Pada dekade 780an SM, Raja You (yang nama aslinya Ji Gongnie) dari Dinasti Zhou memerintah Tiongkok dengan gayanya yang tiran. Ketika terjadi gempa bumi besar yang melanda wilayah Guanzhong, ia tidak peduli dengan penderitaan rakyat, malahan mengeluarkan perintah mencari gadis-gadis cantik untuk mengisi istana belakangnya. Salah seorang menteri mempersembahkan baginya seorang gadis cantik yang ketika itu usianya baru 16 tahun bernama Baosi. Raja You sangat tergila-gila dengan Baosi yang memiliki kecantikan bak seorang dewi. Ia memiliki rambut hitam yang panjang berkilau, alis melengkung dan mata yang indah, hidung mancung, pipi merona, berpinggang ramping serta kaki bak busur. Sejak itu Raja You mulai menghabiskan waktunya bersama Baosi dan mengabaikan urusan kenegaraan. Sepanjang hari mereka bermain cinta dengan berbagai gaya dan variasi. Baosi melahirkan baginya seorang putra yang diberi nama Bofu. Saking sayangnya Raja You pada Baosi ia mengasingkan permaisurinya sendiri, Permaisuri Shen dan mengalihkan status putra mahkota dari putra sulungnya, Ji Yijiu, kepada Bofu.



Baosi walaupun cantik namun sangat jarang tersenyum, hal inilah yang membuat Raja You penasaran. Ia selalu ingin membuat Baosi yang kini telah menjadi permaisurinya tersenyum sehingga semakin cantik. Maka ia pun membuat sayembara, kepada para pejabatnya ia mengumumkan bahwa barangsiapa yang dapat membuat Baosi tersenyum akan diberi hadiah besar. Seorang pejabat penjilat bernama Guo Shifu mengusulkan untuk menyalakan sinyal pada menara-menara jaga di perbatasan utara yang biasa dipakai untuk memberi sinyal bila terjadi serangan dari suku barbar. Raja menyetujui usul ini tanpa mempedulikan keberatan dari para pejabat yang mengingatkan bahwa menara jaga bukanlah untuk main-main. Sesungguhnya pada zaman yang bobrok itu :





Sudah banyak yang dihancurkan oleh para penjahat,

yang memanfaatkan kepercayaan penguasa

Jika istana mampu membedakan yang baik dan yang jahat,

bencana apapun tak akan pernah datang



Raja You mengajak Baosi ke atas benteng kota dan menyuruh prajurit menyalakan tanda asap. Begitu melihat asap membubung dari menara jaga di ibukota Haojing (sekarang Xi’an, Provinsi Shaanxi), para jenderal dan adipati juga menyalakan tanda di posnya masing-masing sehingga terlihat oleh pasukan lain di sekitar mereka. Merekapun bergegas menuju ibukota dengan pasukannya. Namun setibanya di ibukota mereka tidak menemui musuh satupun. Baosi yang melihat pasukan yang kebingungan itu tertawa geli. Raja You sangat puas melihat senyum manis Baosi dan memberi hadiah besar pada Guo Shifu. Hari-hari berikutnya ia kembali mengulangi kekonyolannya beberapa kali sehingga membuat para jenderalnya merasa kesal dan kehilangan kepercayaan padanya.



Ji Yijiu yang marah karena dicabut gelar putra mahkotanya dan ibunya diperlakukan sewenang-wenang, mengadu pada kakeknya, Adipati Shen Bo, yang tak lain adalah mertua Raja You. Mereka mengumpulkan para pejabat yang kecewa dengan Raja You dan berkomplot untuk menggulingkannya. Shen Bo lalu menjalin persekutuan dengan Suku Quanrong (suku barbar dari wilayah utara Tiongkok) untuk membantunya menyerbu ibukota. Pada tahun 771 SM, Raja You harus menghadapi pemberontakan dari putra dan mertuanya sendiri. Ketika ia menyuruh prajurit menyalakan sinyal untuk memanggil bala bantuan, tidak satupun pasukan yang datang membantu karena mereka sudah kehilangan kepercayaan dan mengira raja sedang bermain-main lagi dengan menara jaga.



Ketika keadaan sudah semakin genting, karena suku Quanrong sudah semakin mendekati ibukota. Raja You bersama Baosi dan Bofu melarikan diri meninggalkan ibukota, turut pula bersama mereka Qingyu dan Honglian, dua orang dayang yang biasa mendampingi Baosi. Keduanya itu masih muda, sebaya dengan Baosi ketika dulu baru masuk istana, Qingyu berusia 18 tahun sedangkan Honglian 17 tahun, lebih muda empat bulan dari rekannya. Zheng Boyou, komandan pengawal kerajaan memimpin di depan mengawal mereka melarikan diri. Ekspresi cemas nampak pada wajah mereka, Raja You sangat menyesali ketololannya yang telah menjerumuskan negara dalam bencana seperti ini, namun kini menyesal pun telah terlambat, kesalahannya telah membuat keluarga dan bawahannya memberontak terhadapnya. Baosi juga mengkhawatirkan keselamatan suami dan putranya, Bofu yang saat itu telah berusia lima tahun. Kecantikannya tetap terlihat walaupun wajahnya sedang menunjukan ekspresi cemas dan takut.

“Tenanglah Yang Mulia, kita sudah jauh dari ibukota, hamba yakin sekarang ini para pemberontak dan suku barbar sedang sibuk menjarah di ibukota.” hibur Honglian sambil mengelus-elus punggung majikannya untuk menenangkan.

“Ini salahku, akulah yang membuat baginda terbuai sehingga bencana ini terjadi, aku memang pantas mati…pantas mati !” Baosi menangis sesegukan.

“Yang Mulia, tolong Yang Mulia jangan berkata begitu, kita masih dapat memulai lagi dari awal, manusia bisa berbuat salah dan masih ada kesempatan untuk bertobat !” Honglian ikut menangis sambil menggenggam tangan Baosi.



Rombongan itu memasuki hutan di kaki Gunung Li, sebelah timur ibukota. Tiba-tiba terdengar bunyi terompet dan teriakan-teriakan perang yang membahana. Sepasukan suku Quanrong muncul dari balik bukit, ternyata mereka telah menunggu rombongan raja disana. Pertempuran pun tak terelakan lagi, pasukan kecil itu tentu bukanlah tandingan bagi pasukan Quanrong yang telah bersiaga penuh untuk menjebak mereka. Pasukan Zhou berjuang dengan gagah berani namun mereka semua harus tumbang satu-persatu karena kekuatannya tidak seimbang. Mayat bergelimpangan dan darah membasahi rumput hijau disana. Raja Zhou dan Baosi semakin ketakutan ketika melihat Jenderal Zheng gugur diterjang puluhan anak panah musuh. Raja You menyuruh kusirnya segera memacu kuda secepat mungkin untuk kabur, namun seorang perwira Quanrong berhasil mengejar mereka dengan kudanya. Ia mengayunkan golok besarnya, sekali tebas tubuh Raja You dan putranya yang sedang menangis di pelukannya terpotong berikut tiang penyangga atap kereta tersebut. Si kusir kereta menjadi sasaran golok itu berikutnya. Baosi yang berada di kereta lain tidak kuasa menahan jeritannya melihat suami dan anaknya mati dengan tragis di depan matanya. Kusir kereta segera mengayunkan cemetinya agar kudanya berlari secepat mungkin, namun sebatang anak panah mengenai dadanya sehingga ia tersungkur membuat ketiga wanita di dalam kereta itu menjerit. Suku barbar itu telah mengepung kereta itu, wajah-wajah mereka yang beringas bagaikan serigala yang siap menerkam mangsanya.



Baosi dan kedua dayangnya pasrah, keringat dingin mengucur di sekujur tubuh mereka, tak ada lagi celah untuk melarikan diri, wanita istana yang lemah gemulai seperti mereka tentu bukan apa-apa bila melawan segerombolan orang barbar ini.

“Turun !!” seru salah seorang perwira Quanrong yang mengepung mereka.

Lianhong mengangguk kearah Baosi memintanya agar menurut saja.

“Kita menurut saja dulu Yang Mulia, sambil mencari cara untuk kabur” kata Qingyu.

Kedua dayang itu pun membantu nyonya majikan mereka turun dari kereta. Para barbar itu terhenyak memandang para wanita itu ketika tirai kereta disibak. Kedua dayang itu saja sudah cukup membuat mereka terpesona, terlebih setelah Baosi turun dari kereta, mata mereka seperti mau copot melihat dewi turun ke dunia.

“Hahaha…jadi ini Permaisuri Baosi yang membuat si raja tolol itu bermain-main dengan menara jaganya, ternyata memang kecantikan yang sanggup meruntuhkan kota dan negara !” kata seorang diantara mereka yang bertubuh besar dan memakai jubah kulit binatang, orang ini bernama Ajige, seorang jenderal Quanrong, brewok pada wajahnya menambah kesan sangar, di pipi kanannya terdapat luka parut bekas berperang.

Kuda yang ditunggangi Ajige mendekati ketiga wanita yang terpaku ketakutan itu. Lalu ia turun dan menghampiri Baosi yang tertunduk lesu. Ajige mengangkat dagu Baosi yang tertuduk lesu, ditatapnya wajah Baosi yang sedang menangis, tangan kasarnya mengelus pipi yang lembut itu.

