.." Pak Jamat melotot menyaksikan
keindahan payudara Desy dari dekat. Tanpa membuang
waktu Pak Jamat segera merabai payudara mulus itu.
"Ohh.. lembut banget..." kata Pak Jamat saat jari
tangan kasarnya merasakan mulusnya payudara putih itu.
Kemudian dengan kasar, Pak Jamat meremas payudara
Desy.
"Ohh.. aahh.." Desy mengerang dan menggeliat merasakan
tangan kasar menjamah bagian tubuhnya yg sensitif itu
membuat birahinya semakin meledak-ledak. Apalagi saat
Pak Jamat dengan ganas mulai menjilati dan mengenyot
payudara Desy. Terkadang Pak Jamat juga
menggigit-gigit puting payudara itu dengan bibirnya
dan menyentil-nyentil puting payudara Desy dengan
lidahnya membuat Desy mendesah merasakan kenikmatan
seks yg makin menggelora.
"Ogh.. oohh.. Pak.. ohh.. oohh.." Desy mendesah,
antara mau dan tidak mau menerima perlakuan Pak Jamat.
Hal itu membuat Pak Jamat kian bernafsu. Payudara Desy
dicengkeramnya dengan kasar seolah ingin membetot
lepas payudara mulus yg membusung indah itu.
Terus-menerus mendapat rangsangan hebat seperti itu
akhirnya membuat pertahanan Desy akhirnya jebol juga.
Tubuhnya mengejang keras seperti batu. Wajahnya yg
cantik menjadi merah padam menahan desakan orgasme.
"OHH.. AAHH.. AHH... AHHKH..!" akhirnya, karena tak
tahan lagi, Desy mengerang keras, orgasmenya meledak
tak tertahan seperti banjir yg menjebol bendungan.
Desy merasakan vaginanya jadi becek dan ada cairan
lengket yg membasahi celana dalamnya. Akhirnya tubuh
Desy melemas di dalam dekapan Pak Jamat. Desy
merasakan tubuhnya begitu lemas, tapi dia juga merasa
sangat puas. Orgasmenya begitu hebat seolah ada cakar
baja yg mencabik-cabik tubuhnya dari dalam. Kenikmatan
luar biasa yg dialaminya membuat Desy seperti pasrah
menerima perlakuan Pak Jamat selanjutnya.
Pak Jamat kemudian merebahkan tubuh Desy ke dipan.
Dilihatnya payudara gadis cantik itu bergetar naik
turun dengan lembut seirama nafasnya yg terengah. Lalu
dengan sigap Pak Jamat mulai melucuti celana panjang
yg dipakai Desy sekaligus dengan celana dalamnya, dan
tubuh putih mulus itu sudah sempurna dalam keadaan
bugil.
Selama beberapa saat Pak Jamat diam untuk menikmati
kemolekan tubuh presenter cantik itu. Belum pernah
sekalipun dalam hidupnya dia bisa menikmati tubuh yg
seindah itu, seperti mimpi yg jadi kenyataan. Pak
Jamat jtga melihat kemaluan Desy basah oleh cairan
kewanitaan, menandakan kalau gadis itu sudah siap
untuk disetubuhi. Maka Pak Jamat segera melepaskan
pakaiannya sampai bugil. Maka kedua insan itu kini
telah siap untuk menyatu secara badaniah.
Pak Jamat mulai mengatur posisi kaki Desy hingga
mengangkang. Daerah vaginanya yg dihiasi rambut tipis
halus terlihat membuka lebar. Lalu dengan lembut Pak
Jamat mulai menindih tubuh mulus itu Payudara Desy yg
menonjol ketat menekan dada Pak Jamat yg kurus. Pak
Jamat menggerakkan dadanya untuk merasakan kelembutan
payudara Desy yg menekan dadanya.
Untuk sesaat Desy menatap wajah pria yg menindih
tubuhnya, yg akan menyetubuhinya, tapi kemudian Desy
menutup matanya, membiarkan naluri seksualnxa yg
membimbing jiwa dan raganya.
