Kenangan Pahit dari Jaman Jepang
3 Februari 2009
"Sudahlah Mbah, lebih baik Mbah pulang saja nanti malah ikut sakit. Mbah ngga usah cemas, eyang putri sudah ada yang jaga." anak dan cucu-cucuku bersikeras membujukku untuk pulang.Tapi tekadku sudah bulat aku harus tetap menemani istriku entah kenapa firasatku merasa ada yang lain. Rasa pengabdian yang dalam yang sudah tertanam puluhan tahun tak bisa digoyahkan begitu saja. Ya aku begitu mencintai istriku apapun keadaanya kini.
"Sudahlah kalian semua pulang saja... biarkan mbah mu ini menemani eyang putri mu waktu kami sudah tidak banyak lagi."Segala bujuk rayu anak dan cucu-cucuku tetap tak merubah pendirianku.Aku menyadari mungkin waktu kami berdua sudah tak lama lagi dan aku ingin memanfaatkan waktu kami yang tersisa itu sebaik-baiknya.
"Sudahlah Mbah, lebih baik Mbah pulang saja nanti malah ikut sakit. Mbah ngga usah cemas, eyang putri sudah ada yang jaga." anak dan cucu-cucuku bersikeras membujukku untuk pulang.Tapi tekadku sudah bulat aku harus tetap menemani istriku entah kenapa firasatku merasa ada yang lain. Rasa pengabdian yang dalam yang sudah tertanam puluhan tahun tak bisa digoyahkan begitu saja. Ya aku begitu mencintai istriku apapun keadaanya kini.
"Sudahlah kalian semua pulang saja... biarkan mbah mu ini menemani eyang putri mu waktu kami sudah tidak banyak lagi."Segala bujuk rayu anak dan cucu-cucuku tetap tak merubah pendirianku.Aku menyadari mungkin waktu kami berdua sudah tak lama lagi dan aku ingin memanfaatkan waktu kami yang tersisa itu sebaik-baiknya.
"Hush bapak jangan ngomong sembarangan ah, pamali mbah Eling." Sentot, putra tertuaku nampak cemas dengan ucapanku.
"Mbah yakin eyang putri bisa lebih cepat sembuh jika ditemani sama mbah."Aku tetap bersikukuh untuk tetap tinggal,
"Hmm....ya sudahlah mbah kami tinggal dulu ya. Nanti kalau ada apa-apa langsung telepon saja." Akhirnya anak dan cucu-cucuku menyerah. Setelah berpesan pada para dokter dan perawat untuk baik-baik menjaga kami berdua akhirnya mereka semua pulang.
Aku menghela nafas panjang taman ini kembali sepi perlahan aku melirik kesamping Julia, istriku masih duduk termenung diatas hamparan rumput. Entah apa yang ada dalam kepalanya saat ia melamun seperti itu. Setidaknya dalam sedikit sisa umur yang masih disediakan Tuhan, aku cukup bahagia bisa menyaksikan anak-anak dan cucu-cucuku tumbuh dewasa dan telah mapan secara materi dan rohani. Aku sangat bangga dengan keberadaan mereka. Aku bersyukur nasib mereka tidak sepahit diwaktu zamanku. Diantara mereka semua, untung tidak ada yang mengikuti genku yang buruk rupa. Semuanya tumbuh sehat tampan dan secantik eyang putrinya semasa gadis perwan. Terutama cucuku Suryati. Ia sangat mirip dengan eyang putrinya sewaktu muda.
Tak ada yang menyangka gadis itu cuma kelahiran di sebuah dusun kecil di dekat lereng Gunung Lawu. Meskipun bola matanya tak sebiru eyang putrinya namun perawakannya yang tinggi langsing dengan kecantikan luar biasa khas gadis berdarah Eropa sangat kontras dengan lingkungan sekitarnya yang hanya dihuni gadis kampung kebanyakan. Sedangkan saudaranya Jarwo mengingatkanku pada mendiang Mener Van der Saar, bapak mertuaku. Yah namanya perjalanan nasib tiada seorangpun yang tahu persis akhirnya. Tapi paling tidak di masa tuaku aku bahagia dengan semua yang ada disekelilingku.
"Kamu siapa? Sedang apa disini....?"Suara parau mendadak mengagetkan lamunanku matanya masih seindah dulu menatap penuh curiga pada diriku.
"Ini aku Julia...suamimu Surip..." suaraku sedikit tercekat. Meskipun secara umum aku cukup bahagia, namun keadaan istriku beberapa bulan ini nampaknya semakin parah. Ingatannya lama kelamaan semakin menurun alias pikun menurut dokter penyakit linglung ini istilah kerennya dikenal dengan penyakit alzheimer. Penyakit itu menggerogoti memorinya sehingga kenangan-kenangan indah kami bersama seakan lenyap tak bersisa. Kadang ia bahkan tak mengenali diriku dan anak-anaknya sendiri. Meskipun aku sadar tidak semuanya kenangan masa lalu kami indah, beberapa bahkan sangat buruk dan sudah sepantasnya hilang. Namun hidupku ini seakan tak ada artinya lagi kalau Istriku sampai melupakanku hanya kehangatan cintalah yang membuatku masih bergairah melanjutkan sisa hidupku. Dan kini gairah ini mulai surut seiring dengan kesehatan istriku yang juga semakin menurun.
"Surip...?.... Surip siapa ya.....???....siapa kamu?Aura sisa kecantikan masih terberkas di wajah rentanya. Mata birunya menatap penuh kecurigaan padaku, perlahan wajahnya berubah pucat. Berkas ketakutan mulai muncul di wajah ayunya yang mulai termakan usia.
"Dimana aku...? Tolong....tolong....Pulangkan saya!!!!!" Tiba-tiba emosi istriku melonjak dia menjerit-jerit histeris. Memang akhir-akhir ini ia sering bertingkah seperti itu.Mungkin kenangan buruk masa lampaunya kembali hadir menghantuinya
"Ada apa pak....? Semua baik-baik saja.....?"Beberapa perawat dengan tergopoh-gopoh berlarian menghampiri kami.
"Tidak....tidak....tidak ada apa-apa tinggalkan saja kami."Aku lalu menjelaskan secara singkat tabiat serta kebiasaan istriku.
"Baiklah pak tapi kalau ada apa-apa jangan segan-segan panggil kami."Meski dengan sedikit ragu akhirnya para perawat itu meninggalkan kami.
"Siapa kamu.....?"Kembali mata biru istriku menatap diriku. Ingatannya sekarang ini memang sudah semakin pendek saja..Terakhir kali ia mengingat kami semua cuma bertahan 2 jam saja setelah itu perlahan semakin lama semakin pendek ingatannya seperti yang terjadi seperti sekarang ini.
"Saya Surip...."Aku menjawab singkat sengaja aku pura-pura tidak terjadi sesuatu supaya istriku ini tenang.Aku kembali menatapnya harapanku berhasil. Ia kembali tenang seolah tidak pernah terjadi sesuatu.
"Buku apa itu...?"Istriku menatap buku lusuh yang aku pegang sejak tadi. Buku ini telah menemani aku sejak aku berhasil belajar menulis kira-kira 60 tahun yang lalu aku bersyukur meskipun terlambat aku berhasil juga belajar membaca dan menulis banyak hal yang bisa aku tuangkan dalam tulisan dan buku inilah yang setia menemaniku selama ini. Buku ini penuh terisi kenangan-kenangan baik manis ataupun pahit sepanjang hidup kami.
"Oh ini....ini novel romantis kamu suka...?" sengaja aku memperkenalkan identitas lain aku mencoba menggunakan metode lain karena pendekatan dengan langsung berusaha mengingatkan istriku cuma berakibat membuatnya semakin histeris dan itu tak akan menghasilkan apapun..
"Oh ya...???....saya suka membaca novel maukah pak Surip membacakannya?" Suaranya masih tetap merdu di telingaku. Aku bersyukur ia merespons positif pendekatanku.
Tangan rentaku bergemetaran menggenggam erat buku lusuh yang nyaris sama tuanya denganku. Perlahan satu persatu aku mulai buka kembali lembar demi lembar buku catatan harian kami.
"Ini cerita romantis apakah kamu suka?" sengaja aku memancing responnya sekali lagi. Aku mencoba membangkitkan daya ingat otak kanannya agar memorinya bisa bertahan lebih lama.
"Ya saya suka cerita romantis saya sudah tak sabar ingin mendengarnya."Aku puas dengan responsnya. Aku berdoa semoga Tuhan memberi mujizat pada kami.Aku menghela nafas dalam dalam sebelum mulai mebacakannya..
Aku membacakan sebuah kisah yang sebenarnya kisah kami sendiri. Ingatanku melayang kebeberapa puluh masa yang silam. Saat aku masih bujang aku mengabdi di keluarga Belanda sudah 4 generasi keluargaku mengabdi ke keluarga Mener Van der Saar. Dengan perlahan mulutku yang telah keriput mulai membacakan buku harian kami Julia Van Osh istriku, dengan seksama mendengarkanku yang mulai kembali menggali kisah-kasih kami yang telah terkubur. Tidak seperti cerita-cerita sejarah yang aku baca dari buku-buku pelajaran sejarah cucu-cucuku, pada masa itu kehidupan terasa damai keluarga Mener Van der Saar begitu baik memperlakukan keluarga kami begitu juga penduduk sekitar beliau mempunyai tanah perkebunan teh yang luas di kaki Gunung Lawu yang sejuk. Keadaan masa itu bahkan lebih baik dibanding zaman sekarang yang katanya sudah merdeka. Sandang, pangan ,papan semua tercukupi. Sayur mayur dan ternak tumbuh subur dan sehat. Aku suka sekali dengan hawa pegunungan yang sejuk kedamaian terjaga dengan baik di desa kami.Bahkan ketika kedua orang tuaku wafat mener tetap merawat aku dan adikku, Laras. Kami tumbuh besar bersama dengan Nonik demikianlah kami semua memanggil Julia putri semata wayang mener Van der Saar. Waktu terus berlalu kini nonik Julia sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Matanya yang biru sebening kristal dari bohemia serasi dengan hidungnya yang mancung. Semua semakin sempurna dengan kulitnya yang putih bersih. Udara pegunungan yang sejuk dan bebas polusi semakin membantu kecantikan nonik Julia yang memang sudah cantik luar biasa. Hari itu kami semua sangat sibuk mempersiapkan pesta pertunangan nonik Julia dengan Edwin putra mener Pieter. Sebenarnya mereka akan melaksanakannya di negeri Belanda namun keadaan benua Eropa sedang berkecamuk perang. Maka akhirnya diputuskan cukup diadakan di desa kami saja. Acara berlangsung meriah dan rencananya 3 bulan kemudian mereka akan meresmikan pernikahan mereka.