“Lancang sekali, jangan sentuh Yang Mulia !” Qingyu membentak orang barbar itu dengan marah.

“Plak !” sebuah tamparan keras mendarat di pipi gadis itu, “Diam kau budak hina !”

Qingyu menjerit kesakitan, tubuhnya sampai tersungkur di tanah karena Ajige cukup kuat menamparnya.



“Jangan…jangan lukai dia !” Baosi memegang lengan kekar komandan Quanrong itu yang hendak maju menendang Qingyu.

Ajige menoleh dan memandang Baosi sambil menyeringai seram.

“Hehehe…tenang lah Yang Mulia, saya tidak akan membunuh kalian, kalian terlalu cantik untuk mati, terlebih anda, Yang Mulia” katanya sambil tertawa-tawa.

Seorang perwira Quanrong mengangkat tubuh Qingyu dan menelikung kedua lengannya ke belakang agar tidak banyak bergerak.

“Qingyu ! tolong lepaskan dia, kumohon !” Baosi memelas pada Ajige.

Ajige hanya tersenyum sinis lalu berbalik lagi menuju Qingyu yang terus memakinya. Baosi dan Honglian hendak maju menahannya namun seorang perwira Quanrong di dekatnya menghunus pedang dan menjulurkannya di hadapan mereka, pinggiran pedang itu hanya sejengkal dari leher kedua wanita itu.

“Dasar penjahat, dia cuma gadis kecil, kumohon jangan bunuh dia !” Baosi menjerit dan hendak maju tanpa peduli pedang yang di depan lehernya, namun dipegangi oleh Honglian.

Dihadapan Qingyu, si jenderal barbar itu mengeluarkan pisau dari sarungnya.

“Yang Mulia jangan khawatir, kan saya sudah bilang kalian ini terlalu sayang untuk dibunuh, saya hanya ingin memberi sedikit pelajaran pada pelayan anda yang cerewet ini” kata Ajige sambil menempelkan mata pedang itu ke leher jenjang Qingyu.

bunga

Qingyu memejamkan mata siap menyambut maut, namun senjata itu tidak masuk ke lehernya melainkan terus turun ke bawah menggeser pakaian luarnya sehingga melorot turun dari kedua bahunya. Kulit bahu dan lengan Qingyu yang putih mulus itu pun mulai terekspos membuat para prajurit itu menelan ludah dan semua pandangan mereka tertuju padanya. Mata pisau itu lalu memutuskan tali pakaian dalam dari bahan sutra itu sehingga melorotlah pakaian dalam dengan model kemben itu.

“Wwwhhhuuiii !” seru mereka melihat payudara Qingyu yang berukuran sedang itu.

“Aduh sakit, jangan begitu, tidak !!” rintih Qingyu ketika tangan Ajige meremas payudara kanannya dengan kasar.

“Hahaha…benar-benar hebat, toket gadis daratan tengah memang mantap, begitu lembut dan berisi !” Ajige tertawa penuh kemenangan.

Para anak buahnya juga ikut tertawa, komentar-komentar jorok terlontar dari mulut mereka. Baosi dan Honglian menahan nafas dan gelisah, mereka yakin akan segera mengalami nasib yang sama seperti Qingyu. Saat itulah Baosi baru menyadari kecantikannya adalah kutukan yang telah menghancurkan negara, keluarga, dan juga dirinya. Si perwira yang menelikung tangan Qingyu juga ikut-ikutan meremasi payudara gadis itu.


“Hai semua dengar !!” Ajige mengangkat kedua tangan ingin berbicara dengan pasukannya, “Kita istirahat dulu sebentar disini untuk merayakan kemenangan kita, silakan bersenang-senang sampai fajar terbenam lalu kita akan menuju ke ibukota untuk menyerahkan kepala raja tolol itu. Dayang ini silakan kalian nikmati sebagai penghargaan atas jasa kalian, tapi jangan berani-berani sentuh Yang Mulia tanpa perintahku hahaha !”

Begitu Ajige meninggalkan Qingyu dan kembali ke Baosi, orang-orang Quanrong di sekitar situ langsung mengerubuti dayang itu, pakaian Qingyu terkoyak-koyak hingga tubuh bugilnya terlihat kemana-mana.

“Tidak…!!!” Qingyu menjerit dan menangis, ia tidak rela tubuhnya disentuh orang-orang barbar ini, namun ia tidak berdaya melawan mereka.

“Nah, bagaimana Yang Mulia, kami justru akan memberi kenikmatan pada kalian seperti pelayan anda itu” kata Ajige sambil mendekap tubuh Baosi yang tidak sanggup berkata apa-apa lagi selain meneteskan air mata.

“Tunggu !” tiba-tiba Honglian berseru, “bagaimana kalau saya menggantikan Yang Mulia melayani anda, tapi tolong anda bebaskan Yang Mulia !”

“Heh, gadis kecil, kau mencoba tawar-menawar denganku ?” dengus Ajige, “memang apa yang bisa kau berikan hah ?”

“Ayolah tuan, saya mohon, saya lebih muda daripada Yang Mulia dan belum pernah melahirkan, anda pasti tidak akan kecewa” Honglian bersikap genit sambil menarik lengan kekar Ajige memisahkannya dari Baosi.

bunga
Ajige menatap dalam-dalam wajah manis Honglian, rambutnya indah dan dikepang dua dengan hiasan rambut berbentuk bunga seperti para dayang pada umumnya, mata yang bening dan bibir yang tipis. Sungguh seindah sekuntum bunga yang sedang mekar seperti arti namanya ‘teratai merah’

“Honglian…kau…!” Baosi sangat tersentuh dengan kesetiaan para dayangnya bahkan disaat-saat yang sulit seperti sekarang.

Walau hanya gadis lemah, mereka jauh lebih ksatria daripada para menteri-menteri dan jenderal pengecut yang kabur dari posnya ketika ibukota sudah akan jatuh ke tangan pemberontak dan Quanrong. Honglian membimbing tangan jenderal Quanrong itu dan meletakkannya di payudara. Ia mendesah pelan ketika tangan itu meremasnya. Mata Ajige semakin jelalatan mengamat-amati Honglian dari ujung kepala ke ujung kaki, tubuh indah Honglian dibalik gaun sutra itu sungguh menggoda. Ia mulai melucuti pakaian gadis itu satu persatu. Wajah Honglian memerah menahan malu ketika ditelanjangi di depan kumpulan pasukan barbar itu, namun ia tetap menahan diri tersenyum untuk menggoda Ajige agar lebih memilihnya. Mata jenderal barbar itu dan prajurit di sekitarnya seperti mau copot melihat keindahan tubuh Honglian yang telah polos itu. Payudara itu memang terbilang kecil namun bentuknya sudah indah dan bulat padat dengan puting merah dadu. Perutnya rata tanpa ada lipatan serta memiliki sepasang paha jenjang yang mulus bak pualam. Perwira Quanrong yang sedang menempelkan pedang di leher Baosi sebenarnya sudah nafsu dan ingin ikutan namun ia masih harus menjaga tawanannya dan tidak berani sembarang bertindak sebelum diperbolehkan Ajige. Ia takut mengalami nasib yang sama dengan seorang prajurit yang kepalanya menggelinding gara-gara mengganggu kesenangan Ajige kala menikmati seorang wanita dari kampung suku yang baru saja ditaklukannya.

Sementara di tempat lain Qingyu sedang digenjot dari belakang dengan posisi nungging dan tangan bertopang pada sebatang pohon. Tiga prajurit lainnya nampak sedang menggerayangi bagian tubuh lainnya, ada yang meremas-remas payudaranya, ada yang berjongkok dan menyusu dari payudara satunya. Yang belum kebagian sedang sibuk mengatur giliran dengan membuang undi, ada yang mempersiapkan makanan dan minum-minum merayakan kemenangan. Puas mengamati keindahan tubuh Honglian, Ajige mendekap gadis itu dengan gemas dan melumat bibirnya. Honglian merasa seperti dipeluk gorilla, karena tubuh jenderal barbar itu tinggi besar sementara tubuhnya hanya setinggi leher orang itu. Dayang itu pasrah membiarkan lidah tebal itu menyapu rongga mulutnya, ia mencoba menikmatinya agar tidak terlalu menderita, nampak air mata menetes dari matanya yang terpejam. Tangan Ajige turut aktif menggerayangi tubuh dayang istana itu. Darah Honglian berdesir merasakan belaian pada punggung hingga ke pantatnya, selain itu jari-jari besar itu juga bermain di putingnya menyebabkan benda itu semakin mengeras. Nafasnya semakin memburu karena terangsang, ia mulai membalas permainan lidah Ajige dan membuang rasa malunya. Tangan jenderal barbar itu akhirnya sampai ke kewanitaan Honglian yang belum pernah disentuh pria manapun. Telapak tangan itu meraba permukaannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus, lalu tak lama kemudian jarinya membelah bibir vagina itu dan menyeruak masuk.

“Hhsshhh !” desis Honglian di tengah percumbuannya karena merasa tubuhnya seperti tersengat listrik.

