Rabu, 1 September 2004

Capek euy! Saya menggumam dalam hati di dalam lift. Saya rapat ditempat client dari jam 2 siang sampai jam 6 sore. Kepala sedikit pusing dan repot keroncongan. Di lobby gedung Sudirman Square Office, saya mampir ke Caf Oh La La untuk beli makanan. Sambil makan sandiwich dan minum kopi, saya masih memikirkan hasil dari rapat. Tidak berapa lama saya mendengar ada yang memanggil saya.

"Arthur?"

Saya mengangkat kepala dan di sebelah saya ada seorang wanita membawa nampan berisi croissant dan coca cola.

"Ya ampun, Lily? Apa kabar?" tanya saya dengan gembira.

Saya berdiri lalu memeluk dan mencium pipi Lily (bukan nama asli). Lily pernah masuk dalam cerita saya berjudul "Arthur: Kembali Ke Jakarta (1)". Lily mengenakan jas dan rok ketat berwarna coklat muda dan kemeja berwarna biru. Rambutnya masih dibiarkan tumbuh panjang sedikit melewati bahu dan ia highlight berwarna coklat tua. Tubuhnya masih terlihat sekal dan sexi. Lily membalas pelukan dan ciuman saya.

"Hi, lama nggak ketemu" kata Lily.

Lily duduk disebelah saya dan kita saling berpandangan dengan gembira.

"Kapan pulang dari Amerika?" tanya saya.
"Udah dari tahun 2002" jawab Lily.
"Gimana kabar Doni?"
"Kita udah putus dari tahun lalu"

Lily sekarang bekerja di sebuah kantor konsultasi keuangan di Sudirman Square Office. Kami saling berbagi cerita sambil tertawa-tawa.

"Eh, souvenir kamu yang di kasih waktu di airport masih ada tuh" kata saya.
"Oya? Minta lagi dong, sayang tuh bagus celana dalamnya" kata Lily sambil tertawa.

Waktu menunjukkan jam 19:00, saya menawarkan untuk pergi makan malam tapi Lily menolak.

"Nggak bisa malam ini, saya ada rapat keluarga karena saudara sepupu saya mau nikah Sabtu ini dan saya yang menjadi ketua panitia" kata Lily dengan kecewa.
"Nggak apa-apa kalau nggak bisa, besok malam gimana?"
"Sip!" jawab Lily dengan mantap.

Kami berdua lalu beranjak menuju lift untuk ke tempat parkir di basement. Lily berdiri agak merapat di samping saya dan saya dengan lembut merangkul bahunya. Entah kenapa kita berdua sepertinya lengket sekali. Pintu lift terbuka lalu kita masuk. Hanya ada kita berdua di lift. Saya tidak tahu siapa yang mulai duluan, tapi yang pasti kita berdua langsung berciuman dengan ganas. Kami ber-french kiss dengan penuh nafsu.

"TING!" bunyi bel di lift menandakan pintu akan terbuka, kita langsung melepaskan diri kemudian keluar dari lift.

"Ke mobil saya dulu yuk" kata saya.

Saya menggandeng Lily ke mobil Toyota Land Cruiser 1998 saya yang diparkir tak jauh dari lift. Tempat parkir Sudirman Square Office menurut saya kurang bagus karena penerangan di garasi ini agak kurang sehingga tempatnya terlihat agak remang-remang. Mobil saya terpakir di antara dua pillar dan menghadap kedalam. Tidak ada lampu garasi di atas mobil saya sehingga mobil saya terlihat sangat gelap. Saya naik ke mobil dan duduk di belakang kemudi sedangkan Lily duduk di sebelah saya. Kita kembali berciuman. Saya membuka blazer Lily lalu melemparkan ke jok belakang. Lily meremas-remas kontol saya lalu dengan cepat membuka risleting celana saya kemudian mengeluarkan kontol saya dari balik celana dalam. Tangan saya langsung menggerayangi payudara Lily dari balik BHnya. Gairah dan nafsu kita terasa memuncak dan tak terbendung.

