Liburan sekolah kali ini sungguh memberikan ketenangan kepada kami, karena anak anak dibawa oleh orang tuaku bepergian tour ke pulau, sehingga praktis di rumah hannya tinggal aku dan istriku serta pembantu.

“Ma..besok kita jalan yuk..”kataku malam itu pada Anita istriku yang juga tampak bosan menonton siaran TV, ”Mumpung anak anak nggak ada kita bisa pergi santai kemanapun yang kita inginkan” kataku melanjutkan.
”Mm..boleh.., memang mau kemana ..?,” tanyanya
”Ah..pokoknya siapkan saja lah.., pagi pagi kita ke airport, sedapatnya tiket aja”

Begitulah.., pukul 07.00 kami sudah di Cengkareng Airport, dan melihat lihat jadwal keberangkatan, kucari kenalanku seorang District Manager sebuah Airlines dan akhirnya sebelum tengah hari kami sudah berada di udara menuju Pulau Batam.

Di Batam ternyata kami cuma betah sehari, udara yang panas, semrawut, mau belanja juga tidak ada yang cukup menarik untuk di beli ditambah dengan suasana yang bagi kami kurang nyaman membuat kami memutuskan untuk menyeberang ke Singapore,

Menjelang sore kami sudah Check In di sebuah hotel sekitar Orchard Road, karena kupikir pasti Anita ingin memuaskan hasratnya berbelanja.

Malam itu kami makan malam di sebuah restaurant favorit kami di sekitar Kampong Bugis, .. mengenang masa lalu..karena memang dulu sebelum anak anak lahir sering kali kita makan disini, bahkan pernah terbang dari Jakarta hanya untuk makan dan balik lagi .., yah itulah kadang pola hidup kami sejak dulu, semua suka dilakukan sesuai hasrat hati kami semata.

”Hai..Apa kabar..” sebuah suara bariton menyapaku dan ketika aku menatapnya seringai senyum sebuah wajah yang tak asing lagi terpampang dihadapanku.
”Eh..Anton...” ngapain lu disini ?” tanyaku, dan Anton langsung menyalami dan mencium pipi Anita, ”Roy...kenalin nih teman papa...” katanya dan seorang pemuda berusia kurang lebih 18 tahun menyodorkan tangannya kepada kami.

”Ini anakku, dia baru lulus SMA, rencananya mau sekolah disini, makanya kuajak sekalian melihat beberapa calon sekolah yang mungkin cocok..”, Anton menjelaskan dan Roy, anak muda itu nampak mirip sekali dengan bapaknya, cuma lebih jangkung dan putih.

Kami duduk satu meja dan aku ngobrol asyik dengan Anton, yah cerita banyak hal tentang masa lalu, apalagi dia sahabatku saat masih kuliah dulu, walau kita beda usia dan tingkat.

”Kebetulan, aku ketemu kalian disini, besok sore aku mesti balik Jakarta, urusan sekolah Roy besok kubereskan, dia sih masih ingin main – main disini, kalau kalian nggak keberatan,,,,” belum selesai ia berkata anak muda itu sudah menyelak ”Pah..nggak mau ..Roy ikut balik ke Jakarta..” katanya.,
”Tenang ...Roy...., kami welcome kok.., kita memang lagi santai..., malah asyik ada temen.., tante masih mau ke Sentosa Islands, terus masih mau belanja, udah kamu ikut kita aja, biara papamu balik ke Jakarta, kita masih 2-3 hari kok disini, nanti tante temenin cari apa yang mau kamu beli, pasti ada ..deh yang mau dibeli tapi nggak enak sama papamu..ya kan ..?.” tiba tiba saja Anita sudah nyerocos panjang lebar sambil kakinya menendang kakiku di bawah meja. Aku masih belum mengerti maksudnya namun kuikuti saja kemauannya.

Walau semula masih menolak namun bujukan Anita dan papanya membuat Roy mau tetap tinggal dan besok kami akan mengantar Anton ke Bandara.