Lastri adiku begitu terharu. Nonik Julia lalu menggodanya dan menjodohkannya dengan Dasirun mandor perkebunan tuan Pieter. Meskipun secara fisik telah menunjukan kematangan seorang wanita dewasa, nonik tetaplah masih seorang gadis yang sangat belia. Jiwa kekanak-kanakanya yang ceria terkadang usil masih terekspresi dari sikap dan tindakannya. Dengan tersipu-sipu malu Lastri akhirnya menerima perjodohan itu. Lastri cukup beruntung gadis secantik dia tak begitu sulit mendapatkan jodoh berbeda dengan diriku. Akibat terkena polio sebelah kakiku menjadi pincang. Tubuhku juga tumbuh tak sempurna aku lebih pendek dari anak-anak seusiaku tubuhku yang kerdil dan wajahku yang jelek tentu kalah jauh jika dibandingkan dengan Dasirun yang bertubuh atletis apalagi jika dibandingkan dengan Tuan Edwin yang tinggi besar dan gagah. Satu-satunya yang, entah ini berkat atau cacat adalah ukuran kemaluanku saja yang luar biasa besarnya. Dibandingkan dengan kakiku, kemaluanku malah lebih besar. Dengan diameter 8 cm dan panjang mencapai 35 cm kemaluanku malah lebih mirip sebuah kaki daripada alat kelamin. Meskipun sudah berumur 19 tahun aku sama sekali belum mengerti arti hubungan antara pria dan wanita. Demikian juga dengan Nonik dan Laras. Yang kami tahu setelah menikah itu pindah rumah, lalu menurut cerita mener, pria dan wanita yang sudah menikah katanya akan diantarin seorang bayi yang lucu oleh burung bangau. Itu saja yang selalu mener Van Der Saar ceritakan kepada kami tak pernah lebih. Keluarga Mener adalah keluarga puritan yang sangat teguh menjaga tata krama sehingga tak heran jika seusia kami, masih saja kami tidak tahu apa-apa mengenai hal-hal yang berbau atau menjurus ke arah sexualitas.Satu-satunya yang aku ketahui walaupun tak banyak adalah dari mentor ku Warto kacung gemblung tetanggaku yang selalu tampil jenaka. Terus terang aku merasa minder dengan penampilan fisikku yang abnormal. Mungkin karena asupan giziku yang tidak sebaik anak-anak zaman sekarang, sehingga sampai sebesar inipun, aku belum mengalami masa puber. Demikian pula dengan kondisi kecerdasanku yang juga dibawah standart Walau tak termasuk idiot tapi daya tangkapku termasuk rendah.
Mungkin karena ukuran kemaluanku yang abnormal, Lastri dan kawan-kawan sepermainan kami sering menggodaku ketika kami mandi bersama-sama di kali sambil memandikan kerbau ternak kami. Mereka sering menyembunyikan pakaianku saat aku mandi di sungai sehingga aku sering kebingungan dibuatnya.Mereka meledekku dengan sebutan "Buto terong" salah satu tokoh pewayangan yang ciri-ciri fisiknya rada mirip-mirip kondisiku. Aku kapok membalas perbuatan mereka. Pernah suatu waktu aku balas perbuatan Lastri. Gadis itu kebingungan tak berhasil menemukan busananya. Aku kasihan juga melihatnya menangis meraung-raung. Bukannya berterima kasih, gadis cantik itu malah memarahiku habis-habisan bahkan setelah pulang perbuatanku diadukan ke Mener sehingga kupingku merah di jewer. Mener lalu memperingatkan aku agar tidak mengulangi perbuatan seperti itu apalagi terhadap perempuan mener cukup adil Lastri juga di hukum ketika aku komplain tentang perbuatannya dan teman-temannya yang juga sering mengerjaiku. Terletak di lereng gunung, Rumah kami begitu damai dan nyaman untuk siapapun penghuninya. Bangunan berarsitektur kolonial sesuai masanya, nampak indah bercat putih dengan langit-langitnya yang tinggi. Bagian barat desa kecil ini dikelilingi oleh tanah pertanian yang luas hanya ada satu jalan utama yang menghubungkan desa kecil ini dengan kota terdekat Di sebelah selatan dan timur, seluruhnya masih berupa hutan perawan yang luas. Semua pemandangan alam yang indah ini dapat dinikmati pada setiap jendela yang ada pada rumah ini. Aku menghela nafas. Sejenak aku berhenti.Aku memperhatikan reaksi Julia. Aku memutuskan membacakannya secara utuh walau kadang ada beberapa bagian kisah yang menyakitkan tapi kadang ingatan buruk akan memicu keseluruhan ingatan yang ada demikianlah menurut sebuah artikel yang aku baca.
"Aku sepertinya pernah tinggal disana." mata Julia sedikit berair matanya yang biru nampak menerawang seakan-akan kembali menembus ruang dan waktu. Aku kembali meneruskan kisahku.
Untung tak dapat diraih malang tak dapat di tolak mungkin pepatah itulah yang paling tepat. Beberapa hari menjelang pesta perkawinan Nonik Julia, keadaan berubah 180 derajat. Tentara jepang Dai Nippon dengan brutal menyerbu desa kami. Semula aku kira mereka masih satu kerabat dengan babah Ahong, sahabat mener Van Der Saar. Hanya saja para serdadu itu lebih pendek dan lebih putih. Mereka sangat bengis bahkan babah Ahong menjadi salah satu korban pertama keganasan mereka akibat melindungi keluarga kami yang mengungsi. Kepala babah Ahong yang pertama kali menggelinding ke tanah disusul dengan kepala mener Pieter, mener Van Der Saar dan calon menantunya mener Edwin. Semuanya tewas secara mengenaskan dipenggal samurai bala tentara dai Nippon yang kejam. Sementara para mener Belanda yang sudah uzur, wanita dan anak-anak keluarga para mener Belanda yang dieksekusi digabungkan menjadi satu di dalam tahanan militer yang lebih mirip kandang, bahkan lebih buruk dari kandang ternak kami. Para pasukan biadab itu menjarah apa saja yang mereka lihat. Aku Lastri dan Dasirun suaminya cukup beruntung tidak mereka tangkap. Mener menyuruh kami semua untuk lari tepat sebelum para tentara biadab itu menyerbu rumah kediamannya. Sejak peristiwa itu aku tidak pernah bertemu nonik Julia lagi. Mungkin ia telah mati. Lastri sangat sedih hampir setiap hari ia terisak-isak bila teringat nonik dan mener. Dasirun yang kini telah menjadi suaminya tak kuasa menghiburnya. Beberapa hari sejak peristiwa pembantaian secara tiba-tiba Dasirun berlarian terengah-engah bersama Lastri. Kondisi mereka nampaknya sangat tidak baik tangan Dasirun yang menggenggam golok berlumuran darah segar sementara tubuh Lastri yang nyaris telanjang bulat nampak lemas digendong suaminya.
"Surip....!!!... tolong adikmu Rip sembunyikan dia.. Biar aku tahan sementara para mata sipit itu cepaaat jangan bengong saja sebentar lagi mereka akan dataaang!!!" tubuhku terpaku gemetaran. Aku bingung harus bagaimana dalam suasana genting seperti ini. Dengan terpincang-pincang aku gendong tubuh Lastri. Di dalam lemari pakaian yang cukup besar akhirnya aku putuskan untuk aku jadikan tempat persembunyian.
"BAGEROOO!!!!! BERANI BERANINYA KAMU MELAWAN !!!" tak lama kemudian suara erang kesakitan yang memilukan meluncur dari mulut Dasirun.
Dari celah-celah pintu aku menyaksikan sebelah tangan Dasirun hancur dihantam popor senapan. Pria malang itu terbungkuk-bungkuk sambil memegangi tangan kanannya yang berdarah-darah. Golok yang semula dalam genggamannya kini nampak tergeletak begitu saja di lantai.
"Mas...jangan....jangan sakiti suamiku....!!!!!" melihat suaminya terluka parah, entah dari mana datangnya kekuatannya, Lastri yang sudah lemas tiba-tiba memberontak sekuat tenaga ia berlari menghambur keluar tanpa bisa aku cegah lagi.
Aku masih berusaha mengejarnya namun semuanya sia-sia. Derai tawa bekakakan meluncur bersahut-sahutan dari para serdadu mata sipit itu beserta ucapan-ucapan dalam bahasa yang tidak aku mengerti. Namun aku menebaknya itu sebuah kata-kata makian. Meskipun ketakutan setengah mati naluriku sebagai pria membuatku maju melindungi adiku satu-satunya.
"HA..HA...HA...MAHKLUK APA PULA KAMU INI...HA..HA..HA..BUK!!!!Sebuah pukulan keras bersarang tepat ke ulu hatiku. Aku terbungkuk-bungkuk dibuatnya.
nyeri sekali rasanya Para tentara itu semakin keras menertawakan kami tanpa perlawanan berarti, sebuah tendangan yang keras kembali mendarat di dadaku membuat ku jatuh terkapar tak berkutik lagi.
"Augh...jangan tuan.....jangan...."Lastri menjerit-jerit ketakutan. Para serdadu itu sengaja mempermainkan Lastri sebelum mereka memperkosanya.Dalam sekejap, serpihan sisa-sisa kain yang masih menempel di tubuh Lastri telah rontok. Kini tubuh Lastri telah polos tanpa busana lagi. Buah dadanya yang berukuran sedang terayun-ayun indah tanpa penyangga
"HA..HA...AYO LARI SANA MANIS...!!!!" pantat telanjang Lastri yang membulat kencang menjadi sasaran empuk tangan-tangan laknat serdadu itu. Dasirun dan aku hanya bisa melihat dengan miris perlakuan para jahanam itu. Dalam keadaan telanjang bulat Lastri kebingungan berlarian kesana kemari mencoba menghindari sergapan para serdadu cabul itu.
"PLAK....!!!
BAGERO!!! SUDAH.....DIAM KAMU!!! " bosan mempermainkan Lastri, salah seorang prajurit Jepang itu tiba-tiba menghardik keras Lastri. Tubuh bugil Lastri nyaris terjerembab bagai daun gugur yang tertiup angin. Sebuah tamparan keras mendarat telak di wajah gadis malang itu.Seorang serdadu berkepala botak dengan cambang yang lebat langsung mengunci tubuh Lastri yang nyaris mencium tanah dan membuat gadis malang itu tak berkutik lagi.
"HAYO ISAAP...DAN PUASIN KAMI SEMUA...!!!
KALAU TIDAK KAMI CINCANG SUAMIMU ITU DAN KAMI BERI MAKAN ANJING KAMI DENGAN DAGING BUSUK SUAMIMU ITU!!"Dengan bahasa indonesia yang terpatah-patah, perwira Jepang itu dengan tergesa-gesa melucuti celananya sendiri.
"HAYOOO CEPAT BUKA MULUTMU..!!!" kemaluannya yang berwarna pink cerah agak kehitaman mencuat tegang mengacung.
