Pada hari pertama pesta olahraga tersebut, aku berpartisipasi dalam kedua bidang olahraga, sepak bola dan bola basket. Sewaktu aku sedang beristirahat di kantin sekolahan sambil minum Gatorade kuning yang tersedia untuk para pemain, Gina, cewekku yang berasal dari Taiwan, datang dan memijitiku sewaktu melihat sebagaimana letihnya aku ini.

"Enak banget sayang, kerasan dikit dong pijatannya," dengan enaknya merasakan pijatan-pijatan tersebut aku mendongak dan berkomentar. Paras cantik Gina yang menawan hatiku sejak setahun yang lalu terlihat semakin cantik saja, dan langsung aku berdiri dan memberi ciuman mesra. Mungkin karena hawa yang mulai memanas atau mungkin karena nafsu yang telah terpendam, ciuman kami semakin ganas dan tanganku mulai menggerayangi badan sintal si Gina. Buah daranya yang tegang menonjol kupegang, kuelus dan kuremas dengan penuh nafsu. Kudorong Gina ke tembok kantin yang kosong itu dan mulai memberi ciuman liar ke leher Gina.

Aku tahu kalau yang lain pasti sedang sibuk menonton pertandingan lainnya, maka kuajak si Gina pindah ke bagian atap sekolah yang hampir tidak pernah didatangi orang, kecuali kalau ada yang mau curi-curi merokok. Di atap sekolahan, kumulai serangan ciuman, elusan dan remasan ganasku dan kulucuti pakaian Gina satu persatu. Tak mau kalah ganasnya, Gina juga mulai melucuti pakaianku dan mengelus-elus kemaluanku yang sudah separuh tegang itu.

Kuciumi sepasang buah dada yang menantang itu (kurang lebih 34B). Kukulum salah satu pentilnya dan nafas Gina mulai naik turun. Tanganku mulai meremas-remas buah dadanya sambil memainkan puting buah dadanya. Tanganku yang satunya mulai berkeliaran dan menelusuri ke bawah, melewati daerah hutan terlarangnya dan mulai memainkan klitoris Gina yang sudah mulai membengkak. Kutidurkan Gina di atas lantai dari atap sekolah itu dan kulanjutkan serangan-serangan ke arah bagian-bagian erotis Gina. Gina cuma bisa memelukku erat-erat sambil mengelus-elus rambutku yang telah di cat merah itu. Setelah kurang lebih lima menit, tangan si Gina mulai menggapai kemaluanku yang sudah mengeras seperti karang itu dan mulai mengocok-ngocoknya. "Kur, boleh nggak kalau aku jilat kamu punya adik ini?" Tanpa pikir panjang, kubentuk posisi 69 dan mulai kucium dan kujilati lubang kemaluan si Gina yang sudah basah tidak kepalang itu. Dengan lidahku yang terlatih itu, kujilati bagian klitoris si Gina dan sesekali kumasukkan lidahku ke dalam lubang kemaluan si Gina. Aroma segar menantang dari liang kemaluan si Gina masuk ke dalam hidungku yang mulai kembang kempis itu. Si Gina tak mau kalah dan mulai menjilati dan mengulum batang kemaluanku sambil memainkan buah dadanya sendiri.

Lima menit, tak lebih, dan paha si Gina menegang dan tanda-tanda akan orgasme telah muncul. Kutambah ritme jilatan-jilatan terhadap klitoris Gina dan Gina mulai tidak memperdulikan batang kemaluanku. "Kur.. cepat dong Kur.. Ayo.. cepat.. lebih cepat lagi." Jilatan liarku membuat Gina mulai mabuk kepalang dan kuku-kuku Gina mulai mencengkeram pinggangku. Tak lama kemudian banjir sudah kemaluannya dan Gina mendapatkan orgasme pertamanya. Si Gina tergeletak lunglai, tetapi batang kemaluanku masih tegak berdiri menantang.
"Gimana nih Gin, aku punya kontol masih tegak."
"Tunggu sebentar dong Kur, entar kamu masukin aja deh ke memekku aja.. aku masih capek nih." Aku tidak peduli lagi, langsung kumulai lagi dengan serangan-seranganku. Kucium leher Gina dan buah dadanya yang menantang tersebut, erangan dan desahan si Gina mulai terdengar lagi. Kugesek-gesekkan adikku ke kemaluan si Gina dan serangan-serangan erotis itu membuat si Gina yang sudah capai itu mulai panas lagi.