”Kamu ngapain ..sih..?,” tanyaku saat kita sudah berdua saja, ”Katanya mau santai kok malah ngasuh anak orang ?,” tanyaku lagi, dan dengan senyum khasnya istriku membisikan sesuatu ditelingaku..”kamu ngaco..kalau orang tuanya tahu..” kataku kaget juga dengan pikiran ’gila’ Anita. ”nggak lah .. kayak nggak pernah remaja aja kamu..”, dan akupun jadi tertarik melihat kelanjutan ulah Anita istriku itu.

Begitulah.., setelah mengantar Roy ke Changi Airport, kami bertiga kembali ke hotel dan atas usul Anita semalam, kami pindah dari hotel ke sebuah service apartment dengan dua kamar di daerah mansion road, yang sebenarnya sih tidak terlalu jauh.

Setelah makan malam dan berbelanja, bertiga kami menuju apartemen dan dalam waktu singkat Anita sudah berhasil ’mengambil hati’ Roy, tentu saja anak muda tetap memperlakukan istriku dengan penuh kesopanan dan hormat, sementara istriku juga bersikap seakan seorang ’tante’ yang baik, ..

Malam itu, sambil nonton TV dan ngobrol dengan suasana santai, istriku memang memakai pakaian santai walau sexy, hot pants dan tank top ketat, namun tetap ’normal’ dan tidak ada ’move’ yang berarti, sementara Roy juga sudah sangat relax dengan kami, namun aku tahu klalau matanya terkadang ’menyambar’ ke dada dan paha istriku, tapii semua berjalan biasa sampai masing masing masuk kamar.

”Pah.., ” katanya saat kami baru saja selesai melakukan hubungan sex yang sangat menggairahkan, ”Mmm.. ..?” jawabku agak malas, karena masih belum lepas dari sensasi kenikmatan yang baru saja kudapat.
Sambil menyandarkan kepalanya didadaku ia menjawab ”Besok siang..tinggalkan mama sama Roy..aja..ya”
”Oh...??” tanyaku
”Iya..anak itu masih polos banget, kalau papa ada, nggak mungkin.., lagian kalau dia nggak tahu kalau papa tahu...., pasti mati matian dia jaga hal yang dianggap rahasia..” katanya lagi, dan dari lirikan matanya yang ’nakal’ itu aku bisa menduga apa yang dipikirnya.
”Oke..., tapi cerita ya nanti...” jawabku
Anita tidak menjawab, namun kepalanya mulai turun dari dadaku ke perut dan...terus turun....

Siang harinya setelah mengunjungi beberapa tempat, kami makan siang dan Anita beralasan lelah dan ingin kembali ke apartment, sementara aku mengatakan masih mau mencari beberapa barang di KM 14, lokasi barang barang untuk otomotif, karena memang sesuai hobbyku.

”Roy.., temenin tante ya, Oom mau cari variasi mobil dulu, agak jauh sih.., ”
”Baik Oom” jawab anak muda dengan polosnya

Setelah mencium istriku, aku memisahkan diri, dan menduga duga apa yang dilakukan istyriku yang cantik, sexy namun nakal itu ?

Aku kembali agak larut, setelah sebelumnya menelpon Anita menyampaikan aku segera kembali, maklum aku nggak mau mengejutkan mereka, dan dengan tangan penuh belanjaan variasi kendaraan yang kubeli sepanjang siang dan sore aku memasuki apartment.

”Hey... makan dulu., mama pesen chinese food nih..” kata istriku sambil menyambutku, mencium bibirku dan membantu meletakan belanjaanku, sementara Roy tak kulihat..”Dia dikamarnya..” bisik istriku.

Kami makan malam bersama, dan walau istriku bersikap biasa namun kulihat Roy agak salah tingkah, lebih pendiam namun sesekali matanya menatap istriku, hm..aku yakin anak ini telah ‘dibantai’, sungguh tak sabar aku ingin mendengar cerita nya.

Malam itu kami dikamar, istriku menceritakan segalanya dan cerita itu kami akhiri dengan sebuah permainan sex yang sangat ‘panas’