Campur aduk perasaan Baosi melihat kedua dayangnya diperlakukan seperti itu, kasihan, marah, sedih, tapi juga terangsang. Akhirnya ia hanya bisa membalikan badan agar tidak melihat semua itu, ia menangis sambil bersandar pada badan kereta.



Ajige mengangkat paha kiri Honglian sambil tangan satunya membimbing penisnya memasuki vagina gadis itu. Honglian agak terkejut, ia tidak tahu entah kapan penis itu sudah keluar dari celana barbar ini tahu-tahu kepalanya sudah terasa di vaginanya. Ia menggerakan bola matanya ke bawah dan terhenyak melihat ukuran penis yang sedang mendesak masuk ke vaginanya, begitu besar dan keras.

“Oohhh…pelan-pelan….aaahh !” desah Honglian menahan nyeri ketika penis itu melesak masuk, kedua tangannya melingkar dan berpegangan pada leher Ajige agar tidak jatuh.

Ajige mendorong pinggulnya sehingga penisnya masuk semakin dalam dan menyebabkan gadis itu semakin merintih.

“Hhhuuhh, sempit sekali… benar-benar nikmat memek daratan tengah, mmhhh !” dengusnya seraya mendorong pinggulnya lebih keras.

“Aaaakkhh !” jeritan panjang keluar dari mulut gadis itu, tubuhnya mengejang karena rasa perih pada vaginanya yang diterjang penis sebesar itu dengan kuat.

Darah segar meleleh dari sela-sela vagina gadis itu menandakan ia baru saja kehilangan keperawanannya. Tanpa buang-buang waktu, Ajige sudah menggenjot gadis itu tanpa memberinya kesempatan menyesuaikan diri dulu. Diangkatnya kaki gadis itu yang satu lagi sehingga tubuh mungil itu kini ditopang kedua lengannya yang kekar. Ia menyetubuhi gadis itu sambil menggendongnya. Honglian yang semakin hanyut dalam birahinya kini menggoyangkan sendiri tubuhnya mencari kenikmatan. Setiap sodokan penis itu membuatnya melolong panjang, rasa sakit bercampur nikmat nampak dari wajahnya yang memerah.



Di tengah genjotan ganas Ajige, Honglian sempat menengokan wajahnya ke sebelah. Ia melihat pemandangan yang miris, kira-kira sepuluh meter dari tempatnya, temannya, Qingyu, sedang digangbang habis-habisan oleh para prajurit dan perwira. Ia tak dapat melihat jelas Qingyu yang saat itu sedang terbaring di rumput dan dikerubuti orang-orang barbar itu, hanya terlihat tangan dan kakinya seolah menggapai-gapai diantara kerubutan itu. Sementara itu para prajurit lain yang belum kebagian dan masih menikmati minum-minum juga tampak memandang penuh nafsu ke arahnya.

“Aaahh….aahhh…mmmhhh…eeenngghh !” desah Honglian makin tak terkendali.

Ia merasakan ada sesuatu dalam tubuhnya seperti mau meledak, sebuah sensasi nikmat yang baru pernah dirasakannya. Honglian pun mencapai orgasme pertamanya, cairan kewanitaanya meleleh keluar. Ajige makin bernafsu menyetubuhinya terutama ketika gadis itu orgasme tadi, ia merasakan kontraksi dinding vagina yang masih sempit meremasi penisnya, nikmatnya sungguh luar biasa. Honglian mulai terbuai dalam persetubuhan itu setelah orgasme pertamanya tadi. Remasan vagina gadis itu membuat penis Ajige semakin berdenyut-denyut. Akhirnya ia tak tahan lagi, dengan kasar ia melesakkan penisnya dalam-dalam menikmati detik-detik orgasme.

“Uuhh !” lenguh jenderal Quanrong itu sambil menyemburkan spermanya di dalam rahim Honglian.

Spermanya begitu banyak sampai sebagian meluber di sela-sela bibir vagina gadis itu. Lelehan itu berwarna agak pink karena bercampur dengan darah keperawanan dan cairan kewanitaan gadis itu.



Erangan klimaks mereka terdengar menggoda Baosi untuk mengangkat wajah melihat apa yang terjadi. Ia tertegun dan menelan ludah melihat tubuh dayangnya menggelinjang nikmat dalam gendongan jenderal barbar itu. Mau tidak mau birahinya terusik, belum lagi di sebelah sana ia melihat Qingyu sedang menaik turunkan tubuhnya diatas penis seorang prajurit Quanrong. Sambil memacu tubuhnya kedua tangannya menggenggam penis prajurit yang berdiri di kanan dan kirinya. Ia sepertinya sudah larut dalam birahinya sehingga mengoral serta mengocok penis-penis itu tanpa terlihat paksaan. Tangan-tangan kasar tidak pernah absen menggerayangi tubuhnya. Setelah menyelesaikan ronde pertama dengan Honglian, Ajige menurunkan tubuh gadis itu hingga terbaring di atas tanah berumput. Ia mencabut penisnya dari vagina gadis itu dan membetulkan celananya.

“Hehehe…awal yang bagus gadis kecil, terima kasih sekali atas kesempatan membobol memek perawanmu yang legit itu !” katanya, “siapa namamu, manis ?”

“Hamba Honglian !” jawabnya dengan suara lemah, ia berusaha tersenyum dipaksa walau dalam hatinya sebenarnya remuk redam karena harus melepaskan keperawanannya pada manusia gorila kasar ini.

“Nah, Honglian sekarang kamu bersenang-senanglah dengan yang lain dulu, saya masih harus menikmati hidangan utamanya !”

Kata-kata itu membuat Baosi dan Honglian tercekat. Jadi sejak tadi Ajige hanya menganggap Honglian sebagai hidangan pembuka sebelum menikmati Baosi.

“Tuan, jangan Tuan, kan anda sudah janji, jangan apa-apakan Yang Mulia, saya mohon !” Honglian memegangi lengan Ajige mencegahnya agar tidak menyentuh majikannya.



Ajige menganggukan kepala pada perwira yang menjaga Baosi itu sebagai tanda boleh mengambil jatahnya.

“Sudah minggir sana, saya tidak pernah berjanji apapun daritadi, kamulah yang menyerahkan diri !” bentak Ajige sambil menyentakkan kakinya yang dipengangi oleh Honglian

Si perwira yang menjaga Baosi tadi langsung mendekati Honglian sambil cengengesan.

“Hahaha…ayo Nona, sekarang layani saya, sudah daritadi saya hanya bisa menonton dan menahan nafsu” katanya sambil mendekap gadis itu.

Honglian meronta-ronta sambil menjerit, namun perwira Quanrong bertampang sangar itu mendekapnya dengan kuat dan menggerayangi tubuh telanjangnya. Beberapa orang lain di sekitar situ juga ikut mendekat dan mengerubunginya. Honglian semakin tidak berdaya ketika tangan-tangan itu menjamahi tubuhnya.

“Yang Mulia, sekarang tinggal kita berdua, bagaimana kalau kita masuk saja ke dalam kereta supaya lebih nyaman ?” Ajige mendekap Baosi sambil menyibak tirai kereta mempersilakannya masuk, “ayolah, Yang Mulia tidak ingin kan kedua dayang cantik itu terluka ?” desaknya melihat Baosi yang diam saja memandangnya dengan marah.

Baosi pun dengan berat menggerakan kakinya memasuki kereta. Ajige membantunya menaiki kereta sambil memegang pantatnya, sungguh kurang ajar, kalau masih di istana dulu, ia sudah memanggil pengawal untuk memenggalnya, tapi sekarang ia sudah tidak punya kuasa maupun kekuatan untuk itu. Ia menyadari inilah karma yang harus diterima.



Sekarang keduanya telah berada di dalam kereta seluas 2×3 meter. Baosi sangat kikuk, tidak tahu harus berbuat apa, jantungnya terus berdetak kencang. Suara riuh dari luar kereta dari para prajurit yang sedang berpesta masih terdengar, diantara suara-suara itu sekonyong-konyong terdengar suara erangan wanita, pastilah itu suara Honglian yang sedang digarap tepat di luar sana.

“Glek…glek…aahhh, ayo Yang Mulia !” Ajige meminum araknya lalu menyodorkan kendi kecil itu pada Baosi.

Ia menggerakan tangannya dengan terpaksa meraih kendi yang telah disodorkan di depan mulutnya itu lalu mengarahkan mulut kendi ke mulutnya. Lalu diteguknya sedikit, ia mengerutkan dahi menahan rasa dan bau arak yang menusuk itu. Bukannya tidak bisa minum, tapi arak buatan suku Quanrong ini sangat berbeda dari arak Tiongkok apalagi yang disediakan untuk istana, aromanya tidak enak seperti kencing kuda.

“Hahaha…kenapa sedikit sekali ayo diminum lagi !” kata Ajige.

“Sudah, aku tidak kuat minum banyak” Baosi menggelengkan kepala dengan wajah memelas.

“Minum kubilang !” jenderal Quanrong itu dengan paksa menarik kepala Baosi ke belakang dan menumpahkan arak itu ke mulutnya.

“Tidak…jangan…ggglkkk…ggllk !” ia terbatuk-batuk setelah meminum arak yang dijejalkan secara paksa itu.