Pak Jamat mulai menggesekkan penisnya pada bibir
vagina Desy membuat Desy menggeliat geli. Lalu
perlahan Pak Jamat membimbing penisnya menerobos
vagina Desy. Pelan-pelan penis hitam itu melesak masuk
ke liang vagina Desy.
"Ohhkh.." Desy merintih kesakitan saat penis Pak Jamat
memperawani vaginanya. Vagina Desy yg perawan terlalu
sempit untuk penis Pak Jamat yg besar. Pak Jamat
merasakan jepitan liang vagina Desy bagaikan
cengkeraman tangan yg meremas penisnya.
"Ohh..." Pak Jamat mengerang merasakan kenikmatan yg
menghantam setiap titik syaraf seksnya. Kenikmatan yg
tidak pernah dia rasakan sebelumnya itu membuatnya
kian bersemangat. Pak Jamat mendorong pantatnya
menghimpit selangkangan Desy membuat penisnya masuk
sepenuhnya di dalam liang vagina gadis itu. Keduanya
sekarang telah benar-benar menyatu secara ragawi.
Tubuh putih mulus Desy Noviyanti bersatu dengan tubuh
hitam kurus Pak Jamat.
Setelah diam selama beberapa saat, Pak Jamat mulai
menggerakkan pantatnya untuk memompa vagina Desy
dengan penis legamnya. Desy mendesah saat vaginanya
disodok oleh penis Pak Jamat. Desy merasa liang
vaginanya yg masih sempit seperti robek diterjang
penis Pak Jamat. Setiap gesekan penis Pak Jamat pada
dinding vaginanya menimbulkan rasa pedih tapi
sekaligus, karena orgasme yg tadi dialaminya, juga
menimbulkan kenikmatan aneh dalam diri Desy.
Syaraf-syaraf seksnya seperti digedor lagi secara
berulang-ulang. Hal itu membuat tubuh Desy akhirnya
memberi respon. Pak Jamat merasakan perlawanan gadis
itu mengendor dan mulai rileks menerima sodokan demi
sodokan penis Pak Jamat. Erangan Desypun mulai teratur
seirama dengan gerak persetubuhan mereka.
Pak Jamat yg mengetahui hal itu menjadi yakin kalau
gadis cantik yg sedang dia setubuhi itu sudah berhasil
dia taklukkan sepenuhnya, karena itu Pak Jamat mulai
meningkatkan tempo permainannya. Sodokan penisnya kian
ganas menggenjot vagina Desy, lalu sambil sibuk
memompa vagina Desy dengan penisnya, Pak Jamat sibuk
pula menciumi dan melumati bibir Desy yg
merintih-rintih sehingga rintihan Desy teredam oleh
bibir tebal Pak Jamat. Kemudian Pak Jamat membimbing
kaki Desy untuk melingkari pinggang kurusnya sehingga
dia bisa menikmati kemulusan paha putih itu dengan
tangannya.
Malam kian pekat membuat bilik sempit itu memancarkan
semburat jingga cerah yg dihasilkan oleh lampu minyak
di dalam bilik. Sementara di dalam bilik, sepasang
anak manusia tengah bergumul tanpa busana, menyatukan
raga mereka dalam persetubuhan yg penuh gairah. Desah
nafas mereka membuat suasana makin erotis. Desy yg
baru pertama kali ini melakukan hubungan badan seolah
terbawa ke alam lain. Desy sudah sepenuhnya dikuasai
oleh nafsu seksual yg menggebu hingga tanpa disadari,
dia mulai mengimbangi permainan Pak Jamat.
Dibiarkannya Pak Jamat memacu tubuhnya, bahkan tanpa
sadar, tiap kali sodokan penis Pak Jamat berhenti,
secara refleks Desy menggerakkan pinggulnya sendiri
membuat genjotan penis Pak Jamat pada vaginanya tidak
berhenti.
Akhirnya Desy tidak tahan lagi, sodokan demi sodokan
penis Pak Jamat pada vaginanya membuat tubuhnya
mengejang kuat. Kakinya menggelepar tak terkendali.
Kuku jari tangan Desy membenam di punggung Pak Jamat
seolah ingin menyayat kulitnya. Akhirnya Desy tak
tahan lagi menahan desakan birahinya. Tubuh Desy
melengkung ke atas, liang vaginanya berknntraksi dan
berdenyut kencang seolah ingin menghancurkan penis Pak
Jamat yg sedang menggenjotnya.