Saya merebahkan sandaran jok saya demikian juga si Lily sehingga kita berdua dalam posisi rebahan di jok mobil. Lily membungkukkan dirinya kehadapanku lalu mulai menghisap kontolku. Nikmat sekali. Saya menikmati lidah Lily menyusuri batang kontol kemudian turun ke biji lalu mengulumnya. Saya menarik pinggul Lily lalu roknya saya singkap keatas pinggulnya. Ia mengenakan celana dalam warna hitam tapi yang modelnya agak biasa. Saya mengelus-elus selangkangannya. Hal ini membuat Lily semakin nafsu dan ia menyedot kontolku semakin kuat. Hal ini membuat saya tak tahan, saya langsung memutar posisi tubuh Lily sehingga ia menindih saya tapi dalam posisi 69. Ini pertama kali saya bercinta di mobil dan membuat saya semakin bergairah.

Celana dalam Lily langsung saya perosoti. Tetapi agak susah karena ruang gerak agak terbatas. Akhirnya saya sentak sedikit celana dalamnya sehingga robek dibagian selangkangan. Nafas Lily tersentak tapi ia kembali mengulum kontolku. Ia membuka celana panjang dan celana dalam saya sehingga lolos kebawah kaki saya. Vagina Lily masih tercium wangi dan bulu kemaluan Lily masih dalam keadaan dicukur pendek dan rapih. Lily memang telaten dalam merawat alat vitalnya. Saya langsung menjilat seluruh vagina dan anusnya. Lily melenguh dengan keras dan membalas dengan menghisap kontolku dengan keras.

Puas ber-69, Lily mengubah posisinya. Ia tetap menindih tubuh saya tetapi menghadapku. Kita kembali berciuman. Lily membuka kancing-kancing kemejanya sehingga dengan mudah saya bisa meremas payudaranya yang besar. Kontolku yang tegang digenggam Lily lalu ia memasukkannya ke vaginanya. AC mobil yang dingin tidak membuat kita berdua kedinginan justru sebaliknya kita malah keringatan. Dengan gemas saya meremas-remas payudara Lily sementara Lily menggenjot kontolku dalam vaginanya. Saya mencoba menahan gerakan tubuh Lily agar jangan terlalu keras supaya tidak membuat mobil bergoyang-goyang. Kalau ketahuan satpam bisa repot nih.

Lily menghunjam vaginanya dengan kuat ke kontolku sementara nafasnya memburu. Putingnya tak henti-hentinya saya lumat dan gigit dengan gemas. 7 menit bersetubuh, peju saya keluar dalam vagina Lily. Lily menggelinjang dalam pelukanku sambil merapatkan kedua pahanya lalu ia merebahkan tubuhnya di dadaku. Kita masih berciuman beberapa menit lalu kita kembali berpakaian.

"Goyangan kamu masih maut" pujiku.
"Hehehe, kayaknya kontol kamu semakin besar deh," kata Lily sambil tersenyum.

Kita langsung berpakaian dan saya lalu mengantar Lily ke mobilnya yang terletak tak jauh dari mobil saya. Sebelum Lily turun dari mobil, ia mencium bibirku lalu masuk ke mobilnya.

"Nanti saya telepon ya" kata Lily.

Sabtu, 4 September 2004

Kemarin saya menerima undangan pernikahan sepupu Lily. Oleh karena itu saya memutuskan untuk datang. Jam 19:15, saya sudah tiba di hotel yang megah di kawasan Senayan. Ruang pernikahan yang diadakan di lantai 1 didekorasi dengan mewah dan indah. Di pintu masuk terdapat banyak papan karangan bunga yang dikirim dari berbagai perusahaan. Sepupu Lily adalah orang Menado tetapi menikah dengan orang Jawa sehingga pesta resepsi ini dilangsungkan dalam nuansa Jawa. Saya melihat Lily sedang berdiri dekat meja penerima tamu mengenakan baju kebaya berwarna biru muda dan kain songket berwarna senada serta ia mengenakan konde modern. Begitu ia melihat saya, ia langsung melambaikan tangannya padaku. Saya sempat terpesona melihat kecantikan Lily mengenakan kebaya. Tubuhnya terlihat terbentuk dengan indah dibalik kebayanya yang ketat. Payudaranya menjadi terlihat lebih besar. Saya perhatikan beberapa tamu pria asyik meliriki Lily.