Arak yang keras itu cepat sekali menaikan suhu tubuhnya, pipinya langsung memerah dan kepalanya agak berputar.



Ajige memeluk tubuhnya dan tangannya sudah bergerilya menggerayangi tubuhnya. Rambut Baosi yang disanggul keatas seperti pada umumnya wanita yang telah menikah memudahkan Ajige menjilati leher jenjangnya. Lidah panas dan jenggot kasar si jenderal Quanrong itu memberi sensasi geli pada Baosi. Tangannya yang tadi mengelus-elus dari luar pakaian mulai menyelinap ke dalam pakaiannya.

“Eennghh !” erang Baosi saat tangan kasar Ajige menyentuh payudaranya.

Ciuman Ajige semakin naik dan berhenti sejenak di telinga wanita itu. Disana ia memberi rangsangan dengan lidah dan hembusan nafasnya. Pengaruh arak membuat Baosi semakin tidak berdaya, tidak ada penolakan apapun ketika orang barbar itu melumat bibirnya. Keduanya beradu lidah dengan ganas sampai ludah mereka meleleh di sudut bibir. Tanpa melepas ciuman, Ajige mulai melucuti pakaian Baosi. Satu-persatu pakaian itu lepas dari tubuhnya, yang tersisa hanya perhiasan seperti gelang batu jade dan kalung yang melingkar di lehernya. Ajige menatap kagum keindahan tubuh Baosi, seorang permaisuri berusia 24 tahun yang pernah melahirkan, namun tubuhnya masih bagus tidak kalah dari kedua dayangnya tadi. Diangkatnya tangan Baosi yang menutupi dadanya karena malu. Tangan kekar itu menyangga punggung wanita itu dan didorongnya ke belakang sehingga bersandar pada lengan itu. Lidah kasarnya mulai menyusuri bongkahan payudara sang permaisuri, gunung itu pun basah oleh ludahnya. Tubuh Baosi bergetar ketika Ajige menjilati putingnya disertai gigitan dan kuluman. Matanya terpejam dan mulutnya mengeluarkan desahan. Sekalipun tak rela diperlakukan demikian oleh orang yang menyerang negara dan membunuh keluarganya, tubuhnya berkata lain, kenikmatan birahi itu tidak memandang konflik atau permusuhan itu.



Baosi membuka mata untuk melihat apa yang terjadi ketika dirasakannya ada cairan mengguyur tubuhnya. Oh, ternyata Ajige sedang menuangkan sisa arak dalam kendi kecil itu ke atas dadanya. Arak itu mengucur membasahi kedua payudaranya juga meleleh ke leher dan perutnya. Ingatan Baosi menerawang ke masa lalu, teringat kembali Raja You juga pernah melakukan hal ini padanya. Bedanya, raja memperlakukannya dengan lembut, ia masih ingat raja membuatnya begitu terbuai ketika menjilati arak kualitas terbaik yang membasahi tubuhnya. Raja juga meminum seteguk arak itu lalu menciumnya dengan lembut, sambil berciuman mereka menikmati arak itu.

“Ssrrrpp….ssluurrpp…eemm !” Ajige begitu bernafsu menjilati sekujur tubuh Baosi seolah hendak menelannya.

Jari-jari tangannya yang besar itu mengorek-ngorek vaginanya sehingga membuat Baosi makin berkelejotan. Ia mengenyoti buah dada yang berlumuran arak itu dengan nikmatnya, ini adalah kenikmatan terbesar sepanjang hidupnya, baru pernah ia merasakan bercinta dengan seorang permaisuri yang terkenal kecantikannya. Sesekali ia menghirup aroma tubuh Baosi yanh harum karena terawat dengan baik, birahinya pun meninggi dan semakin ganas mengerjainya. Baosi melenguh keras, tangannya yang menggapa-gapai menepis topi bulu Ajige dan menjatuhkannya. Jenderal Quanrong itu tersenyum penuh kemenangan melihat Baosi yang sudah tak berdaya melawan lagi.

“Sempurna, benar benar sempurna !” katanya sambil mengelusi payudara Baosi “wanita-wanita daratan tengah bukan hanya cantik tapi juga memiliki tubuh yang indah, jauh berbeda dari wanita-wanita suku kami”



Jilatan Ajige makin turun ke bawah, lidah dan jenggot kasar itu terasa menggelitik ketika menuruni dada ke perutnya. Ajige turun dari bangku kereta dan berlutut di depan sang permaisuri. Ia merenggangkan kedua paha jenjang itu dan mulai menjilati vagina Baosi yang ditumbuhi bulu-bulu lebat. Jilatan-jilatan bernafsu itu membuat darah Baosi berdesir namun disaat yang sama juga ia merasakan dirinya begitu terhina. Ajige memasukan lidahnya sedalam mungkin mengorek dan mengisap, bukan itu saja, tangannya juga menjelajahi setiap inci tubuh mulus Baosi. Baosi merem-melek dan mendesah menikmati perlakuan itu, ia tidak tahu harus bagaimana lagi, mau tidak mau kenikmatan semakin menyelubunginya sehingga desahannya pun sudah tidak seperti orang diperkosa lagi. Ia tak sanggup bertahan lebih lama lagi, tubuhnya menggelinjang hebat, cairan orgasmenya mengucur deras dari vaginanya. Ajige semakin membenamkan wajahnya diantara kedua paha Baosi seolah tidak ingin kehilangan setetespun cairan kenikmatan itu. Baosi mendesah panjang merasakan vaginanya disedot-sedot, tangannya meremasi rambut si jenderal barbar itu. Tubuh Baosi sudah sangat lemas pasca orgasme, namun Ajige masih saja melumat vaginanya. Lima menit kemudian barulah ia melepaskan Baosi untuk membuka pakaiannya sendiri.



Dengan buru-buru ia melepaskan jubah serta plat logam yang melindungi bagian dada dan perutnya, lalu membuka pakaian lusuh di baliknya. Tubuhnya dipenuhi otot-otot yang liat dan dadanya berbulu, beberapa bekas luka nampak menghiasi tubuhnya menandakan ia sudah banyak makan asam garam dalam peperangan. Baosi tertegun ketika ia membuka celananya, penis yang baru saja membantai dayangnya itu kini terlihat dari dekat sehingga lebih jelas terlihat urat-uratnya yang menonjol serta warnanya yang kemerahan. Ia ngeri membayangkan penis itu akan segera membobol vaginanya, milik Raja You walaupun keras dan perkasa, masih kalah besar dibandingkan milik si barbar ini. Selesai membuka pakaiannya, Ajige menurunkan Baosi hingga ia berbaring di lantai kereta. Matanya melotot memandangi liang vagina Baosi yang telah basah dan siap ditusuk itu. Ia pun menekankan penisnya ke vagina itu.

“Aaakkhh…perih !” erang Baosi.

Walaupun vaginanya telah becek oleh cairan kewanitaan dan pernah melahirkan, namun penis Ajige masih terlalu besar baginya, tak heran tadi Honglian juga nampak kesakitan ketika benda itu menerobos vagina perawannya. Tanpa mempedulikan rintihan memelas Baosi, Ajige terus mendorong masuk penisnya. Setiap kali ia memaju-mundurkan pinggulnya, tubuh Baosi semakin berkelejotan menahan sakit bercampur nikmat. Tempo genjotan Ajige terus naik sehingga tak terasa penis itu masuk semakin dalam. Baosi pun agaknya mulai beradaptasi dan larut dalam birahi.



Tubuh Baosi terguncang-guncang dengan dahsyat seiring dengan sodokan Ajige yang makin ganas. Baosi benar-benar kewalahan dibuatnya, orang ini bagaikan banteng liar yang sulit ditundukan. Semakin memelas, ia justru semakin ganas menyetubuhinya. Nampak kedua buah dada Baosi ikut berguncang seirama tubuhnya. Ajige menaikan kedua betis sang permaisuri ke bahunya yang lebar, lalu tangannya meraih payudara itu dan meremas-remasnya dengan kasar.

“Uuuhh…enaknya, memek istana memang beda dari yang lain !” lenguh Ajige merasakan sensasi jepitan daging sang permaisuri cantik ini.

Sekitar dua puluh menit kemudian Baosi mencapai orgasmenya, tubuhnya menekuk ke atas sampai tulang-tulang rusuknya tercetak. Erangannya yang nyaring terdengar ke luar kereta sehingga beberapa orang di luar menengok ke kereta itu sambil senyum-senyum. Sungguh orgasme terdahsyat yang pernah dirasakannya, orgasme yang cukup panjang, namun Ajige masih saja menggenjoti vaginanya tanpa ada tanda-tanda mau keluar. Stamina pria ini memang sesuai dengan penampilannya, Baosi tidak tau dirinya masih bisa bertahan berapa lama lagi menghadapinya.

“Yang Mulia banjir banget ya, hahaha…uhhh…uuhhh !” sahut Ajige di tengah genjotannya.

Lima menitan kemudian barulah Ajige klimaks, ia menekan penisnya dalam-dalam dan Baosi merasakan cairan hangat mengisi rahimnya, begitu hangat dan kental. Setelah puas berejakulasi, ia mencabut penisnya dari vagina Baosi. Lelehan sperma kental bercampur cairan orgasme tampak menjuntai saat penis itu baru lepas.