"Kur, masukin dong.. tapi hati-hati yah.. Aku baru pertama nih."
Seperti biasa, tak banyak bicara dan hanya mengangguk. Kuarahkannya batang kemaluanku ke lubang kemaluan si Gina yang sudah basah. Dengan pelan-pelan kumasukkan ke dalam lubang kemaluan Gina yang hangat itu. Susah sekali batang kemaluanku masuk ke dalam lubang kemaluan si Gina yang sempit itu, tetapi akhirnya masuk juga separuh.

"Gimana Gin, sakit nggak?"
"Agak nih.. masukkin deh aja semuanya sudah.."

Walaupun disuruh masukan semuanya, aku masih dengan pelan-pelan menusukkan batang kemaluanku dan akhirnya kudobrak segel keperawanan si Gina dan membuat Gina menjerit lirih,
"Kur.. Sakit..!"
"Tahan sayang.. aku akan berhenti dulu supaya kamu membiasakan diri dengan adanya kontolku di dalam memekmu yang sempit ini.."
Kubiarkan batang kemaluanku di dalam liang kemaluan si Gina, tetapi tanganku dan mulutku memulai lagi serangan erotis-erotisnya agar si Gina dan kemaluanku tidak dingin. Setelah memberi waktu dua menit, kumulai goyangan "esek-esekku". Desahan-desahan Gina mulai terdengar, dan kukunya yang panjang-panjang itu di pundak ditancapkan seenaknya di pundakku. Ritme sodokanku kunaikkan dan naik pula ritme erangan si Gina.

"Argh.. Kur.. enakk.. Enak Kur.. Terus.. Goyang terus.."

Kutusuk-tusuk lubang kemaluan si Gina dengan ganasnya dan kaki si Gina yang terbuka lebar itu mulai menjepit pinggangku untuk menambahkan efek tancapan batang kemaluanku. Tanganku meremas-remas buah dada si Gina yang menantang sekali di depannya sambil tetap bergoyang. Kuremas, kuhisap, kucubit dan kupelintir pentil si Gina.
"Goyang terus Kur.. Iya.. terusin Kur.."
Aku diam saja tak mengeluarkan suara kecuali desahan-desahan kenikmatan. Nafas si Gina mulai naik turun tak teratur.
"Ah.. Ah.. Yeah.. Oh.. yeah.. Argh.. Argh.."
Paha si Gina mulai menegang lagi pertanda orgasme kedua akan datang.
"Kur cepetan Kur.. Kerasan dong! Udah mau nyampe nih.. Cepetan Kur!"
Aku pun merasakan bahwa aku akan keluar juga dalam waktu singkat.
"Argghh!"
Meledak juga pertahanan si Gina dan orgasme keduanya telah datang.
"Gina, aku punya juga mau meledak nih.. Gimana, di dalam atau luar?"
"Dalam-dalam aja.. aku lusa bakal datang bulanannya.." Gina yang sudah dilanda nafsu itu menjawab dengan cepat.
"Arrgghh! Arrgghh!"
Orgasme susulan ketiga membanjiri liang hangat si Gina dan aku pun juga jebol pertahanannya. Kutembakkan spermaku ke dalam liang hangat si Gina.