Karena antrian tamu cukup panjang, Lily menemani saya makan malam. Kami makan sambil menonton acara pemberkatan di gereja yang diadakan tadi pagi yang ditayangkan di jumbo screen dipojok ruangan. Selesai makan, saya ditemani oleh Lily memberi ucapan selamat kepada pengantin. Jam 20:15, si Lily berbisik pada saya.

"Saya lagi horny, ikut saya yuk"

Kita berdua keluar dari ruangan resepsi lalu menuju ke lift. Kami naik ke lantai 15 dan masuk ke kamar nomor 1505. Kamar agak berantakan dan terdapat banyak baju-baju serta tas-tas yang berserakan di lantai. Rupanya kamar ini dipakai untuk ruang ganti panitia. Begitu pintu ditutup, Lily langsung mencium saya. Sambil ciuman, saya membuka jas lalu dilempar ke tempat tidur. Saya mencoba meremas payudara Lily tapi ditepis dengan halus oleh Lily.

"Jangan dipegang dulu sayang, takut nanti kebayanya berantakan"

Lily lalu membuka songketnya kemudian ia lipat dengan rapih. Lily kini hanya mengenakan kebaya dan celana dalam thong dan sepatu hak tinggi. Pemandangan ini benar-benar menggairahkan saya sehingga kontol saya langsung ngaceng. Saya langsung membuka celana panjang dan celana dalam. Lily lalu membalikkan tubuhnya membelakangi diriku lalu ia bersandar pada kursi rias. Saya mengakangi kakinya dan meminta tubuhnya dibungkukkan agar saya bisa memasukkan kontolku lebih dalam. Sebelumnya celana dalamnya saya tarik kebawah. Saya benar-benar horny melihat Lily dalam posisi ini.

Langsung kontolku menerobos vaginanya. Lily menjerit kecil. Jeritannya membuat nafsu saya semakin menggebu-gebu. Dengan sedikit kasar, saya meremas pantat Lily sambil menggoyangkan pantatku maju mundur. Lily mengimbangi goyanganku sambil ikut memaju-mundurkan pinggulnya. Bayangan kami berdua terlihat begitu sensual dikaca rias. Entah kenapa malam itu peju saya keluar agak cepat. Mungkin karena saya agak lelah karena tadi pagi hingga siang main golf. Begitu peju saya keluar. Lily dan saya melenguh dengan keras dan puas. Lily menyandarkan dirinya sebentar di meja rias dalam posisi menungging sementara saya mengeluarkan kontolku dari vaginanya.

"Enak sekali sayang," kata Lily sambil tersenyum manja.
"Nanti lanjutin lagi ya," kata saya sambil membelai punggung Lily.

Tiba-tiba handy-talkie Lily berbunyi.

"Lily, acara foto keluarga mau dimulai, kamu dimana?"

Kami berdua tertawa lalu cepat-cepat mengenakan baju kemudian turun kebawah.

Rabu, 8 September 2004

Pulang kantor, saya menelepon Lily. Cukup lama kita ngobrol ditelepon. Lily bercerita bulan November nanti ia mau ke Amerika untuk mengunjungi adiknya. Karena dibulan itu sudah mulai memasuki musim dingin, Lily ingin ke Bandung weekend ini untuk beli baju hangat. Ia meminta saya untuk menemaninya. Dengan senang hati saya menerima ajakannya.

Bersambung . . . . . . .