Kemudian Ajige naik ke dada Baosi, satu tangannya memegang penisnya dan satunya meraih kepala Baosi.

“Sini Yang Mulia, hisap sekalian bersihkan, saya ingin merasakan servis mulut seorang permaisuri !” perintahnya sambil menjejali mulut Baosi dengan penisnya.

Baosi yang sudah lemas tidak bisa menolak karena dipaksa. Mulut mungil Baosi sangat sulit menerima penis raksasa Ajige yang berlumuran sperma dan cairan kewanitaanya sendiri, padahal benda itu sudah lebih menyusut karena baru saja orgasme. Walau sempat merasa jijik dan Baosi berusaha menggerakan lidahnya menjilati kepala penis itu dengan memutar agar si barbar itu tidak terus melesakkannya lebih dalam yang membuatnya semakin menderita.

“Eeemmm…Yang Mulia memang ahli memuaskan pria !” gumam Ajige.

Tanpa mempedulikan komentar yang merendahkannya itu Baosi terus mengulum penis itu. Ia menggeser tubuhnya dan mengangkatnya sedikit sehingga posisinya punggung dengan lantai kereta membentuk sudut 30 derajat. Tangan kirinya dipakai bertumpu pada lantai sedangkan tangan kanan dipakai mengocok senjata itu. Ia mengerahkan teknik oral seksnya yang membuat si jenderal barbar itu melayang tinggi. Melihat mangsanya menunjukan sikap jinak, Ajige tidak lagi menahan kepala Baosi. Dengan demikian setidaknya ia dapat mengeluarkan penis itu dan bebas dari rasa sesak, sebagai gantinya ia menjilati benda itu atau sesekali mengocoknya. Lidahnya menyapu bersih batang itu dari cairan sisa persetubuhan sebelumnya. Setelah beberapa menit, Baosi merasakan benda itu mengeras lagi, ukurannya juga mulai membesar. Nampaknya ronde berikutnya akan segera dimulai.



Benar saja, nafsu Ajige kembali menggeliat. Ia menyuruh Baosi menghentikan oral seksnya, lalu ia turun dan duduk di lantai kereta seraya menaikan Baosi ke pangkuannya.

“Eemmhh !” desah Baosi menerima ciuman jenderal barbar itu pada bibirnya.

Ia membiarkan saja lidah pria itu masuk ke mulutnya, lidah mereka bertautan dengan panasnya. Pengaruh arak yang masih tersisa membuat Baosi terlarut dalam permainan seks yang sebenarnya perkosaaan itu. Tangan Ajige terus bergerilya mengelusi punggung dan payudaranya. Payudara Baosi berhimpitan dengan dada Ajige yang berbulu lebat sehingga menimbulkan sensasi geli setiap putingnya bergesekan dengan bulu dada Ajige. Si jenderal barbar itu mengangkat sedikit pantat Baosi agar bisa mengarahkan penisnya ke vaginanya.

“Pelan-pelan…sshhh…masih sakit !” desis Baosi menahan nafas ketika penis itu melesak masuk ke vaginanya.

Tubuhnya semakin turun dan turun hingga akhirnya terasa penuh dan sesak. Ajige tiba-tiba menyentak pinggulnya ke atas sehingga seluruh batang penisnya amblas ke dalam vagina Baosi.

“Aaahhh…aduhh !!” jeritan halus pun keluar dari mulut Baosi tanpa tertahankan, bersamaan dengan itu tubuhnya tertekuk ke belakang dan tangannya mencengram lengan Ajige dengan kuat.

Kali ini Ajige cukup mengerti keadaan Baosi, ia memberinya kesempatan baginya untuk beradaptasi dengan penisnya yang besar itu sambil menciumi bibirnya. Tak lama kemudian, ia mulai menggoyangkan pinggulnya.



Semakin lama tempo goyangan mereka semakin cepat hingga sampai pada satu saat dimana Baosi menaik-turunkan sendiri tubuhnya padahal saat itu Ajige telah menghentikan sentakan pinggulnya. Jenderal barbar itu tersenyum melihat Baosi yang telah dikendalikan oleh nafsunya itu. Kedua tangannya meraih payudara wanita itu, lalu meremas dan menciuminya bergantian. Semua orang di luar dapat melihat kereta itu bergoyang-goyang hebat seperti ada gempa bumi. Qingyu dan Honglian yang sedang diperkosa beramai-ramai itu sempat sesekali melihat kereta itu dengan pandangan mata sendu.

“Maafkan kami Yang Mulia…atas ketidaksanggupan kami melindungi anda !” seru Qingyu dalam hatinya.

Saat itu ia sedang dipenetrasi ganda oleh dua orang prajurit Quanrong di belakang dan bawahnya. Ia tidak sanggup menghitung lagi sudah berapa penis dan jari-jari yang menjebol vagina dan anusnya. Sejak tadi sudah lusinan orang yang menikmati tubuhnya dan ia sendiri sudah orgasme berkali-kali. Tubuhnya sudah penuh dengan bercak sperma, payudara dan lehernya merah-merah dicupangi. Ia merasa tenaganya terkuras habis, bahkan untuk mendesah pun suaranya sudah tidak ada. Di tengah genjotan kedua prajurit itu, ia merasa kesadarannya makin hilang, pandangannya mulai kabur dan akhirnya gelap. Dengan brutal mereka terus menggarap gadis yang telah pingsan itu. Setelah satu selesai, yang lain akan datang mengambil gilirannya. Nasib Honglian tidak jauh berbeda, kini ia sedang dibaringkan telentang di tanah berumput. Seorang perwira Quanrong dengan ganas menyodok-nyodokan penisnya pada vaginanya, seorang lagi naik ke atas dadanya dan menggunakan sepasang payudaranya yang berukuran sedang untuk mengocok penisnya. Kedua tangan gadis itu sibuk mengocoki penis mereka yang berlutut di sebelah kanan dan kirinya.



“Masukin mulut….diemut !” perintah orang di sebelah kanannya, seorang prajutit Quanrong yang agak gemuk dan wajahnya seperti babi.

Honglian bersyukur penis orang ini walaupun baunya tidak sedap namun ukurannya tidak seberapa besar sehingga tidak sesak dimulutnya.

“Ooohh…mantapphhh !” desah perwira yang mengocok penisnya dengan payudara Honglian karena ia mencapai puncak, spermanya muncrat membasahi dada, leher, dan dagu gadis itu.

Satu lagi yang membuatnya lega, payudaranya yang daritadi diremas dengan kasar itu akhirnya bebas. Perwira itu turun dari dadanya setelah meratakan spermanya. Namun sebentar saja sudah ada tangan lain yang menggerayangi payudaranya. Demikianlah ia menjadi objek pelampiasan nafsu para prajurit barbar itu.

“Ssshhh…mmmhh !” Honglian melenguh saat mulutnya masih dijejali oleh penis si prajurit gemuk.

Rupanya ia mencapai orgasme yang kesekian kalinya, pinggangnya tertekuk ke atas dan tubuhnya tersentak-sentak tak terkendali. Vaginanya berkontraksi dengan cepat dan mengeluarkan cairan orgasme yang menghangatkan penis si perwira yang sedang menyetubuhinya. Mereka tertawa-tawa melihatnya mencapai orgasme.

”Gile beceknya !! bener-bener mantep nih memek uuuhh !” kata perwira yang menyetubuhinya seraya meningkatkan tempo genjotannya.

“Udah keenakan dia !” timpal seorang yang lain disambut gelak tawa teman-temannya.

Tidak sampai lima menit kemudian perwira yang menyetubuhi Honglian pun mencapai orgasme, spermanya memenuhi vagina dayang itu. Ia menggeram sambil meremasi payudara gadis itu sehingga pemiliknya meringis menahan perih.



‘Byur!’ Qingyu membuka mata dan mengedip-ngedipkannya, ia merasa basah dan dingin. Ternyata mereka merasa memperkosa wanita yang tidak sadarkan diri tidak seru sehingga menyiraminya dengan seember air dari sungai kecil dekat situ. Ia melihat sekelilingnya orang-orang barbar itu berkerumun, wajah-wajah sangar mereka tersenyum mesum dan cengengesan, ada yang sudah tidak memakai celana lagi dan ada yang sudah bugil total, penis-penis mereka semua tidak ada yang loyo, semua dalam keadaan ereksi dan ‘lapar’.

“Jangan lagi…saya sudah tidak kuat…saya mohon !” ia memelas dan menggeser tubuhnya menjauhi mereka sambil menutup dada dengan kedua lengannya.

‘byur!’ seseorang menguyurnya dari belakang sehingga membuatnya terkejut dan menggigil. Dua orang berjongkok memeganginya dan menggosoki tubuhnya sehingga bersih dari ceceran sperma, tentu mereka tidak melewatkan kesempatan ini menggerayangi tubuh mulusnya.

“Jangan takut Nona, kami cuma membersihkan tubuh Nona !” kata prajurit yang giginya berantakan sambil mengusap-usap tubuhnya yang basah.

“Kalau bersih kan enak dipake lagi hahaha !” timpal yang sebelahnya.