"OOOHHHKH.. AAHGH.. AHH.. AAHH...!!" Desy mengerang
keras sekali sehingga jika ada yg berdiri 10 meter
dari gubuk, pasti akan bisa mendengar erangan Desy.
Orgasme Desy kembali meledak tak tertahankan, bahkan
lebih hebat dari yg pertama.
"Ohhkh.. Ohh.." Pak Jamat melenguh sambil menyodokkan
penisnya dalam-dalam di liang vagina Desy dan menekan
penisnxa kuat-kuat. Sedetik kemudian, diiringi
lenguhan bak banteng terluka, Pak Jamat menyemburkan
spermanya. Desy merasakan cairan hangat mengisi
rahimnya. Selama beberapa detik lamanya tubuh keduanya
menegang sebelum akhirnya kembali melemas.
Selama beberapa saat Pak Jamat mendiamkan penisnya di
dalam vagina Desy seolah ingin merasakan kenikmatan
tubuh lembut seorang wanita secantik Desy
selama-lamanya. Kemudian Pak Jamat ambruk menindih
tubuh Desy, sebelum kemudian bergolek kelelahan di
sebelah presenter cantik itu.
Perlahan, kesadaran Desy mulai pulih. Saat itulah
tangisannya pecah. Desy menutup wajahnya dengan kedua
telapak tangannya. Dia merasa hancur, kehormatan yg
selama ini dijaganya sekarang direnggut paksa oleh
seseorang yg sama sekali tidak dia kehendaki. Desy
ingin sekali kabur, tapi mau ke mana? Dia bahkan sama
sekali tak tahu di mana dia berada.
Dengan gemetar Desy mencoba turun dari ranjang, tapi
tangan Pak Jamat mencekal pergelangan tangannya.
"jangan pergi Neng," kata Pak Jamat sambil menarik
Desy untuk tidur di sebelahnya. Desy yg lelah secara
fisik dan mental tak kuasa menolaknya, akhirnya karena
kelelahan, Desypun terlelap tidur.
Ketika pagi menjelang, Desy terbangun dan mendapati
dirinya terbaring sendirian di ranjang, masih dalam
keadan telanjang bulat. Semilir angin pagi yg dingin
membuat tubuhnya yg telanjang menggigil. Pakaiannya
terserak di sekitarnya. Dengan tergesa-gesa Desy
memakai kembali pakaiannya. Perutnya yg lapar membuat
Desy mendekati meja. Ada nasi jagung dan ikan bakar di
atas meja. Dipandanginya makanan itu sesaat, kemudian
Desy memakannya dengan lahap. Rasanya sangat aneh,
tapi Desy menelannya juga.
"Oh, sedang makan ya Neng?" terdengar suara Pak Jamat
yg baru masuk. seketika wajah Desy memerah mengingat
kejadian semalam. Dilihatnya Pak Jamat hanya memakai
celana kolor. Pak Jamat membiarkan gadis itu makan.
Meski begitu Pak Jamat heran, kenapa Desy tidak
melarikan diri saat ada kesempatan.
"Bajunya Neng Desy kotor kan? Sudah empat hari tidak
dicuci." kata Pak Jamat akhirnya. Desy hanya
mengangguk pelan.
"Sebaiknya dicuci Neng, mumpung lagi cerah. Bisa cepat
kering."
"Tapi Pak.." kata Desy setelah diam selama beberapa
detik. "Apa Pak Jamat punya baju ganti?"
"Wah.. maaf Neng, saya cuma orang hutan, tidak punya
baju yg lain lagi." jawab Pak Jamat.
"Terus gimana dong?" tiba-tiba wajah Desy memerah.
"Masa' saya harus telanjang seharian?"
"Ya nggak apa-apa Neng. Toh nggak ada orang lain di
sini selain saya." jawab Pak Jamat santai.
"Apa?" Desy tersedak mendengar ucapan itu.
"Nggak apa kan? Saya kan sudah pernah lihat Neng Desy
telanjang." Pak Jamat berujar kalem.