Dengan kasar rambut Lastri yang panjang terurai segera dijambaknya. Disodorkannya kemaluannya yang sudah menetes-netes tepat di depan mulut gadis malang itu. Mata Lastri terpejam.Gadis itu tak berani membuka matanya. Aroma khas bau kemaluan laki-laki terasa kuat menusuk hidungnya. Dengan kasar benda berlendir yang menjijikan itu mendobrak bibirnya melesak maju mundur dengan cepat. Lastri merasa sangat mual. Seumur hidupnya baru sekali ini ia mengoral kemaluan laki-laki. Dasirun suaminyapun tak pernah memaksanya melakukan hal itu. Namun dibawah ancaman gadis cantik berambut panjang itu tak mampu berbuat banyak selain tunduk seratus persen kepada mereka. Lastri tak mau mengambil resiko dengan mempertaruhkan nyawa suaminya dan aku kepada pasukan Jepang yang terkenal sangat kejam.
"HOAAH....ARGH....HAH..HAH..SHHGH..HMM..ENYAK...ENYAK...ENYAK....HA...HA...ISEPANMU ENAK SEKALI. HA...HA...HA...HAYO LEBIH KUAT ISEPNYA!!!" tanpa mempedulikan Lastri yang hampir kehabisan nafas, perwira Jepang itu dengan kasar merengkuh kepala Lastri. Membenamkan kepala gadis malang itu dalam-dalam tepat ke selangkangannya
"Keparat Hentikan....!!"Dasirun memberontak sekuat tenaga.
Pria mana yang tak terbakar hatinya menyaksikan tubuh telanjang istrinya digagahi, meronta-ronta tak berdaya digumuli segerombolan serdadu liar yang cabul.
"BANGSAT DIEM KAMU...!!!" gagang popor senapan serdadu Jepang itu dengan telak mendarat diwajah Dasirun. Darah segar yang kental segera meleleh dari sudut bibir pria malang itu beberapa giginya turut tanggal akibat hajaran popor senapan. Perlawanan Dasirun tak berlangsung lama pria itu kepayahan kehabisan tenaga dihajar habis-habisan oleh para serdadu pemerkosa istrinya.
"Maaaasssss....JANGAAANN....!!!!!....Ouw....argh...argh....ampun tuan....argh...."Tubuh POLOS Lastri yang tak tertutup sehelai benangpun meronta-ronta liar. Ingin rasanya ia menghambur untuk melindungi suaminya namun apa daya tangan-tangan kokoh yang kekar membuatnya tak kuasa bergerak sama sekali. Gadis cantik itu hanya bisa sesenggukan menatap miris suaminya yang berdarah-darah.
"Ampun tuan saaakit...... jangan sikza saya arghhh....." Lastri menjerit kesakitan. Prajurit Jepang itu dengan brutal memilin puting susunya kuat-kuat. Membuat ujung pentil susunya terasa sangat perih.Tubuh Lastri yang ramping padat berisi nampak kontras ditindih tubuh tambun Perwira Jepang yang putih kemerahan. Tanpa basa-basi ujung kemaluan perwira Jepang itu segera menjebol lobang kenikmatan surgawi gadis malang itu. Lastri menjerit-jerit kesakitan selangkangannya serasa panas membara lobang kemaluannya yang masih kering terasa perih diterobos kelamin serdadu laknat yang cabul.Tubuh gadis itu terguncang-guncang hebat. Butiran keringatnya mengalir deras. Lastri gadis cantik. Muda belia dan baru saja menikah keadaan saat ini sesungguhnya sangat menyakitkan dan merendahkannya sampai ke titik nadir. Namun sebagai wanita muda yang baru mengenal dan mengexplorasi nikmatnya malam pertama, tubuhnya terlalu jujur untuk mengingkari kenikmatan stimulasi-stimulasi cabul yang terfokus di area intimnya. Meskipun perbuatan itu dilakukan oleh pria yang samasekali tak mempunyai hak untuk mengakses tubuhnya. Secara perlahan namun pasti, bara api birahi mulai membakar gadis itu. Perlahan tubuhnya menggelinjang perlahan, beradaptasi menikmati belaian-belaian nakal pada area intimnya.
"BWA...HA..HA...HA...LIHAT IA SUDAH MULAI KEENAKAN HA...HA...HA...!!!"Lastri terkejut. Gadis itu kembali tersadar akan posisi dirinya. Tak dapat dilukiskan perasaan Lastri saat itu. Air matanya kembali jatuh berderai mengalir deras bagaikan anak sungai. Gadis itu jijik kepada dirinya sendiri yang entah bagaimana, tanpa bisa dikontrol lagi tubuhnya merespon kelamin pria asing yang bersarang di kemaluannya.
"Maaf mas...maafkan aku hu..hu..."Tangis Lastri pecah entah untuk kesekian kalinya. gadis itu sangat malu dan marah pada dirinya sendiri.
Pinggulnya kini bahkan bergoyang sendiri menyambut sodokan penis pemerkosanya. Liang kelaminnya yang telah lembab basah berdenyut-denyut kencang terekpose tepat diwajah suaminya. Gadis muda itu mencoba memalingkan mukanya. Dicobanya untuk menyembunyikan gurat-gurat nikmat birahi yang tergambar nyata pada ekspresi wajah cantiknya. Matanya tak kuasa menatap suaminya. Nuraninya tak mampu menguasai amuk birahi yang telah bergejolak hebat pada dirinya. Namun jari-jari yang sangat kuat mencengkram dagunya. Dengan kasar memaksa wajahnya nya untuk tetap menghadap suaminya yang tengah meringis kesakitan.
"Ugh...sssh...ahhhh.....maaafkan akuuuuuu masss aaaaaaccchhh....sssghhhhhhh oooouuuughhhhh..!!!" tanpa tertahankan lagi tubuh polos Lastri mengejang hebat.
Gadis itu telah mencapai titik orgasmenya. Liang kelaminnya beberapa kali berdenyut kencang meremas-remas daging kenyal batang kelamin yang menjejali lobang kelamin gadis cantik itu. Tubuh polos Lastri terkulai lemas bermandikan cairan lendir-lendir kenikmatan yang berwarna putih kental.
"WOOY LIHAT NIH....!!!
SUDAH AKU BILANG BUKAN? ISTRIMU INI KEENAKAN BWA...HA...HA...HA...HA..." para pemerkosanya tertawa kegirangan. Dipamerkannya cairan kewanitaan Lastri yang berlumuran dijarinya ke wajah Dasirun. Pria itu geram bukan kepalang. Hatinya remuk redam. Rasa kecewa yang amat sangat menusuk-nusuk hatinya. Jauh lebih sakit dari siksa fisik yang ada.Tak habis fikir olehnya bagaimana mungkin istrinya yang cantik dan setia bisa terbuai oleh permainan birahi yang menjijikan. Pria malang itu tak bisa menerima kenyataan bahwa istrinya begitu menikmati perkosaan biadab itu.
Tak usai disini penderitaan Lastri. Tiga orang sekaligus langsung menggumuli tubuh telanjang gadis itu yang masih tergeletak lemas kelelahan. Segala jerit dan pekik minta ampun dan kesakitan gadis malang itu sama sekali tak digubris. Cairan sperma yang hampir mengering berceceran menghiasi anak-anak rambutnya yang terurai awut-awutan.
"Aduuuh...!! Ampunn sakiiit arghhh ah...ah...ahhh...ooohhh tidak jangan disituuu arrrgh....."Tiba-tiba Lastri merasakan lobang anusnya digerayangi. Sebuah jari, tanpa permisi mencoba memaksa membuka sedikit-demi sedikit lobang pembuangannya yang paling pribadi.
Dengan kasar jari-jari itu semakin dalam menghunjam liang pantatnya yang kini serasa panas membara. Tak usai disitu saja, dua ruas jari sekaligus secara cepat mengocok lobang anusnya dengan brutal. Menimbulkan rasa nyeri dan panas serasa terbakar yang luar biasa. Seakan tak mau kalah, dua orang prajurit secara kesetanan mengulum-ngulum kedua belah payudara Lastri yang membulat sempurna secara bergantian. Pentil susunya yang memanjang sepanjang ujung ruas jari pertama segera lenyap di mulut jelek mereka. Dengan rakusnya, dihisapnya kuat-kuat ujung pentil susu yang kini sudah sepenuhnya dalam mulut mereka. Tak bosan-bosannya lidah-lidah kasap mereka memoles puting Lastri menimbulkan sensasi rasa geli yang luar biasa. Bagai dua orang bayi yang kelaparan, dengan buas serdadu Jepang itu menyusu pada bulatan indah daging kenyal yang menggantung indah menghiasi dada milik Lastri. Tubuh Lastri yang telah total tanpa busana semakin lemah tak berdaya menjadi bulan-bulan mereka. Baru kali ini aku menyaksikan proses persetubuhan antara pria dan wanita. Jujur sama sekali, walau sudah sedewasa ini, aku belum pernah tau tentang bersetubuh. Aku juga baru kali ini secara explisit menyaksikan tubuh telanjang seorang wanita dewasa dengan seutuhnya. Dulu pernah secara tak sengaja aku memergoki nonik Julia sewaktu sedang ganti baju
Lastri yang memergokiku langsung melotot dan menjewerku
"Kalau mener tahu kelakuanmu, kamu bisa di usir loh Rip, jangan main-main kamu." mata Lastri yang hitam bening seakan menusuk jantungku.
"A..aku cuma lewat aku tak sengaja yakinlah sumpah...sumpah"Aku tergagap-gagap berusaha membela diri. Mata Lastri yang tajam menatap penuh selidik raut wajahku yang bersemu memerah menahan malu beberapa saat ia menatapku dalam-dalam penuh selidik namun ia akhirnya mempercayaiku
"Yo wis Rip lain kali jangan di ulangi ya." aku bernafas lega, ia lalu melarangku untuk mengulangi lagi perbuatanku itu.
Meskipun Lastri adiku, namun pada kenyataannya ia malah mirip ibuku. Daya tangkapku yang lemah membuatku lebih mirip anak-anak yang terperangkap dalam tubuh dewasa. Sejak kedua orang tua kami meninggal, praktis Lastri yang menggantikan peran ibu dalam mengurusku. Malamnya aku tidak bisa tidur. Tubuh telanjang Nonik seakan menggodaku. Aku berusaha kuat untuk melupakan imajinasi cabul yang datang tak diundang itu. Entah kenapa sepertinya ada sesuatu dalam hatiku yang bergejolak liar Aku sendiri tak tahu pasti apa itu. Yang aku rasakan, semakin memikirkan apa yang aku lihat tadi, rasanya aku seperti ingin pipis. Seperti ada kekuatan gaib yang membimbing tanganku untuk mengusap-usap daging kenyal yang menggelantung tepat di tengah selangkanganku. Ada rasa damai dan nyaman luar biasa yang hinggap di hatiku. Perasaan nyaman yang dalam muncul begitu saja entah dari mana saat aku meresapi elusan jari jemari tanganku yang bermain-main pada batang kelaminku sendiri. Namun ancaman Lastri kembali menyadarkan pikiran warasku. Pikiranku bercabang antara mendengarkan ancaman Lastri dan pemandangan indah yang aku lihat tadi. Di samping sensasi aneh yang seakan-akan menendang-nendang keras selangkanganku. Semula aku mengira akan buang air kecil. Namun setelah lama aku menunggu untuk menuntaskan hajatku itu, tak kunjung datang pula. Angin malam yang semilir sejuk semakin membuaiku membuatku kelelahan .Tak lama kemudian aku tertidur. Esoknya aku kebingungan karena celanaku telah basah kuyup oleh cairan kental lendir putih pekat. Aku tak berani menceritakan itu kepada siapapun. Aku malu karena waktu itu aku mengira mengompol kelak baru aku tahu kalau itu sebenarnya mimpi basahku yang pertama.