Si gigi keropos itu menciumi bibir Qingyu dengan paksa, lidahnya menyentil-nyentil lidah gadis itu mengajaknya beradu. Prajurit satunya yang agak kurus itu melumat payudaranya yang baru dibilas. Ia menyedot-nyedot bongkahan kenyal itu hingga pipinya kempot. Qingyu, sementara tangannya menjelajahi kemulusan tubuh dayang istana itu.



Seorang prajurit lagi bertampang bengis dan bercambang tak rapi ikut bergabung. Orang itu membentangkan paha Qingyu dan membenamkan kepalanya pada selangkangannya.

“Ssshhh !” desis dayang itu dengan tubuh menggeliat ketika merasakan lidah si prajurit barbar memasuki vaginanya seperti ular meliuk-liuk.

Setelah si gigi keropos melepas ciumannya, si kurus ganti mencumbunya dengan tak kalah bergairah. Bau mulutnya sungguh tidak sedap karena ia baru saja minum cukup banyak arak, namun Qingyu sudah tidak mempedulikan semua itu, ia sudah seperti mesin pemuas seks yang siap dipakai dengan cara apapun. Prajurit yang menjilati vaginanya ternyata bukan hanya menggunakan lidahnya, jarinya pun aktif mengorek-ngorek liang kenikmatan itu. Jari-jari besar itu berlumuran cairan begitu ditarik keluar dan orang itu memasukkannya ke mulut tanpa risih.

“Rasa dayang istana, hhmmm….lezatnya, bagaimana punya permaisurinya yah !” kelakarnya.

“Hahaha…hati-hati kepalamu lepas dari tempatnya, jenderal kita sedang bersenang-senang dengannya sekarang ini !” timpal salah seorang temannya dari kerumunan.

Beberapa melihat kearah kereta yang bergoyang-goyang, di balik tirai nampak siluet bayangan tubuh wanita sedang memacu tubuhnya. Ya, memang Baosi kini sedang menaik-turunkan tubuhnya diatas penis Ajige yang berbaring telentang sambil memijati payudaranya. Tubuh wanita itu sudah bercucuran keringat, rambutnya yang tersanggul sudah agak kusut. Suara berdecak terdengar dari kelamin mereka yang bertumbukan, selain itu juga lantai kereta juga berderit-derit meramaikan suasana.



Diatas sebuah batu besar, prajurit Quanrong berwajah seperti babi yang tadi memaksa Honglian mengoral penisnya kini sedang duduk disana memanggu dayang itu dalam posisi memunggungi. Honglian sendiri sepertinya sudah menggerakan tubuhnya naik turun secara alami sambil melayani penis dari dua orang yang berdiri di kiri dan kanannya sambil berkacak pinggang.

“Sini Nona, kenapa lama sekali sama dia, saya juga mau !” kata yang sebelah kiri, seorang prajurit berbadan kekar dan jari tangan kanannya tinggal tiga, terpotong dalam sebuah pertempuran. Ia menarik kepala gadis itu dan menjejali mulutnya dengan penisnya yang cukup besar.

Prajurit satunya yang lebih junior itu diam saja tidak berani protes dan sebagai gantinya harus puas dengan kocokan tangan sang dayang. Sekitar 2-3 menit prajurit itu klimaks dan spermanya menyemprot membasahi pipi kanan dan sebagian rambut Honglian. Penis prajurit itu menyusut dalam genggamannya. Seorang prajurit lain menepuk bahu temannya yang baru klimaks itu sebagai tanda ganti giliran. Prajurit yang baru masuk ini langsung meraih tangan Honglian dan menggenggamkannya pada batang penisnya. Namun baru beberapa kocokan, tiba-tiba tirai pintu kereta membuka mengundang perhatian sebagian besar dari mereka ke sana. Ajige, sang komandan, keluar dari kereta hanya mengenakan celananya.

“Dengar semua !” suaranya menggelegar, “yang sudah cukup puas istirahat, cepat berkemas karena kita akan segera berangkat, dan satu lagi…ayo sini Yang Mulia !” sahutnya memanggil ke dalam kereta.



Baosi keluar dari kereta itu dengan wajah tertunduk malu, tubuhnya polos tanpa selembar benangpun, hanya perhiasan yang masih tersisa di sana. Ajige meraih tangannya untuk membantunya turun ke tanah. Betapa malunya Baosi tubuh telanjangnya dipertontonkan dihadapan puluhan prajurit barbar itu. Semua mata memandang kagum padanya, jakun mereka naik turun menahan nafsu. Kalau saja tidak ada Ajige mungkin mereka semua sudah serentak mengeroyoknya hingga tak bisa bangun lagi.

“Inilah sang permaisuri Zhou yang terkenal kecantikannya itu, aku, Ajige, akan menyerahkannya pada Chanyu (gelar kepala suku barbar) agung sehingga tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhnya, tapi…aku akan memberi kesempatan pada mereka yang berjasa hari ini untuk mencicipi kehangatannya sebagai penghargaan !”

Baosi langsung tercekat mendengar kata-kata Ajige itu, begitu juga kedua dayangnya.

“Jangan…jangan lakukan !” Qingyu hendak berteriak tapi lehernya sudah terlalu kering untuk itu sehingga yang keluar hanya suara parau terputus-putus, ia meronta sedikit tapi langsung didekap oleh prajurit yang sedang menyetubuhinya. Honglian pun tidak dapat berbuat apa-apa, si gemuk itu memeluknya dari belakang dan di mulutnya masih terisi penis. Ia hanya bisa meneteskan air mata dengan hati pilu.

“Reng’an…Duobilie…!!” seru Ajige memanggil dua nama.

Seorang perwira berperawakan persis dengan Ajige namun mata kanannya buta bekas terkena senjata muncul dari kerumunan, orang ini tidak lain adalah yang menebas Raja You dan putranya tadi. Perwira lain seorang yang memakai helm bertanduk, tubuhnya tinggi dan agak kurus, memiliki kumis tipis seperti Kaisar Ming (tokoh jahat dalam Flash Gordon). Ia bernama Duobilie, tangan kanan Ajige yang paling dipercaya, seorang ahli strategi yang hebat dalam suku itu.



“Bagus, sukses hari ini tidak lepas dari jasa kalian, sebagai hadiah kalian boleh bermain sebentar dengan Yang Mulia !” Ajige tersenyum dan menepuk bahu kedua bawahannya.

“Hahaha….terimakasih kakak, saya tidak menyangka akan berkesempatan mencicipi seorang permaisuri, pasti rasanya istimewa kan !” kata Reng’an, si mata satu.

“Dua dayang istana ini saja sudah lebih dari cukup, mendapat permaisurinya adalah satu anugerah bukan hahaha !” mereka tertawa-tawa sehingga yang lain pun ikut tertawa menanggapinya.

Tanpa buang-buang waktu lagi, keduanya mendekati Baosi. Reng’an menangkap dan mendekapnya dari belakang ketika Baosi hendak beringsut menghindar dari dekapan Duobilie.

“Huahahaha…mau kemana Yang Mulia, masa kabur telanjang begini ?” tawanya.

“Mendingan sama kami saja Yang Mulia, dijamin hangat dan enak !” kata pria kurus itu sambil meremas payudara kiri Baosi.

Seumur hidupnya baru pernah ia direndahkan seperti ini, dipertontonkan telanjang di depan umum lalu diserahkan sebagai hadiah. Ia tak kuasa menahan air matanya ketika Duobilie melumat bibirnya dengan bernafsu. Kedua petinggi Quanrong itu mengepitnya seperti sandwich dalam posisi berdiri, tangan-tangan kasar itu menelusuri seluruh lekuk-lekuk tubuhnya yang indah. Jari Duobilie mengobok-obok vagina Baosi menyebabkan wanita itu menggelinjang tak terkendali.

“Eemmhh….unggh….!!” erangnya di sela percumbuan dengan pria kurus itu.

Di belakangnya Reng’an menjilati dan menciumi wilayah leher dan telinganya.



“Lihat ini…peju permaisuri, beruntung sekali bisa merasakan seperti ini !” nampak cairan berleleran pada jari-jari Duobilie ketika ia menariknya dari vagina Baosi, lalu dengan nikmat ia menjilati cairan di jarinya itu, “hhhmm…gurih, istimewa, saya suka sekali rasanya !”

Setelah itu ia menurunkan celananya memperlihatkan penisnya yang sudah menegang, ukurannya panjang namun diameternya tidak seberapa besar seperti Ajige, ‘senjata’ itu sudah siap dipakai lagi setelah sebelumnya membantai kedua dayang itu. Diangkatnya paha kiri wanita itu, tangan satunya memegang dan membimbing penisnya memasuki liang senggama. Berkat cairan kewanitaannya, Baosi sudah tidak terlalu merasa nyeri lagi ketika penis itu masuk ke vaginanya. Pinggul Duobilie mulai bergoyang maju-mundur mencari kenikmatannya, tangannya yang menopang pantat wanita itu meremasi wilayah itu dengan gemasnya. Sementara di belakangnya, si mata satu memutar wajah Baosi ke samping agar dapat berciuman dengannya. Kenikmatan yang menjalar dari bawah membuatnya pasrah menerima cumbuan Reng’an, ia bahkan melingkarkan tangannya ke belakang memeluk leher orang barbar itu. Di tempat lain, kedua dayang istana itu masih melanjutkan pergumulannya dengan para barbar itu. Giliran terus berputar, namun sepertinya tidak ada akhirnya, padahal mereka sudah begitu lelah sampai sempat pingsan. Itupun jumlah mereka sudah berkurang sekitar seperempatnya yang tewas dalam pertempuran barusan, kalau saja masih lengkap tentu penderitaan dayang-dayang itu akan semakin berat.



