Pengalaman Tinggal di Negeri Orang
Aku bernama Soleh, umurku sudah tidak muda lagi, sudah mencapai 70 tahun, tetapi kondisi pisik tubuhku boleh dikatakan masih segar bugar, dengan tubuh kekar masih berotot. Karena ketika masih muda aku rajin berolah raga entah itu joging atau renang, sebab itulah olah raga yang mudah dan murah meriah. Karena lingkunganku adalah tempat daerah pedesaan yang banyak sungai, dekat laut serta daerah lembah dan pebukitan. Aku tergolong keluarga kecil yang hanya mempunya satu saudara yang sekarang telah mempunyai anak dan cucu yang tinggal di kota lain di kawasan Jawa. Sehingga hubungan kami agak kurang kontak. Aku sendiri sudah mempunyai anak, sekarang telah berkeluarga dan tinggal di kota lain juga. Sedangkan aku sendiri setelah ditinggal istriku meninggal, hanya seorang diri tinggal di pedesaanku. Karena terlalu kesepian, apalagi daerah yang cukup terpencil aku memutuskan pingin mencari kegiatan baru. Aku memutuskan untuk merantau, entah itu kemana yang penting bisa mencari kerja yang layak. Maka sebelum aku merantau, aku membuat surat yang isinya memberitahukan bahwa aku sekarang sedang merantau, sehingga apabila anak dan cucuku datang atau saudaraku mereka tidak perlu mencariku. Surat itu ku bungkus dengan plastik bagus supaya tidak rusak dan kala itu usiaku 65 tahun. Maka jadilah aku merantau, aku tidak tahu pasti kemana yang penting berjalan. Dengan berjalan kaki menuju jalan raya aku naik mobil dan berhenti di sebuah kota, kota apa aku tidak tahu tetapi aku ingat kota itu dekat dengan pelabuhan kapal. Banyak sekali ada kapal yang berbentuk dari perahu ada yang dari besi. Ada juga pakai kain, mungkin namanya kapal layar. Aku yang tidak tahun arah dan tujuanku, kucoba bertanya-tanya kalau-kalau ada kerjaan untuku, apa saja yang penting bisa makan, mau digaji berapa sehari yang penting makan itulah dalam pikiranku.




Akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang diketahui kapten kapal, dari situ aku tahu bahwa kapal itu ada membutuhkan seorang yang mau menjadi anak buah kapal. Aku terus menawarkan diri, dengan mencerita latar belakangku. Ternyata kapten kapal itu ngerti dan setuju atas kemauanku dan jadilah aku anak buah kapal. Maka seminggu kemudian kami berangkat mengarungi lautan samudera, entah beberapa hari kami berada ditengah laut lepas, yang pasti kepalaku terasa pusing dan perut mual, maklum baru kali ini aku berlayar dengan kapal besar ditengah lautan. Begitulah kehidupan sekarang, tidak terasa sudah satu setengah tahun aku hidup di laut dan kapal, berbagai kota telah aku kunjungi dan beberapa negara telah aku singgahi,baik asia tenggara, Timur Tengah, Eropa sehingga akupun sedikit sedikit bisa bicara berbagai bahasa walaupun tidak pase betul, namun bahasa Inggris yang dominan aku pelajari karena merupakan bahasa internasional.


Pahit getir aku hadapi, hujan panas tidak menjadi penghalang, susah dan senang tidak menjadi pikiranku. Hingga suatu kejadian, kami berlayar menuju sebuah negara yang baru pertama kali kami singgahi. Bahasanyapun seperti bahasa Eropa Timur. Kami berlabuh membawa muatan di negara tersebut, muatan kami banyak sekali sehingga sudah dua hari belum habis juga. Pada hari keempat baru selesai, karena tidak ada orang yang menurunkan muatan untuk yang punya barang, maka aku diajak oleh seorang kuli sopir truk untuk membantunya dengan ajakan bahasa tangan, karena aku tidak tahu bahasa mereka. Perjalanan cukup jauh, sehingga membuat aku khawatir. Kurang lebih setengah jam baru sampai di tujuan, yakni sebuah kota pasar kecil yang cukup ramai. Kami membongkar muatan, sudah selesai aku beristirahat. Entah karena kelelahan dan merasa capek, aku ketiduran tiba-tiba hari sudah gelap. Kulihat mobil dan seorang kuli angkutan tadi sudah tidak ada lagi. Aku semakin kebingungan, aku menanyakan kepada mereka, mereka juga tidak tahu. Aku berjalan kesana kemari tidak ada yang dapat memberikan penjelasan karena aku juga bingung bahasa mereka, bahasa Inggrisku kurang pasiv sehingga membuat mereka tambah tidak mengerti.