Kami berpelukan erat dan beristirahat karena kelelahan sementara air maniku mulai pelan-pelan mengalir keluar dari liang kemaluan si Gina. Dengan mesra dan lelah, kupeluk erat si Gina sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang ada. Tanpa disadari, ada sepasang mata yang telah melihat atraksi gila kami cukup lama dan menggertak, "Eh, apa-apaan kalian? Ini sekolah lagi, bukan tempat untuk bermain seks!"

Part II - Pengalaman Tak Terduga

Gina dan aku menoleh untuk melihat Ms. Rothen, guru sejarah dan merangkap guru geografi yang berasal dari Jerman itu, berdiri dengan muka yang marah. Untuk perkenalan, Ms. Rothen itu kurang lebih berumur 25 tahun dengan perawakan yang kurus dan jangkung. Untuk vital statistic Ms. Rothen, 33C-25-35. Gina dan aku bangun tersentak kaget. Mata Ms. Rothen lumayan terbelalak melihat batang kemaluanku yang sedang setengah bangun itu. Aku maju ke depan beberapa langkah dan menatap mata Ms. Rothen dengan tajam, sementara Gina mengambil beberapa pakaian untuk menutupi bagian vitalnya. Tanpa aba-aba, kutarik saja kepala Ms. Rothen ke mukaku dan kuciumi bibirnya dengan ganas. Ms. Rothen mencoba untuk mendorongku tetapi tenagaku masih jauh di atas Ms. Rothen. Rok Ms. Rothen kusibak dan langsung kumainkan kemaluan Ms. Rothen dari luar celana dalamnya.

Dorongan tangan Ms. Rothen mulai berubah menjadi pelukan dan elusan liar. Lidah kami mulai bertarung dan tangan Ms. Rothen mulai mengelus-elus adikku. Ciuman itu terpisah beberapa saat untuk mengambil nafas. "Kurniawan, tak pernah kuduga kemaluan kamu ini begini panjang dan besar dan terlihat begitu nikmat."

Kuturunkan celana dalam Ms. Rothen dan kulepas baju Ms. Rothen dengan kasar. Ms. Rothen agak kaget tetapi diam saja. Batang kemaluanku yang dari tadi dielus-elus itu kutarik dan kugesek-gesekkan di selangkangan Ms. Rothen. Ms. Rothen mulai bersandar ke tembok dan mulai mengaduh keenakan. Gina pun mulai ikut-ikutan dan mulai meremas-remas buah dada Ms. Rothen. Tanpa ayal, Ms. Rothen pun mulai mengerang dan mendesah. Tangan Ms. Rothen juga mulai memainkan buah dada si Gina dan mereka pun berciuman dengan mesra. Kutarik Ms. Rothen dan kutidurkan dia di lantai yang dingin itu, dan mulailah kumasukkan batang kemaluanku yang sudah siap tempur itu ke dalam liang kemaluan Ms. Rothen.

Lubang kemaluan Ms. Rothen tidak seerat lubang kemaluan si Gina yang masih perawan, tetapi lumayan juga, buat orang bule dewasa yang sering disetubuhi. Sodokan-sodokan pertama kumulai dengan pelan-cepat pelan-cepat dengan ritme yang secara random. Gina menempatkan lubang kemaluannya tepat di depan mukaku. Kupegang pantatnya dan dengan lahapnya, kujilati liang kemaluannya yang basah itu dan kumainkan klitorisnya dengan lidahku. Dalam waktu yang sama, Gina mulai menciumi Ms. Rothen dan memainkan buah dada Ms. Rothen, begitu pula dengan Ms. Rothen. Ms. Rothen pun membalas ciuman Gina dengan ganas dan dimainkan pula buah dada si Gina.

Erangan kami bertiga di atas atap itu membuatku semakin liar. Sodokan dan jilatanku pun semakin liar dan ritmenya semakin cepat.
"Kurniawan, cepetan dong.. sodokanmu.. Iya.. Argh.. enak.. cepetan.. aku udah mau nyampe nih."
"Iya kur.. cepetan dong jilatannya.. Iya.. gitu dong.."