“Cepat…cepat, yang sudah selesai pakai baju, sebentar lagi kita berangkat !” Ajige yang telah memakai kembali pakaian kebesarannya mengatur barisan dari atas kuda.

Mereka yang sudah menuntaskan hasrat buru-buru membenahi diri, mereka begitu tunduk pada komandan mereka yang bengis ini karena kalau salah sedikit ia tidak segan-segan menghabisi atau minimal mencambuki sampai duduk dan tidur akan terasa sakit.

Beberapa orang lain nampak melingkar di sekeliling Honglian. Dayang itu berlutut di tengah dan dipaksa melayani penis-penis yang menodongnya. Ia melayani penis-penis itu silih-berganti dengan kedua tangan dan mulutnya. Kadang ada dari mereka yang sengaja mengelus-eluskan kepala penisnya ke wajah mulus gadis itu. Tak lama kemudian mereka satu-persatu mencapai klimaks, spermanya bercipratan mengenai wajah, rambut dan tubuh gadis itu. Seorang terakhir yang sedang dioral, menahan kepala gadis itu ketika mencapai klimaks. Tentu Honglian kelabakan menerima semprotan cairan yang beraroma tajam itu, tangannya menggapai-gapai karena susah bernafas. Cairan putih kental itu mengisi kerongkongannya hingga tertelan, namun sebagian meleleh di pinggir bibir gadis itu. Honglian langsung terbatuk-batuk ketika prajurit itu melepas penisnya, ia menarik nafas mengambil udara segar. Tubuhnya sudah lengket-lengket oleh ceceran sperma dan keringat, tubuhnya terasa luluh-lantak, untuk berdiri pun ia sudah tidak kuat, terlebih lagi rasa nyeri masih terasa pada vagina dan anusnya. Para prajurit yang menyetubuhinya hanya tertawa-tawa melihatnya sambil melontarkan kata-kata tak senonoh. Honglian sudah tidak mempedulikan keadaan dirinya, ia menangis sesegukan menyesali nasibnya yang tragis.



“Yang Mulia !” ucapnya lemah ketika melihat majikannya sedang disodoki dari belakang oleh perwira barbar bermata satu dalam posisi doggie dan di depannya Duobilie merem-melek menikmati penisnya dikulum oleh sang permaisuri.

Honglian akhirnya tak sadarkan diri saking lelahnya. Reng’an menyetubuhi Baosi dengan brutal, sodokan-sodokannya begitu bertenaga sambil sesekali menampar pantatnya meninggalkan bekas memerah. Baosi mengerang tertahan karena mulutnya tersumbat penis Duobilie. Setiap kali si mata satu itu menyodok, penis itu semakin terdorong masuk ke mulutnya.

“Jangan senafsu itu Reng’an, nanti anuku tergigit bagaimana !” Duobilie memperingatkan rekannya yang terlalu bergairah itu.

“Hahaha…maaf soalnya saya baru pernah merasakan memek istana !” jawabnya sambil terus menggenjot.

Akhirnya Reng’an mencapai orgasmenya, ia meremas kuat-kuat payudara Baosi membuatnya merintih kesakitan. Pada saat yang bersamaan tubuh Baosi juga bergetar hebat, satu lagi orgame panjang yang membuat seluruh tubuhnya menegang. Duobilie yang mengetahui keadaannya melepaskan sebentar penisnya dari mulut wanita itu. Baosi langsung mengerang sejadi-jadinya ketika penis itu lepas dari mulutnya, harus diakui sensasi ini benar-benar luar biasa walau ironisnya didapat dari orang yang membunuh suami dan anaknya. Puas menikmati orgasmenya, pria itu pun mencabut penisnya, ditariknya rambut wanita itu hingga ia berlutut. Ia menyuruh Baosi membersihkan penisnya dengan mulut.



Tanpa perlawanan sedikitpun, Baosi menjilati penis itu dan mengulum-ngulumnya dalam mulut. Tiba-tiba tangan satunya digenggamkan Duobilie pada penisnya dan ia mengocok penis itu tanpa diperintah terlebih dahulu. Ia sudah terlalu lelah dan takluk sehingga sudah menjadi seperti budak seks yang siap memuaskan siapa saja yang menginginkan tubuhnya. Selesai membersihkan penis Reng’an, ia memasukan penis Duobilie ke mulutnya, kepalanya maju-mundur sambil mengemut penis itu. Beberapa orang yang sudah beres-beres menelan ludah melihat adegan itu, mereka juga ingin sekali mencicipi sang permaisuri namun tidak berani karena lancang tanpa ijin Ajige. Setelah beberapa menit dioral oleh Baosi, Duobilie pun mencapai klimaks. Semprotan spermanya terasa hangat ketika tumpah di wajah dan mulut wanita itu. Baosi menelan cairan itu dengan perasaan campur aduk geli, jijik, namun juga ada sensasi aneh yang membuatnya menikmatinya. Duobilie menyeka ceceran spermanya pada wajah dan sekitar mulut wanita itu dan menyuapkan ke mulut wanita itu.

“Yah begitu Yang Mulia, ternyata permaisuri Zhou itu doyan minum peju yah hehehe !” ejek Duobilie.

Orang-orang disekitarnya yang mendengar juga ikut tertawa-tawa mengejeknya. Tidak jauh dari situ, Qingyu juga baru selesai digarap seorang terakhir. Prajurit itu menumpahkan spermanya pada dada dan perut gadis itu lalu buru-buru membenahi diri. Gadis itu menengokan wajah menatap lirih pada majikannya sambil menangis. Langit semakin menguning, matahari sudah setengah tenggelam di ufuk barat. Mereka pun harus meninggalkan tempat itu, setelah mereka pergi burung-burung gagak berdatangan dan berpesta di atas mayat-mayat disana.



Ketiga wanita itu bertangisan di dalam kereta, mereka tidak tahu nasib buruk apalagi yang sedang menanti setibanya di ibukota nanti. Sakit dan pegal masih belum hilang dari tubuh mereka, terutama Qingyu dan Honglian yang digarap puluhan orang. Ibukota Haojing telah luluh lantak ketika mereka tiba, api menyala membakar rumah-rumah penduduk, jerit tangis terdengar di seluruh pelosok, hampir tidak ada daerah yang luput dari penjarahan, sungguh situasi yang kacau.

“Ayo turun, kita sampai Yang Mulia !” kata Ajige “kita akan menemui Chanyu agung”

Baosi tak sanggup berkata apapun melihat istana megah tempat tinggalnya kini begitu berantakan, ceceran darah, senjata, potongan tubuh, dan mayat-mayat prajurit berserakan di beberapa sudut istana dan belum dibersihkan. Entah dimana Adipati Shen, Pangeran Yijiu dan pasukannya, yang terlihat daritadi hanya orang-orang Quanrong saja. Memasuki istana ia melihat pemandangan yang lebih miris lagi, di sebuah aula para prajurit sedang berpesta mabuk-mabukan dan memperkosa wanita-wanita istana. Ia tidak sanggup melihat sehingga mempercepat langkahnya. Mereka sampai ke tempat pemandian istana belakang, dua orang prajurit Quanrong yang berjaga membukakan gerbang ketika melihat Ajige datang. Mata mereka jelalatan melihat Baosi yang demikian cantik.

“Mari Yang Mulia !” sahut jenderal barbar itu, “kalian berdua silakan ambil kedua dayang ini !”

Kedua prajurit itu langsung tertawa bahagia dan menangkap Qingyu dan Honglian yang tidak bisa menghindar.

“Ayo Yang Mulia, atau mereka saya serahkan pada prajurit di balairung depan” kata Ajige yang melihat Baosi tampak marah dan menghentikan langkahnya.



Merekapun memasuki ruang pemandian yang luas dan indah itu, tempat biasa ia dan Raja You membersihkan diri dan bersenang-senang. Lantai ruangan ini terbuat dari baru granit, dua patung singa perunggu berdiri tegak pada kedua sisi gerbang, pelita telah menyala-nyala di beberapa sudut sebagai penerangan. Di tengah ruangan terdapat kolam besar berbentuk persegi panjang, di sudut kolam itulah nampak seseorang sedang dikerubuti tiga wanita telanjang yang adalah selir-selir kerajaan yang tidak sempat meloloskan diri.

“Salam Chanyu agung !” Ajige memberi hormat dengan tata cara suku mereka.

Orang itu menyingkirkan wanita yang sedang naik turun diatas penisnya dan menghalangi pandangannya.

“Oooh…ternyata Jenderal Ajige ! sudah lama sekali kutunggu, mari bergabung ! kita bersenang-senang merayakan semuanya !”

Orang yang itu bernama Yexian Chanyu, kepala suku Quanrong, berpostur sedang dan agak gemuk, mukanya bulat dan hidung pesek, matanya yang sipit dan letaknya berdekatan itu menyiratkan kesan licik, jambangnya tebal dan tidak rapi.