"Keparat kalian....!!" bentakan Dasirun mengagetkanku dari lamunanku.
Usaha Dasirun membuahkan hasil. Prajurit yang menjaganya sama sekali tak menyangka Dasirun masih memiliki tenaga untuk melawan. Prajurit Jepang yang tengah lengah itu terpental diseruduk Dasirun. Tanah kering mengepul berhamburan seolah menciptakan cendawan debu dihempas tubuh tambun perwira Jepang yang sama sekali tidak menyangka korbannya masih berani melawan.
"MAMPUS KAMU ANJING....!!!!". Tentara Jepang itu sangat murka kesenangan mereka terganggu. Kepala pria malang itu menggelinding kencang ditebas pedang samurai yang sangat tajam. Tubuh buntung yang telah kehilangan kepalanya itu segera tumbang berdebum. Tamat sudah riwayat Dasirun tanpa sempat mengaduh lagi.
"Maaassss.....tidaaaaakk......bajingan kalian semuaa!!!!!" Lastri nampak sangat shock menyaksikan suami tercintanya tumbang. Malaikat maut menjemput suaminya dengan cara yang sangat tragis.
Seakan kehilangan sukmanya, tubuh bugil Lastri hanya bisa tergoncang-goncang keras kian kemari dipermainkan sodokan demi sodokan kelamin pria-pria bejad yang terus menerus membombardir organ intimnya. Seluruh syaraf gadis cantik itu seakan putus sama sekali cubitan dan tamparan yang sebelumnya serasa menyakitkan, kini sama sekali seakan tak bereaksi lagi atas tubuhnya..Bibir gadis itu tercekat, rasa perih batinya jauh mengalahkan nyeri luka puting susunya yang terluka atau rasa perih pada anusnya yang serasa membara. Luka batin yang mengoyak-koyak jiwa jauh mengalahkan derita fisiknya.Tubuhnya membeku tak bergerak membiarkan jari jemari cabul yang terus menerus mempermainkan area-area intim organ kelaminnya. Entah apa yang kini sedang terjadi, tubuh bugil adiku itu kini seakan kosong tiada berjiwa lagi. Semangat perlawananya yang beberapa saat lalu gigih menghalau serbuan tangan-tangan cabul penjajah kelamin,kini seakan menguap lenyap mengiringi kepergian suami tercintanya.Tubuh polosnya yang indah terumbar bebas tanpa seutas benangpun menjadi bahan permainan terlarang para serdadu keparat itu.
Puas melampiaskan nafsu bejad mereka, para serdadu keparat itu menggiring kami berdua ke markas besar mereka. Disana kami dimasukan kedalam sel yang penuh sesak. Para tahanan wanita kebanyakan dalam keadaan tanpa busana sama sekali. Aku bergidik ngeri menatap satu persatu tubuh-tubuh wanita telanjang itu. Sebagian besar aku dapat mengenali mereka, tak susah untuk mengenali mereka karena desa kami adalah desa kecil mereka sebagian besar adalah para wanita terhormat istri-istri atau anak-anak dari para tuan tanah Belanda yang berhasil ditawan oleh bala tentara Iblis. Kehidupan mewah yang bergelimang harta, baju-baju indah berbahan sutera yang setia membalut tubuh indah para wanita terhormat itu, kasur empuk yang nyaman yang selalu siap untuk menerima tubuh lelah mereka. Tiada seorangpun dari mereka yang menyangka akan mengalami nasib seperti ini. Kini tembok kusam dan ruangan yang bau mengurung tubuh letih mereka. Jangankan baju sutera. Kini bahkan para wanita cantik terhormat yang dulu biasa hidup enak berkecukupan harus menggigil kedinginan meringkukan rapat-rapat tubuh putih mulus mereka yang kini tanpa busana lagi. Keadaan mereka bahkan lebih buruk dari hewan ternak peliharaan mereka dulu.
"Jangan...jangan....tiddaaaak.....tidaaaak....!!!" Mei-Mei putri babah Ahong satu-satunya keluarga babah Ahong yang selamat dari pembantaian Jepang menjerit-jerit histeris.
Aku masih mengenalinya. Tubuh bugilnya meronta-ronta tak berdaya ditindih seorang pria setengah baya yang berkulit hitam pekat entah siapa namanya, namun aku mengenalnya dulu sebagai seorang kuli di rumah babah Ahong. Aku terkejut dan merasa jijik menyaksikan perbuatan mesum tua bangka itu. Entah apa yang dipikirkan pria itu tega-teganya ia memperkosa putri majikannya sendiri. Padahal keadaannya sendiripun tidak lebih baik. Sekujur tubuhnya masih dihiasi luka bekas cambukan yang masih basah.
Memang nafsu birahi tak memandang strata maupun usia.. Naluri primitif itu sama tuanya dengan umur bumi. Hanya akal budi yang bisa menjadikannya menjadi suatu ikatan suci yang indah dengan batasan-batasan norma yang agung. Maka sejatinya orang yang akal budinya sudah tak mampu mengontrol nafsu birahinya, maka tiada bedanya lagi ia dengan seekor binatang. Dan hal itulah yang terjadi pada pria itu. Aroma kematian yang sudah sedemikian dekat pada dirinya masih tak mampu menyadarkannya.Pria itu lebih memilih memuaskan nafsu primitifnya pada putri majikannya yang cantik.Putri yang seharusnya ia lindungi. Nafasnya memburu kencang. Sama kencangnya seirama dengan pinggulnya yang dengan cepat memompa selangkangan gadis cantik putri majikannya sendiri. Hatiku terenyuh menyaksikan adegan mesum ini. Ingin rasanya aku menghalau pria separuh baya yang sudah bau tanah itu.Namun aku juga menyadari status dan keadaan diriku yang juga masih kacau balau bukan kapasitasku untuk mampu mencegahnya Para tuan-tuan Belanda lain yang dulunya sangat diseganipun tak berbuat apapun untuk mencegah perbuatan biadab yang sedang berlangsung di depannya. Mereka masing-masing terpekur dalam kesedihannya dan kerisauan hatinya masing-masing tanpa sedikitpun peduli terhadap keadaan sekitarnya. Lingkungan sel ini memang sudah menjadi kandang ternak yang buruk. Cuma binatang yang bertubuh manusia yang kini menghuni sel laknat ini.
"HA...HA...HA...BAGUS....BAGUS....HA....HA.....HA...HAYO BIKIN BUNTING MAJIKANMU ITU BWA...HA...HA...HA...HAH....!!!." entah kenapa para prajurit brengsek itu selalu berteriak kalau berbicara.
Kasihan Mei-Mei tak seorangpun yang mau menolongnya prajurit penjaga malah justru tertawa terbahak-bahak menyemangati aksi cabul tawanannya. Para prajurit itu sengaja mengurung tawanannya bercampur jadi satu antara pria dan wanita. Prajurit itu ingin menciptakan kehancuran moral yang luar biasa untuk para tawanannya dengan demikian para tawanannya itu akan selalu dihantui oleh teror jahat yang tak mungkin dilupakan seumur hidupnya
Aku tak mau untuk memperhatikan mereka lebih lama lagi.Tubuh Mei-Mei yang putih bersih terlihat kontras dengan pria legam yang menggagahinya.Rintihan-rintihan gadis malang itu semakin lirih gadis itu menyadari nasib buruknya yang menakdirkannya menjadi budak pelampiasan nafsu hewani. Mataku menyapu seluruh ruangan berbau busuk ini. Aku berharap bisa menemukan nonik Julia. Setelah membaringkan Lastri yang pingsan, aku berjalan keliling di Sel yang cukup besar ini. Doaku nampaknya dikabulkan.Diantara para tahanan wanita itu aku dapat mengenali salah seorang wanita yang sudah tak asing lagi bagiku. Ya nonik Julia, nampaknya gadis malang itu pingsan. Meskipun tubuh bugilnya diam tak bergerak namun buah dadanya yang membusung indah dengan puting susunya yang berwarna pink cerah masih naik turun teratur beraktifitas mengolah nafas. Entah kenapa jantungku berdegup kencang tak menentu. Bayangan Lastri dan Mei-Mei yang diperkosa, tanpa permisi bersliweran didalam kepalaku. Keadaan gadis cantik itu sangat menyedihkan. Tubuhnya yang putih mulus kini penuh bercak-bercak merah bekas cupangan. Selangkangannya yang dihiasi bulu kemaluan yang pirang keemasan seperti bulu jagung nampak mengalir darah disertai cairan putih kental lengket yang membanjiri pahanya. Dengan hati-hati aku mencoba menyadarkan Nonik. Ragu-ragu aku mencoba membersihkan tubuh mulusnya. Entah kenapa tanganku gemetar hebat ketika kulit kami bersentuhan. Tubuhnya lumayan berat mau tidak mau aku terpaksa menjamah payudaranya yang begitu halus,lembut dan terasa kenyal saat aku mencoba menyeretnya agar bisa berbaring di samping Lastri. Aku terkejut tanpa bisa aku kendalikan kemaluanku perlahan-lahan bangkit berdiri. "Memalukan...memalukan sungguh terlalu kenapa aku ini..?" Aku mengutuki diriku sendiri. "Apa yang aku pikirkan....?" Aku mengambil nafas dalam-dalam aku samasekali tidak mengerti padahal aku tidak memikirkan sesuatu yang cabul.
Memang peristiwa pemerkosaan Lastri dan Mei-mei sempat melintas di kepalaku tapi aku cuma teringat saja. Aku tak mungkin terangsang oleh hal biadab seperti itu meskipun aku cacat dan bodoh tidak mungkin aku berbuat serendah itu. Aku akan loyal budi baik Mener akan selalu aku ingat.
"Rip tolong jaga putriku lindungi ia dengan segenap jiwa dan ragamu Rip, aku percaya kepadamu sama seperti leluhurku. Dulu kakekku bersama kakek buyutmu, sudah turun temurun keluarga kita saling menjaga." itulah kata-kata terakhir mener kepadaku.
Aku bersumpah dengan segenap jiwa dan ragaku akan melindungi Nonik apa lagi saat-saat menjelang ajal menjemput mener, beliau sempat menitipkan Nonik padaku.
"Jadilah jujur dan setia itu saja Rip kunci menjadi seorang pria sejati." pesan mendiang bapakku kembali terngiang.
Aku lalu menyobek bajuku menjadi beberapa serpihan kain. Aku lalu memakaikan potongan-potongan kain bekas bajuku ke tubuh Lastri dan Nonik. Walaupun tak cukup untuk menutupi tubuh telanjang keduanya. Aku hanya menyisakan secarik kain yang juga tak cukup sempurna untuk menutup seluruh kemaluanku yang besar. Tapi siapa peduli lagipula hampir semua penghuni sel ini senasib denganku jadi apa yang salah dengan kelamin kami. Demikian aku menguatkan hatiku.