Tak tahan lagi, dengan seluruh tenaga, kupercepat sodokan dan jilatanku. Kupendamkan seluruh mukaku ke liang kemaluan si Gina dan dengan liarnya kumainkan mukaku, dan lidahku di lubang kemaluannya. Gina pun semakin bergoyang dengan liar. Ms. Rothen tidak kubiarkan, sodokanku semakin dalam dan cepat dengan dililitkannya kakinya ke pinggangku.
"Oh yeah.. oh yeah.. aku keluaarr..!" teriak Ms. Rothen.
Ms. Rothen lah yang pertama kali mencapai orgasme. Biarpun dia sudah dilanda orgasme, kuteruskan saja sodokanku.
"Kur, udah Kur.. nyeri nih Kur.. cabut dulu dong.." pintah Ms. Rothen. Aku tak peduli. Setiap kali aku memohon dia untuk memberikan penundaan terhadap tes-tes sejarah, tak pernah diberikan. Kusodokkan saja dengan ganasnya.
"Kur sudah.. cukup.. argh.. argh.. iya.. enak.. terus! Aku mau nyampe lagi nih Kur.."

Kali ini dengan sengaja kuhentikan gerakanku. Ms. Rothen pun mulai memohon-mohon agar aku meneruskan gerakanku. Pantatnya digoyangkan agar ada gesekan. Aku masih tetap saja sibuk menjilati lubang kemaluan Gina yang basah itu. Aku merasakan bahwa Gina juga akan orgasme. Aku mulai lagi sodokan-sodokanku untuk membungkam Ms. Rothen dan jilatanku pun kuteruskan. Aku juga merasakan akan datangnya orgasmeku. Jariku kumasukkan ke dalam liang kemaluan si Gina dan kujilati klitorisnya dengan kecepatan yang luar biasa sambil adikku tetap menyodok Ms. Rothen dengan ganasnya.
"Aku keeluuaarr.. Argghh! Yess! Aku keluaarr..!" teriak Ms. Rothen.
"Aku keluaarr.. juga," balas si Gina.
Ms. Rothen pun mendapatkan orgasmenya yang kedua bersamaan dengan Gina dan.. "Argh!" kusiramkan saja air maniku ke dalam lubang kemaluan Ms. Rothen. Aku pun mendapatkan kepuaskan sekali lagi.

Kami bertiga terdiam di situ. Bertiduran di atas lantai yang dingin melepas lelah. Nafas kami masih terengah-engah akibat permainan yang sangat liar tetapi memuaskan itu. Kami sudah tiduran selama, kurang lebih lima menit, sewaktu terdengar,
"Kurniawan! Ginaa! Dimana kalian? Kamu orang di atas yah?"



"Gila! Si Janet!" Ms. Rothen mulai bingung.
"Tenang," kataku.
"Janet itu temenku. Dia tidak bakal buka rahasia kita punya," kataku ke Janet.
Terdengar langkah Janet menaiki tangga ke atap.
"Kamu orang ngerokok lagi yah?" kata Janet sambil menaiki tangga.
"Kamu orang bertanding kok.."

Kata-kata Janet terputus ketika melihat siapa saja yang berada di sana. Matanya terbelalak melihat tiga orang yang sedang berbugil ria di sana, apa lagi dengan adanya Ms. Rothen. Mulutnya terbuka dan tangannya yang memegang botol minuman pun terdiam. Untung saja botol itu tidak jatuh walaupun terkejutnya si Janet. "Janet, kamu jangan kasih tahu orang lain yah masalah ini, kalau nggak, aku pasti dipecat sama kepala sekolah," mohon Ms. Rothen.

Mata si Janet mulai bersinar dengan kenakalan khas si Janet. Si Janet ini terkenal trouble-maker yang cewek, kalau trouble maker yang cowok, siapa lagi kalau bukan aku. Sudah berulang kali si Janet kena skors dan hukuman dari kepala sekolah gara-gara Ms. Rothen. Mendengar bahwa Ms. Rothen memohon untuk tidak memberitahukan ke kepala sekolah dia terlalu happy. Hal itu dengan mudah diurus, tetapi si Janet pasti ada akal bulus untuk balas dendam.