“Anda membawakan hadiah untukku jenderal ?” tanya Yexian sambil memandang Baosi dengan kagum.

“Ini Permaisuri Baosi, hamba membawakannya khusus untuk anda” Ajige memperkenalkan, “buka baju anda dan layani Chanyu dengan baik !” perintahnya setengah berbisik.

Sungguh terhina Baosi mendengar perintah itu, ia serasa diperlakukan seperti pelacur saja. Namun ia tidak punya pilihan lain, ia tidak ingin kedua dayangnya yang setia itu menjadi korban, merekalah satu-satunya orang seperti keluarga yang tersisa disisinya. Dengan berat ia membuka satu-persatu pakaiannya hingga bugil, setelah melepas sepatu ia turun ke air dan menghampiri kepala suku barbar itu.



“Sungguh beruntung raja tolol itu memiliki permasuri secantik bidadari !” Esen mengagumi kecantikannya, “kalian boleh pergi dulu, saya ingin berduaan dengan permaisuri kalian !” katanya pada ketiga selir raja itu.

Mereka pun berdiri dan meninggalkannya. Ketiganya memasang wajah sinis pada Baosi ketika melintas di depannya. Mereka memang membencinya karena tidak pernah menang bersaing menjadi favorit raja, mereka girang karena walaupun telah jatuh ke tangan orang-orang barbar, wanita yang menjadi saingan mereka ini telah direndahkan sedemikian rupa. Yexian yang duduk selonjoran di dasar kolam mengamati tubuh polos Baosi yang telah berdiri di depannya dari atas hingga bawah.

“Benar-benar titisan dewi !” pujinya sambil mengelusi paha jenjang itu, “mulus bagaikan batu jade tak bercacat”

Baosi terdiam mematung dengan perasaan campur-aduk, kedua tangannya dilipat menyilang menutupi dada. Rabaan tangan kasar itu semakin membuat darahnya berdesir, tangan itu mulai mengusap paha dalamnya, terus naik dan akhirnya menyentuh bibir kemaluannya.

“Ssshh !” desisnya tak tertahankan.

Yexian tersenyum melihat reaksi Baosi, ia menarik lengan wanita itu dan mendudukannya di pangkuannya. Terasa penis yang telah ereksi itu bersentuhan dengan pantatnya. Yexian mengelusi pipinya yang halus, dipandanginya wajah cantik itu dalam-dalam.

“Sempurna, kecantikan yang luar biasa sempurna !”



Yexian mengangkat dagu Baosi yang sejak tadi memalingkan wajah dan tidak berani menatap wajah sangarnya. Ia mendekap Baosi makin erat dan menjatuhkan sebuah ciuman pada bibirnya. Wanita itu menerima semuanya tanpa perlawanan, bahkan ia melingkarkan tangan memeluk leher gemuk pria itu. Di bawah air sana, tangan Yexian yang satunya terus mengelusi paha Baosi, di pangkalnya tangannya mengelusi kemaluan yang berbulu lebat itu. Tangan satunya yang menopang tubuh wanita itu menyusup lewat samping tubuh dan meraih payudaranya lalu mulai memilin-milin putingnya. Yexian memperlakukannya lebih lembut daripada Ajige dan kedua bawahannya tadi, sehingga Baosi mendesah tertahan karena kenikmatan yang luar biasa itu. Setelah puas bercumbuan sekitar lima menit, mulut Yexian mulai turun ke payudaranya. Puting payudara Baosi semakin mengeras karena jilatan-jilatan lidahnya, sementara rangsangan dari bawah juga semakin membuatnya tak tahan untk tak mendesah karena jari-jari besar itu mulai mengobok-obok vaginanya.

“Oohh…tuan…aaahh…aku…aakuu…oohh !” Baosi mendesah antara menolak dan menerima ketika Yexian menemukan klitorisnya dan memain-mainkannya.

“Aku kenapa Yang Mulia…mau omong apa ? enak tidak rasanya ?” tanya kepala suku itu.

“Iyah…mmmhh…aku tidak tahan lagi…jangan siksa seperti itu lagi…aahh !” Baosi makin berkelejotan.

“Kalau begitu apakah Yang Mulia ingin saya entot hah ?” tanya Yexian lagi sambil terkekeh-kekeh.

“Mau…aku mau, aku tidak tahan lagi !” erangnya tanpa memperdulikan lagi harga dirinya.



Yexian segera membentangkan kedua belah paha Baosi di pangkuannya dengan posisi memunggungi. Ia membimbing penisnya memasuki vagina wanita itu. Perlahan-lahan Baosi menurunkan tubuhnya sehingga batang itu semakin mengisi vaginanya.

“Mmmhhh…bener-bener seret, Yang Mulia sudah pernah melahirkan tapi nikmatnya tidak kalah dari perawan ya hehehe !” katanya dekat telinga Baosi.

Sesaat kemudian Yexian sudah menyentak-nyentakan pinggulnya menyodoki vagina wanita itu. Gesekan demi gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh. Suara desahan Baosi memenuhi ruang pemandian itu, namun ternyata bukan hanya dirinya yang mendesah karena tepat di seberang mereka Ajige juga sedang melampiaskan nafsunya dengan ketiga selir tadi. Gelinjang tubuh mereka menimbulkan riak pada air di sekitarnya. Yexian menyusupkan kepalanya lewat ketiak Baosi agar dapat menyusu sambil menikmati goyangannya. Tangannya tidak henti-hentinya menjelajahi setiap pelosok tubuh yang indah itu. Baosi semakin cepat menaik-turunkan tubuhnya karena sebentar lagi akan mencapai klimaks. Yexian memperat pelukannya pada wanita itu ketika mereka orgasme dalam waktu hampir bersamaan. Semalaman para orang barbar itu memuaskan nafsu mereka di istana kerajaan Zhou yang telah mereka kuasai itu.



Ternyata setelah ibukota dikuasai, orang-orang Quanrong melanggar janji mereka dan tidak rela angkat kaki. Pangeran Yijiu dan para pengikutnya terpaksa melarikan diri dan memindahkan ibukota ke Luoyang yang lebih aman. Ia naik tahta dengan gelar Raja Ping dari Zhou, dinastinya selamat dari kehancuran total dan masih berdiri hingga 300 tahun ke depan, namun kehilangan sebagian wilayahnya di utara yang jatuh ke tangan Quanrong. Dinasti Zhou yang baru ini dalam sejarah dikenal sebagai Dinasti Zhou Timur. Sejak itu kekuasaan raja makin melemah sementara pada para adipati dan bangsawan semakin berkuasa karena mereka mengklaim diri mereka berjasa menjaga perbatasan dan merebut wilayah-wilayah yang sebelumnya diduduki suku barbar sehingga istana banyak bergantung pada mereka. Beberapa bulan kemudian barulah kota Haojing berhasil direbut kembali oleh Adipati Xiang dari Qin yang berhasil mengusir orang Quanrong selama-lamanya dari daratan tengah. Baosi yang telah menjadi gundik Yexian Chanyu turut dibawa kabur dalam pelarian dan menghabiskan sisa hidupnya di negeri asing, sementara dua dayangnya, Qingyu dan Honglian juga menikah dengan suku Quanrong. Ajige, si kasar itu, tewas dalam pertempuran ketika Adipati Xiang menyerbu ibukota lama.



Dengan demikian tiga dinasti pertama di Tiongkok yaitu Xia, Shang, dan Zhou menemui kehancurannya dengan cara yang sama yaitu karena wanita cantik yang membuat penguasanya terbuai. Raja Jie dari Xia karena Xiemei, Raja Zhou dari Shang karena Shu Daji, dan Raja You karena Baosi. Seperti kata sebuah puisi,



Bukan hantaman palu yang mengikis kekokohan batu karang;

melainkan tetesan air yang lembut.

Bukan berlaksa-laksa prajurit yang menaklukan Lu Bu;

melainkan gadis jelita bernama Diao Chan.

Bukan penjahat bengis yang menggoyahkan kejayaan Minghuang;

melainkan pesona Selir Yang.



NB:

-Lu Bu adalah panglima perang pada Zaman Tiga Negara, seorang petarung yang tangguh namun hidung belang, seorang lawan politiknya mengadu domba dia dan ayah angkatnya yang sama-sama hidung belang dengan wanita cantik bernama Diao Chan.

-Rezim Minghuang adalah nama tahun pemerintahan Kaisar Tang Xuanzong (685-762), masa ini adalah puncak kejayaan Dinasti Tang sekaligus awal kemundurannya. Kaisar Xuanzong memerintah dengan penuh hikmat pada paruh tahun pertamanya. Namun dalam usianya yang telah lanjut ia terlena oleh kemakmuran dan kedamaian negaranya, ia menghabiskan waktunya bersama selir kesayangannya Yang Yuhuan dan mulai melupakan tugas-tugas negara. Sebagai gantinya ia memberi kuasa pada menteri-menteri korup seperti Yang Guozhong (sepupu selir Yang) untuk menjalankan negara. Perlahan-lahan Dinasti Tang mulai digerogoti korupsi dan mengalami kemunduran.



Karya Shusaku