Desy bimbang sesaat, tapi dia rasa Pak Jamat benar.
Toh dia sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan
Pak Jamat, jadi sebenarnya tak ada bedanya apakah dia
berpakaian atau telanjang. Akhirnya Desy bergegas
pergi ke sungai.
Sesampai di sungai, Desy segera melepas seluruh
pakaiannya dan segera merendam tubuhnya yg penat. Desy
merasa sangat rileks merasakan air sejuk membasahi
tubuhnya. Otot-otot dan tulangnya yg semula terasa
sakit menjadi segar kembali. Dibersihkannya sisa-sisa
persetubuhan yg masih menempel di tubuhnya. Seperti
melakukan terapi spa, tubuh Desy benar-benar terasa
segar, segala rasa sakit dan penatnya seolah tersapu
aliran sungai yg jernih.
"Enak mandinya Neng?" terdengar suara dari tepian.
Desy menjerit dan menenggelamkan tubuhnya sampai
sebatas leher dengan panik. Hanya kepalanya saja yg
menyembul ke permukaan. Dia melihat ke arah suara. Pak
Jamat sudah ada di tepi sungai, duduk di atas batu.
"Pak Jamat! Sejak kapan Pak Jamat ngintip saya?" Desy
berteriak marah. Pak Jamat tertawa mendengarnya.
"Masa ngintip sih Neng? Neng Desy kan pasti mau kalau
saya suruh telanjang." jawab Pak Jamat enteng. Desy
menunduk malu. wajahnya memerah. Tapi hati kecilnya
membenarkan ucapan Pak Jamat. Entah kenapa, sejak Pak
Jamat memperkosanya semalam, dirinya jadi begitu patuh
pada Pak Jamat. Apakah karena pengalaman seksual yg
dia alami ingin dia ulangi lagi, ataukah terjadi
'Stockholm Syndrome' padanya. Desy tidak tahu, yg
pasti dia benar-benar sudah berada dalam kekuasaan Pak
Jamat. Karena itulah saat Pak Jamat memanggilnya, Desy
pasrah saja. Dengan patuh dia berdiri dan berjalan
mendekat. Tubuh telanjangnya yg basah berkilauan
diterpa cahaya matahari. Alangkah terkejutnya Desy
saat Pak Jamat menyuruhnya melakukan oral seks.
"Nggak Pak.. Maaf, saya nggak bisa." Desy menunduk
malu. "Saya belum pernah begituan.." kata Desy terus
terang.
"Jangan takut Neng, nanti saya ajari." kata Pak Jamat
sambil membuka celananya. Penisnya yg berukuran besar
langsung mencuat tegang. Desy berdesir melihatnya.
Penis itulah yg semalam telah membawanya pada orgasme
yg luar biasa. Pak Jamat lalu meminta Desy berlutut di
depannya sehingga penisnya tepat berada di depan wajah
Desy.
"Pegang Neng, jangan malu-malu." kata Pak Jamat.
Tangan Desy agak gemetar saat menyentuh penis Pak
Jamat. Inilah kali pertama Desy melakukan hal itu.
Penis itu pas dalam genggamannya. Lalu dengan gerakan
lembut, Desy mulai mengocok penis itu.
"Ohh.. yeah.. bagus Neng.. ohh.. terus.." Pak Jamat
mengerang merasakan kenikmatan yg menjalari penisnya.
"Ohh.. bagus Neng.. ohh.." Pak Jamat membelai rambut
Desy seolah memberi semangat. Lalu Pak Jamat menyuruh
Desy untuk mengulum penisnya. Mula-mula dimintanya
Desy untuk menjilati penisnya. Desypun patuh,
dijilatinya batang penis itu sampai licin, lalu
pelan-pelan Desy mulai memasukkan penis Pak Jamat ke
dalam mulutnya. Desy kemudian menghisap-hisap dan
menyedot-nyedot penis itu. Meski semula jijik, tapi
lama-lama Desy mulai bisa menikmati oral seks
pertamanya itu. Disemangati oleh Pak Jamat, Desy
berubah menjadi liar, naluri seksual telah
mempengaruhi dirinya. Gerakannya dalam melakukan oral
seks tidak lagi menampakkan Desy yg malu-malu
melainkan seorang wanita jalang yg minta dipuaskan.