Aku tidak tahu lagi kemana, hari semakin larut dan akhirnya aku berhenti disebuah toko yang sudah tutup, disitu aku beristirahat dan tidak tahu hari sudah pagi. Aku seperti gelandangan tidak tahu arah dan tujuan, perut semakin lapar uang tidak punya, uangku ada tertinggal di kapal. Akhirnya aku berusaha bagaimana mengisi perutku dengan cara bekerja apa saja, asalkan bisa makan. Akhirnya aku menemukan pekerjaan yakni mengangkut barang dari toko ke mobil. Dan hasilnya aku dapat uang, ntah uang apa yang penting dapat gaji harian. Selanjutnya aku mencari makanan, makanan disini serba aneh tidak ada nasi ataupun sejenisnya yang ada adalah berbentuk dari roti dan gandum. Aku yang tidak tahu berapa harganya akhirnya membeli makan tersebut. Beberapa biji aku beli mungkin ada 10 biji buat makan siang. Aku berikan semua uang tersebut kepada pemilik toko roti, tetapi ada beberapa lembar di kembalikan oleh pemilik toko. Aku tanya dalam bahasa Inggris, akhirnya aku tahu dari mereka bahwa roti-roti tersebut agak murah. Aku berterima kasih dan bertanya kepada mereka dimana arah kepelabuhan kapal. Dari mereka aku tahu bahwa arahnya cukup jauh, bisa satu jam perjalanan.

Mereka bertanya mau kemana ? .....

Aku jelaskanlah perihal sebenarnya, sehingga aku tersesat kesini dan ditinggal oleh mobil truk angkutan barang yang mana aku ketiduran. Dari mereka juga aku tahu bahwa kapal asing yang berlabu di pelabuhan tersebut biasanya tidak lama-lama karena sudah ada aturan bahwa apabila barang sudah dibongkar dan kapal langsung berlayar kembali. Aku dapat memastikan bahwa pasti sudah ditinggal oleh kapten kapalku. Selanjutnya aku mencari tempat yang tidak ramai, agar aku dapat makan roti-roti yang aku beli. Aku menemukan tempat sebuah bangunan yang tidak lagi dipakai oleh orang, aku duduk disitu dan aku membuka bungkus roti dan air minum dan langsung memakannya. Roti-roti tersebut aku makan hingga mencapai 5 biji yang cukup besar, lagi asyik-asyik aku makan melintas orang didepanku sambil menatapku dan melihat kearah roti yang aku makan



Kupandangi mereka, ternyata mereka dua orang perempuan yang semuanya memakai kerudung dan berbaju terusan kebawa. Dari wajahnya aku dapat menaksir kalau yang dewasa berkisar kurang lebih 37 tahun sedangkan yang masih mudah berkisar 15 tahun.

Aku tahu keduanya pasti sedang lapar, karena kasihan melihatnya dan akhirnya aku memanggilnya ke arahku, mereka mendekat dan aku tanya dalam bahasa Inggris, mereka tidak bisa menjawab tetapi malah menjawab bahasa yang tidak aku ngerti, tetapi dari bahasanya aku bisa menduka, mereka ini dari daerah Timur Tengah atau daerah Arab. Lalu aku menawarkan roti-roti tersebut kepada mereka, mereka menyambutnya dan langsung dimakan dengan lahapnya. Aku berikan air mineral kepada mereka supaya tidak kesedak. Aku terharu melihat cara mereka makan, begitu lahap dan semangat sekali. Setelah habis 5 roti tersebut, secara bersamaan mereka mengucapkan terima kasih seperti menunduk, aku tersenyum lau menunduk juga. Aku berbicara dalam bahasa isyarat, tetapi cukup sulit juga kami saling mengerti. Tetapi aku bisa mengangkap dari bicaranya dan kesedihannya, bahwa mereka juga tersesat atau mungkin ketinggalan kapal atau apa, dari matanya dapat kulihat mereka menangis terseduh-seduh. Mungkin mereka sudah lebih lama dari aku, sehingga sangat lapar sekali dan juga bingung mau bagaimana. Dalam bahasa isyarat kami sedikit sedikit mulai mengerti, aku bilang nasip kita sama kesasar kenegeri ini ditinggal kapal. Aku perkenalkan bahwa aku bernama Saleh dari Indonesia, mereka menerangkan bahwa yang dewasa bernama Mashito dan yang mudah bernama Maisharo yang menjelaskan juga mereka dari Kuwait. Akhirnya aku memberikan bahasa isyarat, baiknya kita bersama saja karena sama-sama dari asia.Mereka mengangguk ternyata setuju, aku melihat di sekitar sini lumayan agak sepi dari keramaian dan terlihat banyak bekas tumpukan kardus bekas, sepertinya disini tempat pembuangan sampah kardus, koran. Aku melihat bangunan tua ini ada beberapa lantai, lalu aku naik keatas melihat keadaan, ternyata diatas agak bersih tidak ada tumpukan sampah dan koran. Lalu aku turun kembali dan mengambil beberapa tumpukan kardus dan koran lalu kubawa keatas. Disitu aku buat seperti kotak yang menjadi bilik kamar. Kulihat mereka berdua saling pandang, aku tersenyum sambil memberikan kode isyarat bahwa ini untuk tempat tidur kita bersama.Lalu aku menyuruh mereka istirahat, mereka mengangguk. Aku berkata kepada mereka bahwa aku akan kebawa mencari sesuatu, mereka seperti ketakutan. Lalu aku menenangkan kepada mereka bahwa aku tidak kemana-mana , aku hanya mencari makan dan minum untuk kita bersama. Mereka mengerti lalu mengangguk, aku pergi mencari roti seperti yang aku beli tadi, mereka tahu kalau aku yang beli tadi lalu mereka melayani aku, sambil bertanya kepada mereka kalau-kalau ada pekerjaan yang bisa membantu untuk kekedar mengisi perut, mungkin mereka kasihan kepadaku aku disuruhnya kembali besok pagi.