"Itu hal Gampang, Ms. Rothen, asal kamu menuruti apa mauku."
Aku dan Gina saling pandang, kami pun juga terkadang sering terkena masalah dengan Ms. Rothen. Kami bertiga tersenyum sambil mengelilingi Ms. Rothen. Janet meletakkan botol Aqua yang dari kaca di tempat yang aman, supaya tak terkena tendangan atau apa-apa, kemudian melepaskan bajunya satu persatu. Badan Janet yang aduhai semampai itu sangat menarik hati. Kalau bukan sikap matre-nya, pasti sudah aku jadikan cewekku itu. Janet yang berasal dari Hong Kong dan pernah tinggal di San Fransisco ini dianugerahi badan yang semampai. Dengan buah dada 35B dan pinggang yang langsing, tidak ada yang bisa menduga kalau si Janet ini baru saja 14 tahun. Menurut pengalaman pribadi, lubang kemaluan si Janet ini masih serat, berarti jarang bersenggama, keperawanannya saja aku yang mengambil beberapa minggu yang lalu.

"Okay Ms. Rothen, aku mau kamu jilati memekku sekarang!" perintah si Janet. Ms. Rothen mulai saja menjilati lubang kemaluan si Janet sambil tangannya meraba-raba dan memeras-meras buah dada si Janet yang padat itu. Aku dan Gina sudah tidak tahan lagi melihat pemandangan seperti itu. Aku dan Gina pun mulai berciuman dan meraba-raba. Baru juga tiga atau empat menit, belum juga foreplay aku dan Gina selesai, si Janet sudah hampir sampai orgasme. Teriakan si Janet mulai memenuhi atap itu.
"Rothen bangsat! Terusin.. yah.. terusin.. jilatin tuh memekku! Cepetan! Arghh.. Iya.. aku mau nyampe nih.. Iya arghh! Yess Oh.. ahh!"
Gila, si Janet pasti sedang terangsang sekali. Pokoknya cepat sekali dia sampainya.

Janet bangun berdiri setelah pulih dari orgasmenya, dia mengambil botol Aqua dan meminum sisa yang tertinggal di dalam botol. Kemudian, botol kosong itu disodorkan ke Ms. Rothen. Ms. Rothen agak bingung sesaat. Janet menyuruh Ms. Rothen terlentang di lantai dan aku bisa membaca apa yang akan dilakukan si Janet. Dibukanya selakangan Ms. Rothen dan diminta kembali botol Aqua itu. Janet mulai menciumi Ms. Rothen dan ciuman si Janet mulai turun ke daerah buah dada Ms. Rothen. Dijilati dan dihisap puting Ms. Rothen dan Ms. Rothen cuma bisa mengaduh keenakan. Tanpa sepengetahuan Ms. Rothen dan tanpa aba-aba, dihujamkannya botol Aqua kosong itu ke dalam lubang kemaluan Ms. Rothen. Ms. Rothen kaget dan berteriak kesakitan. Botol Aqua itu masuk sampai seluruh bagian leher dari botol Aqua. Diputar-putarnya botol itu oleh Janet dan Ms. Rothen mulai mengerang keenakan.

Foreplay-ku dengan si Gina sudah membuat batang kemaluanku menegang keras. Kuarahkan Gina agar dia tepat di atas Ms. Rothen dan kusuruh si Gina untuk berlutut dengan kedua lututnya di samping pundak Ms. Rothen. Dengan begitu lubang kemaluan si Gina tepat di depan muka Ms. Rothen dan Ms. Rothen langsung mulai menjilati liang kemaluan si Gina dan memberi oral seks kepada si Gina. Sementara itu, kusuruh si Janet untuk memberiku oral seks. Gila, mulut si Janet yang kecil dan erat itu memberikan rangsangan yang tak terkira. Aku dan Janet berubah posisi menjadi posisi 69 dan Janet masih tetap memutar dan menyodokkan botol Aqua itu di lubang kemaluan Ms. Rothen.