"Surip...?!.."mata gadis pirang itu berkaca-kaca..
"Iya non...Non baik-baik saja bukan...?" pertanyaan konyol. Dengan kondisi tubuh telanjang dan berlumuran sperma yang telah mengering mana mungkin Nonik baik keadaannya.Tapi aku tetap konsisten mencoba menghibur putri majikanku itu.
Ia hanya mengangguk lemah isak tangisnya perlahan muncul gadis cantik itu tak kuasa untuk menahan kegetiran hatinya hal-hal buruk yang tak pernah tak terbayangkan sebelumnya secara kejam telah mengoyak-koyak kehidupan indahnya.
"Rip...mana suamiku Rip...? Mana dia....?" kembali aku dikagetkan Lastri yang rupanya juga telah siuman.
"Suamimu....suamimu telah meninggal nduk....?" Ada beban berat yang menghimpit pita suaraku membuat tenggorokanku begitu berat untuk meluncurkan kalimat itu. Aku tahu kenyataan itu sangat menyakitkan tapi aku tak bisa berbohong lagi walau begitu pahit kenyataan namun aku tetap berprinsip Lastri harus tahu.
"Kang mas...hu..hu.....hu...." aku membiarkan Lastri memelukku tangisnya pecah tak tertahankan lagi air matanya terasa hangat membasahi bahuku. Dengan ragu aku membelai-belai rambutnya.
"Sabar...ya nduk sabar....sementara sabar dulu nanti aku pikirkan cara untuk kabur dari tempat ini."Aku sendiri sebenarnya tak yakin akan ucapanku. Namun mungkin itu satu-satunya kalimat bijak yang pantas aku ucapkan untuk memberikan secercah harapan pada dua gadis yang sedang ketakutan.
"Non sudah berapa lama disini..?" aku bertanya kepada Nonik nampaknya gadis itu lebih tegar dari Lastri walaupun gurat-gurat kesedihan masih membekas dalam pada raut wajahnya yang cantik jelita.
"Sudah seminggu Rip. Aku sarankan lupakan idemu itu Rip sudah banyak yang mencoba melarikan diri. Semuanya sia-sia. Prajurit biadab itu sungguh sangat kejam siapapun yang tertangkap akan disiksa habis-habisan dahulu sebelum kemudian dibiarkan mati sendiri."Nonik menatap mataku mencoba menghalangi niatku untuk kabur dari tempat terkutuk ini.
"Non Julia...aku...aku...." Lastri tak mampu meneruskan ucapannya air matanya kembali berderai. Adiku terlalu sedih meratapi deritanya.
"Sudahlah....kita semua senasib yang penting sekarang bagaimana kita bertahan saja."Nonik lalu memeluk Lastri.Adiku tersedu-sedu dalam pelukan majikannya yang kini senasib dengannya.
"Tidak...lebih baik aku mati daripada menanggung malu begini.....!!"Tangis Lastri semakin keras keduanya pun kembali larut dalam kesedihan.
"Mereka tidak akan membiarkanmu mati semudah yang kau pikir. Lihat diriku ini. Lihat gadis itu...semakin kamu melawannya, mereka semakin senang. Kamu akan semakin dipermainkan oleh para keparat itu" setengah berbisik suara gadis cantik itu seakan tertahan dibatang tenggorokannya.
Kami bergidik mendengar ucapan Nonik. Kulihat Mei-Mei tergolek lemas, selangkangannya yang dihiasi bulu kemaluan yang sangat lebat sudah basah kuyup oleh cairan sperma. Dengan terisak-isak gadis berkuning langsat itu mencoba membersihkan kemaluannya dari sisa-sisa sperma. Sementara pria bejad yang baru saja memperkosanya tersenyum-senyum penuh kepuasan memandang tubuh bugil korbannya. Tiba-tiba pintu sel terbuka. Beberapa serdadu bersenjata lengkap menyeruak masuk.Si Botak yang tadi pagi memperkosa Lastri nampak diantara mereka.
"Non mereka mau apa lagi Non..?" dengan suara bergetar ketakutan Lastri bertanya. Trauma perkosaan yang dialaminya tadi pagi belum juga sirna gadis itu menjadi sangat ketakutan setiap kali melihat Tentara Jepang itu.
"Kamu diam saja usahakan jangan sampai menarik perhatian mereka." raut cemas tergurat di wajah cantiknya gadis itu nampak menahan nafasnya.
Suara langkah para prajurit itu terdengar nyaring memecah kesunyian. Beberapa diantara gadis-gadis yang sudah mereka pilih meronta-ronta. Tanpa ampun mereka yang masih mencoba meronta langsung dihadiahi tamparan. Jantungku terasa berhenti. Salah seorang perwira mereka berhenti tepat di muka kami. Matanya yang cabul menyala-nyala menjelajahi tubuh Lastri dan Nonik yang nyaris telanjang meringkuk menggigil ketakutan terpojok disudut dinding sel yang kotor
"BAWA YANG INI....YANG ITU JUGA HA...HA....DIA MASIH BARU MEMEKNYA MASIH SEMPIT TADI PAGI BARU AKU ENTOTIN KOMANDAN PASTI PUAS DEH BWA...HA...HA..." Si Botak yang bercambang lebat mirip wajah pepy itu cengar cengir kurang ajar menatap tubuh bugil Lastri dan Nonik yang menggigil ketakutan.
"Jangan coba...coba...ganggu mereka berdua." aku geram sekali dengan perlakuan para prajurit biadab itu.Entah datang dari mana tiba-tiba saja keberanianku muncul begitu saja.
"Plaaak...!!"Sebuah tamparan yang keras mendarat dipipiku.Dunia serasa berputar pipiku sangat panas akibat tamparan itu tapi aku masih mampu bertahan.
'PLAAK!!"Lagi-lagi sebuah tamparan yang lebih keras mendarat dipipiku badanku kali ini nyaris tak kuasa menahannya.
"Cukup...hentikan.tuan....tolong"Tiba-tiba Nonik melangkah maju entah apa yang dipikirkan gadis itu.Aku sama sekali tidak mengharap Nonik menolongku.
"O O O ADA MALAIKAT DISINI YA BWA...HA...HA..."Si Botak itu kembali tertawa bekakaan entah apa yang dimakannya nafasnya sangat bau hingga membuatku muak.
"HEH CANTIK..... SIAPA ANJING BUDUK INI HAH...PACAR BARU KAMU YA...????!!!!.BWA...HA...HA...HA..."Dengan kurang ajar tiba-tiba tangan si Botak itu nyelonong meremas Payudara Nonik.Gadis cantik itu spontan terpekik kaget.
"Bajingan...!!!! Jangan coba-coba kau ganggu majikanku."Aku mencoba melesat maju tanganku terkepal erat-erat ingin rasanya aku meninju si botak yang sangat kurang ajar. Namun usahaku sia-sia beberapa anak buahnya dengan mudah mematahkan seranganku.
"O...O....RUPANYA CUMA SEEKOR ANJING BUDUK PENJAGA...
KAU MAU ANJINGMU INI TETAP HIDUP...??? HM....TERGANTUNG BAGAIMANA KAMU BISA MEMUASKAN KAMI SEMUA BARU KAMI PERTIMBANGKAN.....BAGAIMANA?" kembali si botak tersenyum-senyum mesum wajah jeleknya merapat ke Julia.
Gadis itu dapat merasakan dengus nafasnya yang bau. Ia itu mencoba memalingkan mukanya namun tangan kuat si botak tak membiarkanya begitu saja lidahnya yang panjang menerobos masuk telinga Julia sehingga si cantik itu menggelinjang kegelian.
"Jangan...jangan....non.." aku mencoba memberontak penghinaan mereka sungguh keterlaluan bajingan seperti mereka sudah sepantasnya dicampakan kedalam neraka yang paling dalam.
"PLAAAK....."Lagi-lagi aku dihadiahi sebuah tamparan.Dengan tersenyum, kini si botak itu menatapku dari ujung rambut sampai ujung kaki.Wujud fisikku yang tak sempurna membuat si botak tertawa terpingkal-pingkal mata sipitnya semakin tenggelam dalam bongkahan pipinya yang bersemu merah.
"HEH ANJING....!!! DENGAR ....YA NANTI KAMU BAKAL BERTERIMAKASIH KEPADAKU...KAMU MAU KAN NGENTOTI MAJIKANMU ITU
TADI MAJIKANMU BILANG PADAKU IA MAU DIHAMILI KAMU TAPI IA MALU UNTUK MENGATAKANNYA BWA...HA...HA...HA...
"Cuih..!!!"Aku mencoba meludahi mereka namun akibat tindakanku itu semakin membuat mereka murka.
"BUK...BUK...!!!...AAArrghhh.."Pandanganku langsung berkunang-kunang aku langsung terjatuh dalam posisi terduduk sebuah tendangan yang sangat keras menghunjam perutku membuat seluruh isi perutku serasa berputar-putar nyeri.
"Stoop tuan tolong sudah cukup tuan..."Nonik dan Lastri meronta-ronta mereka mencoba menolongku yang tengah meringkuk kesakitan dihajar kawan-kawan si Botak.
"SUDAH-SUDAH HENTIKAN AKU MASIH PUNYA RENCANA UNTUK SI JELEK INI!!!." Si Botak mengangkat tangannya memberi komando kepada anak buahnya untuk berhenti menyiksaku.
"NAH CANTIK AKU SUDAH BERBAIK HATI BUKAN? NAMUN INI SEMUA TIDAK GRATIS APA PENAWARANMU SEBAGAI IMBALAN KEBAIKAN HATIKU MENGAMPUNI ANJING INI HAH?"Dengan senyum licik si botak itu menatap tajam Nonik dan Lastri yang menggigil ketakutan.
"AYO AKU INGIN DENGAR DARI MULUT KALIAN SENDIRI APA PENAWARAN KALIAN?" Si botak itu kembali membuka suara setelah menunggu beberapa saat Lastri dan Nonik diam membisu kedua gadis itu saling berpandangan dengan tatap mata yang penuh ketakutan.
"AA.....AAAARGHHHHHHH!!!!!" tubuhku terpental beberapa jengkal ketika sebuah tendangan lagi-lagi mendarat di perutku.
"KALIAN JANGAN COBA-COBA MENGUJI KESABARANKU.....INI PERINGATAN TERAKHIR AYO CEPAT KATAKAN PENAWARAN KALIAN AKU MAU DENGAR....!!!!" kembali si botak membuka suara tapi kali ini nada bicaranya semakin tinggi.
"Ka...ka...kami...akan mematuhi semua perintah tuan..."Dengan terbata-bata Nonik dan Lastri akhirnya bersuara juga.
"BAGUS....NAH SEPERTI ITU DONK.....YAKIN KALIAN AKAN MENURUTIKU..?
BEGINI SAJA DEH KALAU KALIAN BERANI SEDIKIT SAJA MENOLAK PERINTAHKU MAKA PRIA INI AKAN SEGERA AKU CINCANG UNTUK MAKANAN ANJING BAGAIMANA?" dengan senyum kemenangan si botak kembali menatap lekat-lekat Nonik dan Lastri.