Dimain-mainkannya penis Pak Jamat di dalam mulutnya.
Kadang Desy menggunakan lidahnya untuk menjilati ujung
penis legam itu. Kadang Desy mengeluarkan penis itu
dari dalam mulutnya untuk kemudian dikulumnya lagi
secara berulang-ulang membuat Pak Jamat
mengejang-ngejang menahan kenikmatan yg
menggedor-gedor syarafnya. Setelah beberapa menit
akhirnya Pak Jamat tidak tahan lagi. Tubuhnya
mengejang hebat, penisnya mengeras di dalam mulut
Desy.
"Ohkkh.. ohh..!" Pak Jamat mengerang keras. "Ohhkk..
Saya mau ngecrot Neng.."
Dan sedetik kemudian sperma Pak Jamat tumpah memenuhi
mulut Desy dengan deras. Sperma Pak Jamat langsung
meluncur masuk ke perut Desy tanpa bisa ditahan.
"Uhkk.. ohk.." Desy terbatuk dan meludahkan sisa
sperma di mulutnya. sebagian sperma yg tidak tertelan
meleleh di sudut bibirnya yg mungil.
Pak Jamat terduduk di batu dengan terengah-engah. Dia
merasa sangat lemas tapi juga sangat puas oleh
permainan Desy. Dan sebagai ucapan terima kasih,
diciumnya pipi gadis cantik itu.
Setelah Pak Jamat selesai melampiaskan hasratnya, dan
Desy selesai mencuci, keduanya berjalan pulang dalam
keadaan telanjang. Pak Jamat memeluk pinggang Desy
sambil sesekali mencium pipi gadis itu penuh nafsu.
Selama menunggu pakaiannya kering, Desypun terpaksa
beraktifitas dalam keadaan bugil. Desy merasa malu
bila bertemu dengan Pak Jamat, meskipun Pak Jamat
pernah menyetubuhi dirinya, tapi Desy tetap saja
jengah berhadapan dengan seorang pria dalam keadaan
telanjang begitu. Apalagi jika Desy memergoki Pak
Jamat sedang memandangi tubuh telanjangnya yg memang
indah. Tapi lama-lama Desy mulai terbiasa, lagipula
tidak ada orang lain di tempat itu kecuali dirinya dan
Pak Jamat. Pak Jamat sendiri tentu sangat menikmati
kesempatan itu. Tak puas-puasnya Pak Jamat memandangi
kemulusan tubuh bugil Desy. Kadang dengan sengaja Pak
Jamat mencolek-colek bagian-bagian tubuh Desy yg
sensitif. Kadang bahkan tanpa merasa bersalah Pak
Jamat nekat meremasi pantat atau payudara Desy yg
kenyal itu. Anehnya, meski kadang Desy berusaha
menepis tangan Pak Jamat yg usil, tapi lebih sering
justru dia membiarkan saja tangan Pak Jamat
menggerayangi tubuhnya.
Melihat reaksi Desy, Pak Jamat jadi makin berani.
Ketika Desy sedang lengah, Pak Jamat menyergapnya dari
belakang dengan sebuah pelukan ketat sambil berusaha
mencumbui leher dan pundak gadis itu.
"Mmh.. ohh.. jangan Pak.." Desy mendesah lirih dan
meronta pelan. Tapi sesungguhnya, meski mulutnya
berkata jangan, tubuhnya bereaksi lain.
"Tidak apa-apa Neng.." kata Pak Jamat sambil terus
berusaha mencumbui leher Desy, sementara tangannya yg
kurus menjamah sepasang payudara mulus Desy dan
meremasinya dengan lembut.
"Ohh... aahh.." Desy mendesah merasakan libidonya
meninggi. Entah kenapa Desy jadi mudah terangsang oleh
sentuhan Pak Jamat, tubuhnya menggeliat merespon
cumbuan Pak Jamat. Desy lalu membalikkan tubuhnya
sehingga keduanya saling berhadapan. Pak Jamat segera
mendekap tubuh mulus presenter cantik itu dan
menghujani bibirnya yg mungil dengan ciuman ganas.