Tak tahu dengan sadar atau tanpa sadar, Janet mendorong masuk lebih botol itu hingga hampir setengah dari botol yang masuk. Ms. Rothen yang sedang mengerang keenakan sambil menjilati lubang kemaluan si Gina pun menjerit kesakitan. Botol Aqua yang masuk kurang lebih berdiameter 5-8 cm. Janet menarik membalikkan botol itu dan memasukkan botol itu dari bagian pantat botol. Ms. Rothen yang berniat bangkit telah diduduki si Gina agar tidak bisa bangkit. Ms. Rothen yang tak berdaya itu cuma bisa berteriak kesakitan. Kututupi mulut Ms. Rothen dengan tanganku karena aku takut teriakan-teriakan Ms. Rothen bakal menarik perhatian orang lain.

Janet mulai menyiksa Ms. Rothen dengan memutar-mutar botol itu dan menggigit klitoris Ms. Rothen. Aku juga tak mau kalah dan mulai menggigit puting Ms. Rothen dan mencubit puting yang satunya dengan keras.
"Eh Kur, gila nih guru, disiksa gini tambah terangsang keliatannya.. Makin basah aja nih.. "
Yakin kalau Ms. Rothen benar-benar sudah mulai terangsang dengan permainan kasar ini, aku memainkan dada Ms. Rhoten sambil mencubit-cubit putingnya dengan keras. Gina pun sudah sangat terangsang dan dia berlutut di depanku agar dengan mudah aku dapat menjilati lubang kemaluannya yang basah dan beraroma itu. Sambil menyetubuhi Ms. Rothen dengan botol Aqua, si Janet melepaskan nafsunya dengan tangannya sendiri. Dimasukkannya tiga jari ke dalam lubang kemaluannya sambil memainkan klitorisnya.

"Oh I can't take it.. this is too much.. Nggak tahann!"
Tak ayal lagi, Ms. Rothen mendapatkan orgasme yang kuat. Ms. Rothen sudah tidak bertenaga lagi karena kuatnya orgasme yang didapatnya. Aku, Janet dan Gina pun membuat posisi huruf 'U'. Aku terlentang di lantai menjilati lubang kemaluan si Janet, sementara si Gina mengendarai batang kemaluanku dengan buas.
"Oooh.. Ahh.. Oh.. Ahh.." kami bertiga mengerang.
Aku menyuruh si Janet untuk bersiap dalam posisi doggy dan Gina di depannya dalam posisi yang sama. Gina menurut saja dan Janet pun mulai menjilati lubang kemaluan si Gina dan erangan Gina mulai lagi terdengar. Kuoleskan cairan si Janet ke daerah pantatnya dan aku mulai menyetubuhi si Janet. Pertama kali masuk memang susah dan Janet agak kesakitan, tetapi setelah masuk, rasanya enak sekali. Si Janet mulai mengerang keenakan dan kusodomi si Janet dengan sodokan-sodokan yang perlahan tetapi mantap. Tanganku tak tinggal diam, tangan yang satu memainkan buah dada si Janet, sementara yang satu lagi memenuhi kemaluan si Janet dengan tiga jari. Gerakan dan erangan si Janet semakin liar saja. Sodokanku pun juga bertambah cepat sesuai permintaannya.

"Cepat Kur, ayoo.. cepat sedikit.. Enak nih.."
"Kamu juga dong Jan.. Jilatannya cepat dikit.. aku mau nyampe nih.."