"HA...HA....HA....BAGUS....BAGUS....."Bagaikan suara iblis yang terlepas dari neraka tawa mereka yang menjijikan pecah berderai memecah kesunyian sel terkutuk ini.
"NAH MULAI SEKARANG KITA PUNYA 2 EKOR ANJING BETINA YANG CANTIK HA....HA....HA..."Masih bisa kusaksikan air mata Nonik meleleh meskipun gadis itu tak bersuara sama sekali.
"NAH INI PERINTAH PERTAMA...COPOT KAIN BUSUK ITU CEPAT...!!! SEEKOR ANJING SEPERTI KALIAN TAK SEPANTASNYA BERPAKAIAN BUKAN BWA...HA....HA..." bagaikan suara petir, Nonik dan Lastri terkejut mendengar perintah pertama mereka lutut gadis cantik itu gemetar hebat jantung mereka semakin berdegup kencang jauh dari lubuk hati kecil mereka, ingin semuanya ini hanya mimpi buruk sejenak mereka memandangku aku menggelengkan kepalaku aku tak ingin mereka diperlakukan seperti binatang oh..lebih baik aku binasa saja daripada menyusahkan mereka. Mereka tak berani membantah lagi, mereka sadar setiap konsekwensi yang akan terjadi kalau mereka membantah masih segar dalam ingatan Nonik dan Lastri yang terjadi pada orang-orang yang mereka cintai.Kedua gadis cantik itu tak ingin kehilangan lagi satu-satunya orang yang masih tersisa.
Dengan tangan gemetaran satu persatu sisa-sisa kain penutup tubuh mereka jatuh berguguran. Tak makan waktu lama dalam sekejap keduanya kembali telah telanjang bulat tanpa seutas benangpun. Wajah keduanya nampak merah padam dada mereka naik turun dengan cepat nafas keduanya memburu cepat Lastri dan Nonik berusaha menutupi organ-organ intimnya dari sapuan tatapan mata mesum para prajurit cabul itu. Si Botak lalu berjalan berkeliling memutari tubuh bugil tawanannya yang menggigil ketakutan dua gadis malang itu bagai anak domba yang tengah dalam kepungan srigala lapar yang buas. Tiba-tiba Nonik menjerit tertahan. Gadis cantik itu terkejut bukan kepalang secara tiba-tiba bulatan pantatnya yang kenyal diremas dengan penuh nafsu oleh si Botak. Nampaknya pria cabul itu sudah hampir tak bisa menguasai dirinya lagi jakunnya naik turun dengan cepat begitu pula dengan para anak buahnya beberapa kali dari mereka menelan ludahnya sendiri. Botak lalu menjentikan jarinya salah seorang anak buahnya lalu maju menyerahkan sesuatu kepadanya.
"PERINTAH KEDUA AKU MAU KALIAN MEMAKAI INI....!!!
BAGAIMANA TEMAN-TEMAN COCOK TIDAK...???
NANTI SETELAH ACARA INI SELESAI AJAK MEREKA UNTUK BERPATROLI KELILING DESA...!!!"Botak lalu menyerahkan seutas kalung kulit yang terhubung dengan rantai logam yang biasa digunakan untuk anjing mereka.
"A..aaampun Tuan....ja...jangan...kami...."Belum sempat Nonik menyelesaikan ucapannya suara bengis botak langsung mengglegar
'KALIAN MASIH INGAT JANJI KALIAN BUKAN? INGAT INI PERINGATAN TERAKHIR SETELAH INI ANAK BUAHKU AKAN LANGSUNG......."Bentak botak sambil memberikan isyarat tangannya membelah leher
Dengan berurai air mata kedua gadis malang itu tak bisa lagi membantah mereka menelan bulat-bulat segala penghinaan yang sangat merendahkan harga diri mereka sebagai manusia.
Sulit untuk menyangkal kecantikan Nonik meskipun adikku juga cantik namun tentu saja cantiknya berbeda.Gadis pirang itu memang benar-benar cantik luar biasa. Dengan rantai anjing yang melingkar di leher jenjangnya yang putih bersih, penampilan Nonik sangat sexy luar biasa. Tampil polos tanpa secuil kainpun. Kini penampilan gadis pirang itu benar-benar membangkitkan birahi para pria untuk segera menunggangi tubuh telanjangnya. Aku bisa merasakan kesedihan Nonik. Gadis cantik kaya raya dari keluarga terhormat seperti dirinya yang boleh dikatakan tidak pernah mengalami kesusahan tiba-tiba harus berakhir seperti ini meskipun tangis Nonik tidak sekeras Lastri namun aku tahu gadis itu sedang terluka hebat batinnya..Aku sungguh merasa tak ada guna gadis secantik Nonik rela berkorban demi diriku..
"AYO JALAN..........!!!
HEH SIAPA YANG SURUH KALIAN BERJALAN DENGAN DUA KAKI....?!!!!
KALIAN LUPA KALAU SEKARANG KALIAN ANJING?
AYO JALAN MERANGKAK.....!!!!.
NAH SEPERTI ITU BARU BENAR BWA....HA....HA...HA..HA...HA!!!!"Betapa remuk redam hati kedua gadis cantik itu. Dengan perlahan mereka menekuk lutut masing-masing. Dalam posisi merangkak susah payah mereka berusaha tak terjatuh mengikuti kecepatan langkah para prajurit Jepang yang menyeret rantai kalung anjing yang terpasang dileher jenjang mereka.
"HEH KAU....PAKAI JUGA KALUNG INI....DENGAR KALIAN...!!! MULAI SEKARANG KALIAN ANJING KAMI TERUTAMA KAU BUDUK..!!! JIKA KAU BERANI COBA-COBA SOK JAGO SEPERTI TADI AKU TAK SEGAN-SEGAN MENYEMBELIH 2 ANJING CANTIK INI MENGERTI KAU...!!!"Aku menggeretakan gigiku sendiri rasa dendam yang amat sangat menguasai diriku sampai mati akan kuingat wajah si botak ini dan aku bersumpah suatu saat nanti akan kupenggal kepalanya dengan tanganku sendiri
Tiada jalan lain selain menuruti kemauan sinting para prajurit cabul itu.Aku tak mau perlawananku mencelakakan Nonik dan Lastri meskipun itu artinya aku menyerahkan harga diriku sebagai seorang pria
"BAGUS.....!!
KOPRAL MULAI BESOK BAWA 3 ANJING BARU KITA UNTUK PATROLI MENGAMANKAN DESA INI..... MENGERTI...???!!!!
NAH SEKARANG KITA SENANG-SENANG DULU....
BAGAIMANA DENGAN YANG LAINNYA....??
SUDAH KALIAN PILIH GADIS-GADISNYA...?
BWAHAHAHAHAHAH BAGUS AYOOOO WAKTUNYA PESTAAAA.....!!!!!".
Ada kira-kira 50 orang gadis termasuk Lastri dan Nonik yang semuanya cantik-cantik hanya aku seorang satu-satunya tawanan pria yang dibawa para prajurit Jepang itu.entah apa yang akan mereka lakukan kepada kami aku hanya bisa berdoa semoga semuanya cepat berakhir dan kami bisa melarikan diri dari tempat terkutuk ini. Dengan susah payah aku berusaha untuk tidak terjatuh.. Para prajurit keparat itu khusus memperlakukan kami seperti anjing. Dengan berjalan merangkak susah sekali mengikuti langkah kaki para prajurit itu yang berjalan cepat. Kalung leher yang mengikat leherku terasa sangat menyiksa membuat nafasku tersengal-sengal. Nonik merangkak tepat di depanku.Pantat gadis cantik itu membulat sempurna. Daging pantatnya nampak montok kenyal menggemaskan. Pantat indah itu bergoyang kian kemari mengikuti gerakan pinggulnya. Aku bisa melihat lobang anusnya yang merah agak kecoklatan meskipun lobang anus Nonik sedikit tertutup bulu-bulu kemaluannya yang tumbuh liar meremang sampai ke belahan pantat gadis cantik itu. Mungkin karena sudah seminggu gadis cantik itu tak mempunyai kesempatan untuk merawat organ intimnya sehingga kini bulu-bulu kemaluannya tumbuh lebat tak terurus bagaikan ilalang yang tumbuh liar di musim gugur yang berkilau kilau keemasan bermandikan cahaya surya. Mataku secara tak sengaja menatap bulatan payudaranya yang menggelantung indah. Payudara Nonik yang besar terlihat membulat kenyal. Bulatan dagingnya yang lembut nampak simetris sempurna dan proporsional, dengan hiasan puting susunya yang merah muda agak kecoklatan. Payudara si cantik itu terlihat makin luar biasa dilihat dalam keadaan posisi merangkak. Mungkin akibat gravitasi bumi membuat seluruh sel-sel kelenjar susu yang berada didada gadis itu menyebar menekan secara sempurna kesegala penjuru.sehingga benar-benar menciptakan bentuk bulat yang sempurna.
"Surip....apa yang kamu pikirkan.!!!" tiba-tiba suara hatiku membangunkanku dari lamunan.Aku merasa malu dan jijik pada diriku sendiri begitu menyadari kemaluanku sudah tegak mengacung.
Bagaimana mungkin aku masih berpikir mesum dalam keadaan seperti ini. Pemandangan yang begitu indah tersaji didepan batang hidungku. Aku samasekali tak berdaya menghalau naluri alamiahku sebagai laki-laki normal. Oh Tuhan, oh mener maafkan aku. Surip sama sekali tak bermaksud tak senonoh terhadap putri tuan.
"BWA....HA...HA...HA...!!! LIHAT....!!! ANJING BUDUK INI SUDAH BIRAHI INGIN NGENTOTIN MAJIKANNYA. HEH MANA JANJIMU UNTUK MELINDUNGI MEREKA....HAH?? JANGANKAN MELINDUNGI, KAMU MALAH INGIN NGENTOT SAMA MAJIKANMU ITU BUKAN ...??!!!
"LIHAT TUH KONTOLMU GA BISA BOHONG SUDAH NGACUNG MINTA JATAH BWA...HA...HA...HA..HAH"
"SUDAH AKU BILANG DARI TADI KAMU INI TAK LEBIH DARI SAMPAH-SAMPAH SEPERTI MEREKA"
"JANGAN BELAGU KAU SOK JAGOAN KAMU MEMANG PENGKHIANAT BUKAN BWAHAHAHAHAHA."
Bagaikan ditampar oleh ribuan tangan, wajahku terasa sangat panas. Saat ini aku benar-benar mengharapkan lebih baik aku dipukuli oleh mereka daripada dipermalukan seperti ini.Umpatan, makian dan ejekan mereka sangat menyakitkan hatiku. Aku sendiripun sama sekali tak menginginkan ini terjadi. Bukan salahku kalau kemaluanku menjadi tegang seperti ini. Aku sama sekali tidak pernah memerintahkan atau memikirkan sesuatu yang cabul terhadap Nonik. Semuanya terjadi begitu saja. Aku merasa sangat berdosa. Sebenarnya jarak Sel tahanan ke aula barak militer mereka tidak jauh hanya beberapa meter saja tapi entah kenapa waktu serasa berjalan sangat-sangat lambat. Ya Tuhan kapan semua ini berakhir. Aku rasa bukan cuma aku tapi kami semua yang menjadi korban mempunyai doa yang sama tapi entah kenapa yang maha kuasa seakan tak mendengarkan kami.