Sinar matahari yg lembut menerobos dedaunan, membuat
suasana menjadi romantis. Sementara desah erotis dan
manja meluncur dari bibir Desy yg terhanyut menikmati
permainan Pak Jamat. Hal itu membuat Pak Jamat makin
bernafsu. Direbahkannya tubuh telanjang Desy dengan
posisi kaki mengangkang, lalu Pak Jamat membenamkan
wajahnya ke selangkangan Desy yg membuka lebar.
Diserangnya vagina gadis cantik itu dengan sapuan
lidahnya, sementara jarinya mengaduk-aduk liang vagina
Desy dengan kasar.
"Aahh.. aahh.. ohh.." Desy mengerang menahan
kenikmatan yg melanda tubuhnya. Apalagi saat Pak Jamat
menyentil-nyentil klitorisnya dengan ujung lidah.
Tubuhnya serasa membengkak terdesak oleh gejolak
seksualnya. Saking terangsangnya, Desy bahkan
meremas-remas payudaranya sendiri untuk menambah
kenikmatan yg dia rasakan. Sementara di bawah, Pak
Jamat makin buas menggarap vagina Desy. Vagina itu
dikocoknya dengan tiga jari dengan kecepatan brutal
membuat Desy menggeliat-geliat merasakan orgasmenya yg
kian mendekati klimaks.
"OHHKH.. AAHH.. AHH..." Desy melenguh keras. Tubuhnya
menegang, kakinya menggelepar liar, dari vaginanya
cairan kewanitaan mengucur deras. Orgasmenya meledak
dahsyat membuat tubuhnya seperti melayang beberapa
senti di udara.
Di bawah pohon, di atas rerumputan, kembali keduanya
menyatukan raga mereka dalam sebuah persetubuhan yg
amat erotis. Tubuh Pak Jamat yg hitam dan kurus
terlihat bersemangat menggumuli tubuh mulus Desy.
Sementara sambil bagian kemaluan mereka menyatu, bibir
merekapun saling berpagutan dengan erat seolah tak
mungkin bisa dipisahkan. Tidak seperti semalam, kali
ini tubuh Desy telah menerima perlakuan Pak Jamat,
sehingga bisa mengimbangi gerakan Pak Jamat. Seolah
pasangan yg serasi, tiap kali Pak Jamat menghentikan
genjotannya, secara refleks Desy menggoyangkan
pinggulnya sendiri.
Pak Jamat yg kian berani kemudian meminta Desy untuk
menungging lalu disetubuhinya presenter cantik itu
dari belakang dengan posisi 'Doggy Style'.
"Ouhh.. ohh.. ahhs.. aahhs.. ohh.." Desy menggigit
bibirnya sambil mendesah tiap kali penis Pak Jamat
menyodok liang vaginanya. Tubuhnya tersentak maju
mundur mengikuti irama sodokan Pak Jamat. Payudaranya
yg menggantung bebas bergoyang liar menggemaskan.
Kadang-kadang Pak Jamat meremasi payudara itu dengan
kasar untuk menambah kenikmatan.
Gaya anjing kimpoi itu sungguh membuat Desy kewalahan.
Beberapa kali orgasme menghajar tubuhnya sampai lemas.
Desy akhirnya hanya bisa pasrah dan membiarkan Pak
Jamat menggenjot vaginanya. Desy sudah kehabisan
tenaga. Tubuhnya bagaikan boneka kain yg
tersentak-sentak setiap kali penis Pak Jamat menyodok
vaginanya. Hal itu berlangsung terus sampai terdengar
Pak Jamat melenguh bagai kerbau terluka, dan sesaat
berikutnya cairan hangat kembali mengisi rahimnya.
Sperma Pak Jamat menyembur di dalam vaginanya.
Keduanya terkapar lemas di rerumputan setelah
mengalami orgasme yg begitu luar biasa. Meskipun
sangar meletihkan tapi Pak Jamat merasa sangat puas,
seumur hidupnya baru sekarang dia bisa berhubungan
seks dengan wanita yg secantik dan semulus Desy.