Gina rupanya sudah mau sampai juga, dan akhirnya Gina sampai duluan. Dia pun tiduran di sebelah Ms. Rothen melepas lelah, sementara aku menyodoki si Janet. Dua lubang terpenuhi, duburnya oleh batang kemaluanku, dan lubang kemaluannya oleh jemariku. Gerakanku semakin cepat dan dapat kurasakan bahwa aku akan orgasme dalam waktu dekat ini. Kupercepat gerakanku. Tanganku kuletakkan di pinggulnya agar aku dapat menyodoknya lebih dalam dan lebih cepat. Tak lama pertahanan si Janet pun roboh dan dia mendapatkan orgasmenya. Tiga detik setelah itu, kutembakkan spermaku ke dalam perutnya. Ledakan itu lumayan dasyat dan kurang lebih ada tujuh semprotan. Setelah itu, kucabut batang kemaluanku dan aku pun tiduran bersama mereka bertiga. Kulihat jam tanganku dan waktu menunjukkan pukul 4 sore. Pertandingan telah berakhir dan aku telah melewati pertandingan final. Aku tak tahu apa yang akan dikatakan oleh pelatihku, yang penting perasaan waktu itu sangat Syur!

Part IV - Di Pesta Dansa

Setelah berbenah diri, kami berempat, Gina, Janet, Ms. Rothen dan aku, menuju tempat untuk naik bus untuk pulang ke rumah masing-masing. Setelah sampai di rumah, aku langsung mandi karena badanku bau keringat dan bau aroma seks. Rasanya enak sekali setelah mandi air dingin. Setengah jam aku mempersiapkan diri untuk pesta perayaan dari pesta olahraga ini. Pesta ini diadakan di pub terkenal di Xiamen yang bernama Cheers Pub. Aku sering ke Cheers Pub dan tahu seluk beluk tempat itu dengan jelas, dan tentu saja aku tahu dimana tempat untuk mengadakan pesta seks tanpa diketahui semua orang.

Aku pun naik taksi untuk menjemput Gina dan kemudian ke Cheers Pub bersamanya. Di dalam taksi, kami berdua sudah terangsang sekali memikirkan apa yang akan terjadi di pub. Jalan-jalan yang sudah gelap itu membuat kami merasa lebih terangsang lagi. Kami pun mulai bercumbu dan mengadakan pemanasan di dalam taksi, dapat kulihat dari sudut mataku bahwa supir taksi ini sudah merasa risih melihat kami berdua melakukan aksi gila di kursi belakang. Aku cuma tersenyum dan berbisik kepada si Gina,
"Eh Gina, rasanya supir taksi ini menikmati apa yang kita lakukan nih.."
"Ah kamu.. masa bodoh deh.. udah mau nyampe nih.. entar di sana saja kita lanjutin.."

Sesampainya di Cheers Pub, aku melihat Janet bersama dengan Seong Jong, cowok si Janet yang dari Korea. Kulihat senyum nakal si Janet, menandakan bahwa dia ada rencana untuk sesuatu yang exciting. Kami berempat menaiki tangga pub itu untuk ke dance room. Dance room itu telah dipenuhi para atlit dari ketiga sekolah yang ikutan dalam pertandingan. Banyak pasangan yang sedang berdansa mengikuti alunan musik slow yang dimainkan oleh DJ Karsten, salah satu murid sekolahku yang juga merangkap sebagai DJ professional di Cheers Pub.

Kuajak Gina untuk berdansa slow dan Gina pun dengan senang hati menyanggupi permintaanku. Ruangan dansa yang remang-remang itu sangatlah efektif untuk memberikan rangsangan terhadap si Gina. Sambil berdansa, kuremas-remas pantat si Gina dan si Gina pun menaruh kepalanya dipundakku sambil merasakan remasan-remasanku yang mengikuti irama musik slow itu. Gina dengan sengaja menggesekkan bagian pubic area dia dengan batang kemaluanku. Terasa batang kemaluanku itu bangun tegak terhimpit badan kami. Gerakan-gerakan itu tentu saja membuatku tak tahan, kuajak Gina untuk pergi ke tempat persembunyianku dan kucari juga si Janet dan si Seong Jong untuk ikutan bermain seks.