Ratusan serdadu Jepang itu berkumpul di tengah ruangan aula. Dahulu Aula ini digunakan sebagai kantor pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Beberapa meja yang cukup lebar disusun sekenanya membentuk seperti panggung sebagian dari serdadu itu sepertinya sedang mabuk berat mereka tertawa terkekeh-kekeh sambil membelai-belai senapan mereka layaknya sedang memeluk wanita. Ruangan yang dulunya sangat bersih dan rapi itu kini berantakan dan kotor bercak-bercak darah yang sudah mengering nampak berceceran di lantai dan beberapa dinding.Laskar liar ini memang benar-benar sangat jorok tidak seperti para mener-mener yang dulu ngantor di tempat ini yang selalu tampil bersih dan wangi dengan baju putih dan topinya. Prajurit liar ini lebih tepat kalau disebut dengan begundal tengik.
"KAU TUNGGU DULU DISINI....
SANTAI SAJA NANTI KAU JUGA DAPAT GILIRAN....
TAPI GILIRANMU PALING AKHIR.....
BAHKAN SETELAH PARA ANJING KAMI DAPAT GILIRAN BWA...HA..HA..HA..HA TUGASMU NANTI BERSIHIN AMPAS-AMPAS KAMI
INGAT BERSIHIN YANG BERSIH YA BWA...HA...HA...HA..HA
Kata-kata kotor berhamburan meluncur dari mulut mereka.Tubuhku meronta kesakitan saat salah seorang tentara itu dengan kasar mengikatku erat-erat. Mereka lalu mengangkat dan membanting tubuh telanjangku begitu saja ke atas meja yang telah mereka susun. Jerit tangis bercampur derai tawa yang menjijikan riuh rendah campur baur. Pemandangan yang aku saksikan selanjutnya sungguh sangat menjijikan. Tubuh-tubuh telanjang para gadis belia itu bergelimpangan digumuli tanpa daya. Mereka dipaksa melayani beberapa orang sekaligus rata-rata mereka melayani hampir 15 orang dan masih banyak lagi yang mengantri menunggu giliran.
"Tidaaaak......tidaaaak mau....tolong....papa....papa...tolong...."Seorang gadis berambut pirang lainnya tiba-tiba berhasil meloloskan diri.
Dengan menjerit-jerit histeris ia berhasil meraih sebuah pedang samurai yang tergeletak diantara tumpukan seragam tentara yang berserakan dilantai. Dengan membabi buta gadis itu mencoba memberikan perlawanan. Tubuh bugilnya yang bercucuran keringat nampak indah berkilat-kilat diterangi nyala lampu. Meskipun payudaranya tak sebesar milik Nonik tetap saja bulatan daging kenyal yang menggemaskan itu nampak indah bergoyang liar kian kemari seirama gerakan si empunya tubuh
"DOR......DOR....!!!!!"
"Auuuwghhhhh...!!!" gadis cantik itu melolong kesakitan jeritannya begitu menyayat hati. Perlawanannya yang gigih tak berlangsung lama. Dalam sekejap tubuh bugil gadis malang itu jatuh tumbang terjerembab menghempas tanah. Kaki mulusnya yang jenjang dengan betisnya yang mbunting padi tanpa ampun diterjang timah panas para serdadu bejat itu.
"CTAAARZ.....TARZ....!!" tanpa belas kasihan sama sekali salah seorang prajurit Jepang itu mengayunkan cemetinya. Mata cambuk yang tajam itu segera mengoyak tubuh mulus gadis pirang yang malang itu.Tubuh telanjang itu langsung berkelojotan meregang sakit yang amat dahsyat mendera tubuhnya
"DENGARKAN KALIAN SEMUA....!!!!
LIHAT PELACUR INI....PERHATIKAN IA BAIK-BAIK
IA AKAN MENJADI CONTOH BAGI KALIAN YANG BERANI COBA-COBA MELAWAN KAMI NGERTI....!!!!"
"AAA....AAARGHHH.....SAAAKIT AMPUNNN !!!!" jerit kesakitan terdengar memilukan meraung-raung memecah kesunyian malam yang harusnya terjadi.
Segala jerit minta tolong dan ampun nampaknya sudah terlambat. Tubuh telanjang gadis malang itu diikat erat-erat sedemikan rupa. Tali rami hitam berbahan ijuk yang biasa digunakan untuk mengikat bambu digunakan untuk mengikat gadis malang itu tali-tali itu terasa tajam menusuk kulit. Dililit melingkar dari leher gadis itu. Kemudian dengan sentakan keras, prajurit Jepang itu membuat simpul mati tepat mengikat erat-erat kedua belah payudara montok gadis cantik itu sehingga payudaranya menggembung tegak semakin mengacung. Tali terasa yang tajam itu kemudian diselipkan diantara simpul yang terbentuk ditengah dadanya kemudian ditarik memanjang sampai tepat berada di depan selangkangan gadis malang itu. Ujung tali itu lalu ditarik kuat-kuat membelah celah bibir kelamin gadis itu terus ditarik keatas melewati celah bulatan pantatnya dan berakhir pada kedua tangannya yang dilipat membentuk siku sempurna. Dengan posisi terikat seperti itu tubuh gadis itu sama sekali tak mampu bergerak banyak Tali-tali itu menimbulkan rasa perih dan gatal yang amat sangat pada area yang dilintasinya. Beberapa serdadu Jepang lalu menggotong tubuh telanjang yang sudah tak berdaya itu. Mereka lalu mengikatnya di salah satu tiang kayu yang menjadi penyangga bangunan gedung ini.
"Ouuugh aammpun saaakit aaarghhh" tubuh gadis itu berkelojotan hebat. Dalam keadaan terikat erat-erat pada tiang kayu, para serdadu cabul itu sengaja meletakan lintah pada alat kelamin gadis malang itu, dan menggantung tubuh bugilnya dalam posisi berdiri agak tinggi sedikit dari lantai sehingga mau tak mau gadis itu harus berjinjit untuk menahan berat tubuhnya
"KALIAN SEMUA LIHAT...!!! JANGAN COBA MACAM-MACAM KALAU TIDAK MAU BERNASIB SAMA SEPERTI PELACUR ITU MENEGERTI KALIAN...!!' suara si botak menglegar. Meskipun bertubuh pendek, pria cabul itu memiliki suara yang sangat berkharisma yang bisa membuat runtuh semangat lawan-lawannya.
"Tooolong....ampunn....tolong..." suara gadis malang itu lambat laun mulai melemah Tubuhnya bahkan sudah tak mampu meronta lagi. Bibirnya membiru kontras dengan wajah cantiknya yang semakin pucat pasi. Darah segar nampak meleleh diantar luka-luka bekas cambukan yang masih basah menganganga. Payudaranya yang membusung sudah nyaris berwarna ungu. Mungkin darahnya membeku lantaran tak bisa mengalir secara sempurna. Sementara ratusan lintah dengan rakusnya menghisapi darah mangsanya yang tak berdaya. Mahkluk kecil berlendir yang menjijikan itu bercokol memenuhi area puting susu dan selangkangan gadis malang itu. Menghisap dengan rakus darah yang mengalir melewati bagian intim gadis malang itu. Melihat penyiksaan yang diluar prikemanusiaan itu membuat runtuh nyali kami semua Meskipun para gadis-gadis itu sudah tak berani memberikan perlawanan, para serdadu itu tetap saja memukuli mereka nampaknya mereka semakin bernafsu jika mendengar jerit kesakitan para korban-korbannya. Pantat-pantat telanjang para gadis yang rata-rata berkulit putih bersih itu kini semua telah rata merona kemerahan. Beberapa diantara pantat telanjang itu bahkan jelas-jelas tercitra bekas telapak tangan yang menamparnya. Nampak raut kelelahan dari para gadis cantik itu. Bagaimana tidak mereka harus melayani puluhan atau bahkan mungkin ratusan serdadu cabul. Tubuh bugil mereka telah basah kuyup sepenuhnya oleh lendir-lendir menjijikan yang mulai mengering
Usai melampiaskan nafsu bejat mereka, nampaknya sebagian besar prajurit itu dalam keadaan mabuk berat bahkan untuk sekedar berpakaianpun nampaknya mereka tak mampu. Ruangan megah, anggun yang dulunya merupakan tempat terhormat, kini menjadi saksi bisu kebiadaban laskar-laskar laknat. Seakan lenyap norma-norma kesusilaan yang ada, para serdadu Jepang itu bergelimpangan dalam keadaan telanjang bulat sambil memeluk tubuh telanjang gadis-gadis tawanannya yang menggigil ketakutan
"KAWAN-KAWAN......SEKARANG WAKTUNYA MAKAN
KALIAN MAU MAKAN APA HAAH???!!!"Dengan tubuh oleng si Botak maju naik keatas panggung tubuh tambunnya nyaris jatuh terjengkang beruntung anak buahnya yang masih sadar buru-buru memapahnya.
"SHASIMI....SASHIMI...SIAPKAN NAMPANNYA.!!!" teriakan parau mereka silih berganti bersahut-sahutan diiringi tepuk tangan dan siulan-siulan kurang ajar
Beberapa dari mereka yang masih cukup memiliki kesadaran menyeret salah seorang dari gadis malang itu. Dibalik rambut panjangnya yang hitam riap-riapan aku masih bisa mengenali gadis cantik itu. Ya tak salah lagi itu Mei-Mei putri babah Ahong. Gadis cantik berkulit putih itu menggigil ketakutan. Hampir seribu pasang mata milik para prajurit cabul yang berkumpul di aula menatap tubuh bugilnya yang diseret paksa naik ke atas panggung. Walaupun keadaan Mei-Mei sudah berantakan, namun kecantikan gadis itu tak dapat disembunyikan. Dulu sewaktu aku mampir ke rumah babah Ahong, kecantikan gadis ini bahkan lebih sempurna lagi. Kulitnya putih bersih. Walaupun aku tak pernah menjamahnya, namun aku dapat memastikan kalau kulitnya selembut sutera. Mata gadis itu begitu indah. Tidak terlalu sipit seperti gadis cina pada umumnya. Pipinya merona kemerahan segar. Hidungnya juga mancung tapi yang paling menggetarkan hati adalah sepasang alisnya yang luar biasa cantik Alis gadis itu meskipun tebal namun nampak terawat rapi. Aroma rempah-rempah wangi kuat tercium menandakan bahwa gadis cantik ini selalu telaten dalam menjaga penampilan tubuhnya.
"Lihat Rip ci Mei-Mei. Busyet alisnya tebel banget.. Pasti itunya lebat banget deh."
Aku jadi teringat ucapan Warto temanku.