Sewaktu kubuka pintu tempat persembunyianku, betapa kagetnya aku, di dalam terdapat kurang lebih 6 orang, semua aku kenal sedang mengadakan orgy. Wow, si Mario orang Jerman bersama Helen ceweknya orang Taiwan, Seong Bin kakak si Seong Jong bersama Yeslin orang Bandung, Ms. Rothen bersama Mr. Carr guru olahraga yang dari Kanada. Mereka tidak mempedulikan kedatangan kami dan dengan enaknya melanjutkan acara spesial ini. Aku dan Gina memilih satu spot yang lumayan enak, dekat pojokan. Kubuka langsung baju si Gina dan kuciumi dadanya sembari tanganku melepas BH-nya. Berdirilah Gina dengan telanjang dada. Kuciumi langsung buah dada Gina yang terlihat sangat seksi itu. Dia pun mendesah menandakan merasakan betapa nikmatnya jilatanku ke pentilnya. Tangan yang satu mengelus-elus rambutku sementara tangan yang satunya membuka resleting celana jeansku dan mengeluarkan batang kemaluanku yang sudah tegak itu. Kulepas celanaku supaya lebih enak dan kulepas juga celananya. Telanjang bulat kami bermain foreplay di sana, sementara yang lainnya sedang bersetubuh. Aku tak menggubris mereka dan tetap merasa betapa pentingnya foreplay, apalagi dengan cewek sendiri. Kucium dengan mesra dan kugosok-gosokkan batang kemaluanku ke lubang kemaluan si Gina. Batang kemaluanku dicengkeram dengan pahanya, sementara tangannya berada di belakang leherku. Kubuka paha dia perlahan-lahan dengan tanganku dan kutuntun batang kemaluanku untuk masuk ke lubang kemaluannya. Basah dan licin sekali. Aku pun mulai bergerak maju mundur mengikuti ritme musik yang terdengar semu-semu dari pub. Agar posisi lebih enak, maklum hari itu agak capai, kusuruh si Gina yang berada di atas dan "mengendarai" kemaluanku itu.

"Oooh ahh ooh ahh.." Satu ruangan penuh dengan teriakan penuh nafsu. Janet dan Seong Jong sedang bersetubuh dengan kasar dan keras, Ms. Rothen dan Mr. Carr juga. Seong Bin dan Mario, sedang enak-enaknya menyetubuhi dua lubang si Helen, sementara Helen menjilati lubang kemaluan Yeslin. Terangsang sekali aku jadinya. Gina pun juga mulai hot nih, dia mulai saja naik turun dengan lebih cepat. Aku tetap saja tidak sabar, langsung si Gina kusuruh posisi doggie dan langsung saja kuhantam dari belakang dengan full power dan full throttle.
"Ahh Kur.. Yess.. Terusin.. Argh.. enak Kur.."
Aku tetap saja masuk maju mundur full power, tanganku meremas-remas buah dada si Gina dengan agak kasar. Gina semakin hot dan dia semakin saja mengerang keenakan.
"Cepet Kur.. Cepet.. nih.. enak.. Hmm.. Iya.. Cepetan aku sudah mau nyampe nih."
Tidak ada lagi ba bi bu, aku juga merasa mau keluar juga, kupegang pinggang si Gina dan kutusuk-tusuk, kucabik-cabik dengan batang kemaluanku.

"Ah ah ah.. ahh Arghh!"
"Aku keluaarr.. sayang..!"

Kupeluk si Gina erat-erat sambil orgasme, dan Gina yang sedang orgasme pun mulai lunglai. Gina mendapatkan orgasme dua detik sebelum aku dapat dan kami pun istirahat sebentar. Aku duduk di pojokan dan Gina juga. Spermaku mengucur keluar sedikit demi sedikit dari lubang kemaluan si Gina. Gila, satu hari itu banyak bersetebuh, capai benar.