"Itunya apaan sih To maksudmu....?Aku menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal.
"Jembut bego...kamu sudah setua ini koq masih goblok sih Rip"Warto nampaknya kesal dengan keluguanku aku memang sama sekali tidak mengerti maksud ucapannya.
"Jembut itu opo si?"Aku kembali bertanya dengan tanpa berdosa lha wong saya bener-bener ngga ngerti maksudnya Warto.
"Ih iki bocah, dasar goblok iki Rip wulu ning bawuk ( red*bawuk=kemaluan dalam bahasa jawa)Dengan geram Warto merogoh celananya sambil menunjukan cabutan sehelai bulu kemaluannya tepat di depan batang hidungku.
"Oalah iku....masa sih To...darimana kamu tahu?"Aku benar-benar keheranan dengan analisa Warto yang terdengar tanpa keraguan sedikitpun.
"Dengerin ya Rip, kamu perhatikan ci Mei-Mei waktu kamu bantu dia tadi, lengannya yang putih khan sedikit meremang berbulu. Dan perhatikan bibir atasnya seperti ada kumis mau lebih jelas lagi lihat alisnya semua wanita yang mempunyai ciri-ciri seperti itu aku berani pastikan kalo jembutnya pasti lebat ngerti ora kowe Surip?"Kata Warto sambil menepuk kepalaku
"E'eh dasar bocah gemblung kurang ajar tur saru kowe To."Aku sedikit tersinggung ketika Warto menepuk kepalaku. Tapi dalam hati aku membenarkan ucapan Warto. Aku teringat Nonik. Nonik memiliki ciri-ciri seperti itu tapi tidak hitam melainkan pirang keemasan
"Lha kalo Nonik piye To?"Tanyaku penasaran.
"Ya podo wae Cuma beda warna kalo Mei-Mei kan Cino jadi wulune ya ireng kalo Londo kaya Nonik ya wulune pirang blondi tho dasar dogol kowe Rip"Warto tertawa terbahak-bahak melihat keluguanku.
"Ah masa sih To kamu itu penipu. Aku tau kelakuanmu To."Aku sama sekali tidak mempercayai kacung gemblung sahabatku itu
"Ya terserah kowe Rip memang aku suka menipu tapi kalo yang ini yakinlah sumpah aku tidak bohong lagi pula apa untungnya nipu kamu?"Warto nampaknya kesal denganku yang tak mempercayainya.
"Ya embuh lah aku juga ngga tahu. Namanya kamu juga suka ngerjain aku To"Setengah percaya aku akhirnya tak mempedulikannya lagi
Baru malam ini ucapan Warto seakan membuktikan kebenarannya. Kacung gemblung itu benar 100% Mei-Mei yang kebingungan nampak kesulitan menyembunyikan bulu-bulu lebat yang tumbuh liar menghiasi selangkangannya. Jari-jemarinya yang mungil tak mampu menyembunyikannya dengan sempurna beberapa helai bulu kemaluan yang hitam lebat itu masih muncul menyeruak nakal diantara celah-celah jemarinya. Gadis cantik itu gelagapan ketika tiba-tiba para prajurit cabul itu menyemprotkan air ke tubuh bugil gadis malang itu. Layaknya memandikan hewan ternak saja, ramai-ramai mereka memandikan tubuh gadis malang itu dari sisa-sisa lendir menjijikan yang mengotori tubuh mulusnya. Mungkin karena air yang disiramkan begitu dingin, puting susu gadis malang itu langsung beraksi keras. Tak disangka pentil susu yang semula melesak kedalam, tiba-tiba menyembul kira-kira sepanjang ukuran ruas pertama jari telunjukku. Pentil susu coklat kemerahan itu nampak indah. Ranum menghiasi ujung payudara Mei-mei yang cukup besar
"HEH BERSIHKAN JEMBUTMU ITU...!!!!"
KAMI MAU PINJAM TUBUHMU UNTUK NAMPAN MAKANAN KAMI BWA...HA....HA...HA...HA"Dengan gemetaran tangan gadis cantik itu meraih sebuah pisau cukur yang nampaknya sudah sedikit berkarat. Beberapa saat gadis itu diam mematung. Tangannya menggenggam erat pisau cukur yang dilemparkannya. Sementara para serdadu itu bersiap-siap dibelakangnya dengan ujung bayonet mereka yang terhunus.
"AYOO CEPAT....KAMU TAK INGIN SEPERTI PELACUR ITU BUKAN...!!!"
Botak kembali membentak gadis malang itu. Mei-Mei melirik kearah gadis pirang yang masih terikat lemah sambil merintih-rintih menahan kesakitan Terisak-isak ketakutan, terpaksa gadis itu menuruti kemauan para serdadu laknat itu Dengan gemetaran, jemari lentiknya menyibakkan bulu-bulu kemaluannya sendiri yang tumbuh lebat. Hati hati ia mulai menyapukan ujung pisau yang tak terlalu tajam itu ke bibir kemaluannya sendiri. Sesekali nampak jelas gadis itu mengernyit menahan sakit bagaimanapun juga pekerjaan mencukur bulu kemaluan tanpa dibantu cream cukur adalah hal yang sangat menyiksa. Apalagi pisau cukur itu sudah sedikit berkarat dan tidak setajam pisau cukur yang masih baru.
Setelah beberapa saat yang menyakitkan, selangkangan Mei-Mei kini telah gundul tumpukan bulu kemaluannya nampak berceceran diatas meja
"NAH BAGUS CANTIK SEPERTI BAYI... BWA...HA...HA..HA...HA"
Bagaikan terkena tamparan wajah gadis cantik itu langsung merona merah padam menahan malu. Setelah kemaluannya gundul, kini baru nampak kalau itil gadis cantik itu mencuat. Aku tak tahu pasti yang menyebabkannya. Entah akibat digagahi puluhan kelamin laki-laki atau memang sejak awal itil gadis itu sudah mencuat panjang.
'NIH AMBIL..... BERSIHKAN MEJA ITU INGAT KALAU KAMI MASIH MENEMUKAN MESKIPUN HANYA SEHELAI BULU JEMBUTMU, KAU AKAN MENEMANI PELACUR ITU MENGERTI..!!"Botak lalu melemparkan sebuah sapu keatas meja. Buru-buru gadis cantik itu segera meraihnya. Tubuh telanjangnya menggigil hebat Dengan menahan malu yang sangat luar biasa gadis itu menyapu panggung itu dari sisa-sisa bulu-bulu kemaluannya yang berceceran.
'BAGUS SUDAH BERSIH SEKARANG KAMU DIAM BERBARING JANGAN BERGERAK MENGERTI!!!!!" para sedadu itu lalu menyusun ransum makanan mereka ke atas tubuh polos gadis malang itu
Para serdadu Jepang itu menjadikan Mei-Mei sebagai sashimi girl. Gadis itu berusaha menahan rasa geli yang menjalari tubuhnya. Daun-daunan sayur mayur itu terasa menggelitiki seluruh tubuhnya. Pori-pori gadis cantik itu seakan membuka lebar merespon rangsangan yang menjalari seluruh tubuhnya
"Auuugh...aahh" tiba-tiba Mei-Mei menggelinjang. Para serdadu itu sengaja menuangkan cairan cabe ke kemaluannya. Rasa panas segera menjalari selangkangan gadis malang itu. Meskipun perih menyerang selangkangannya gadis itu nampak berusaha keras untuk tidak bergerak.
"HEH BISA DIAM..TIDAAAK!!!"Bentakan keras kembali mengglegar Prajurit jepang itu kesal karena tubuh bugil Mei-Mei semakin lama semakin keras menggeliat-geliat bagai cacing kepanasan.
"Sghhhhh aakch...hhhzzz...hgh....sakit tuan."Tubuh Mei-Mei sedikit melenting gadis itu tak mampu bertahan lagi ujung sumpit milik salah satu tentara Jepang itu dengan kuat menjepit itilnya yang memang sejak tadi sudah mencuat sehingga mudah sekali untuk dijepit
"Auugh...aauuww..aaaaa..."jeritan demi jeritan berubah jadi lenguhan yang nadanya satu persatu menurun satu oktaf, sehingga seakan menjadi alunan melody. Puting susu gadis cantik itu kini bahkan semakin memanjang dari ukuran semula
Para serdadu itu sudah kekenyangan. Mereka membiarkan anjing-anjing penjaga mereka membersihkan sisa-sisa makanan yang masih tercecer termasuk yang berada diatas tubuh Mei-Mei. Puting susu gadis cantik itu sedikit membengkak dengan warna kebiruan akibat digigit atau dicubit para pasukan cabul Seluruh tenaga gadis cantik itu telah terkuras habis. Ia samasekali tak mampu menggerakan tubuhnya gadis cantik itu menangis sesenggukan pasrah merelakan lidah-lidah kasap anjing itu menjilat-jilat sekujur tubuhnya.
"NAH ANJING SEKARANG GILIRANMU AKU TAHU KAMU SUDAH PENGIN NGENTOT BUKAN BERTERIMA KASIHLAH PADAKU. HA...HA...HA..."
"Tidak...tidak akan...tidaaak mau....!!"Aku berusaha bertahan leherku terasa tercekik saat rantai anjing yang mengikat leherku dibetot sekuat tenaga
"BUK....!!!"Aku jatuh terguling. Secara tiba-tiba salah satu tentara jepang itu menendang pantatku.
"HEH BUDAK
DENGERIN YA NGGA USAH SOK PAHLAWAN KAMU DI SINI NGERTI KAMU...!!!! KONTOLMU ITU NGGA BISA BOHONG UDAH NGACENG TUH....!!!!"
Jauh di dalam lubuk hati,Aku benar-benar merutuki diriku sendiri.Aku sama sekali tidak pernah berpikiran cabul terhadap gadis-gadis malang itu. Aku benar-benar merasa kotor dan hina kemaluanku sama sekali tidak sejalan dengan isi hatiku.
"AKU NGGA AKAN MEMERINTAH KEDUA KALINYA LAGI CEPET LO NGENTOT DAN BERIKAN PENAMPILAN TERBAIKMU UNTUK MENGHIBUR KAMI SEMUA....!!!"Suara menglegar botak tengik itu kembali membentakku
"KARENA KONTOLMU GEDE KAMU HARUS NGENTOTIN 50 GADIS INI...!!!
"JIKA SEBELUM 50 ORANG KONTOLMU SUDAH LETOY AKAN KAMI POTONG BUAT MAKAN ANJING NGERTI KAMU "Aku benar-benar tidak tega pada para gadis itu.
Aroma ketakutan yang begitu kental terpancar jelas di wajah mereka. Para gadis itu bergidik ngeri memandang arah selangkanganku. Jika dibanding dengan penis-penis milik para prajurit cabul itu, ukuran mereka bukan apa-apanya dibanding dengan milikku yang kini sudah tegang hingga seukuran lengan pria dewasa. Mustahil rasanya penisku yang kokoh bagai batang kayu ini melesak kedalam liang kelamin para gadis malang itu aku dapat memaklumi ketakutan yang mereka rasakan.
to be continued...
By: Brainwash