Selanjutnya ku kembali ke bangunan tua dimana disitu telah menunggu dura orang wanita yang baru aku kenal yakni Mashito dan Maisharo. Cukup lama aku dari membeli makanan, tampak dari wajahnya mereka terasa cemas dan ketakutan, belum lagi ketika melihat langkah kakiku dan ketika melihatku mereka merasa lega. Hari mulai kelihatan gelap, namun dimana tempat kami bermalam sedikit agak terang karena sinar lampu reklame dari seberang jalan memancar sehingga tidak terlalu gelap. Mereka kusuruh tidur dan istirahat, dengan beralasan mereka berdua berbaring lalu aku ambil koran bekas kututupi tubuh mereka supaya tidak kedinginan. Mereka bedua menatapku, aku tersenyum kepada mereka. Aku iba kepada wanita dari Timur Tengah ini, kupandangi wajah mereka satu persatu seperti dak ada perbedaan apakah keduanya ini adik dan kakak atau ibu dan anak. Paras mereka walau sedikit kumal terlihat cantik-cantik. Alis hitam tebal, bulu mata lentik, mata hitam dan bulat, hidung mancung-mancung serta bibir tipis. Tidak terasa akupun tertidur pulas dan tidak tahunya sudah kesiangan, kulihat mereka masih tertidur nyenyak sekali, aku bangkit melihat lihat keadaan ruangan. Aku melihat dari tempat kami tidur, terdapat ruangan yang seperti tidak terpakai, lalu aku ke sana dan ternyata bekas kamar mandi tetapi tidak ada baknya. Terlihat disana ada kran air, aku putar putar dan keluar air dan tampaknya air sangat jernih sekali ..... sepertinya ada shower yang tergantung lekat di pipa airnya. Karena badanku terasa lengket akhirnya aku memutuskan mandi, terpaksa aku membuka semua pakaianku seluruhnya dengan kata lain telanjang. Aku tidak peduli mau dilihat oleh kedua wanita dari Kuwait itu atau tidak, yang penting badan terasa lega dan seger. Walau tidak pakai sabun tidak jadi apa, kulihat kebawa penisku masih gagah kendati usiaku sudah mencapai 70 tahun.Selesai mandi aku berpakaian lagi dan mendekati kedua wanita itu. Lalu aku membangunan mereka berdua, mereka berdua bangun lalu mulai tersenyum kepadaku. Aku suruh mereka berdua mandi, mereka berdua bertanya mandi dimana, lalu aku katakan disana. Mereka ke sana dan masuk kedalam kamar mandi tersebut, memang kamar mandi itu tidak ada pintunya lagi. Sehingga kalau mandi bisa terlihat jelas dari tempat kami tidur.



Mereka berdua tampak ragu ragu, maklum pintu tidak ada dan pakaian mereka juga sama seperti aku, hanya melekat ditubuh. Aku seperti tidak melihat kebingungan mereka berdua, kulirik mereka mulai membuka kerudungnya, lalu baju jubahnya ......Dan saat itu aku dapat melihat keduanya tinggal mengenakan BH dan celana dalam masing-masing berwarna putih. Terangnya sinar matahari yang masuk ke dalam kamar mandi tersebut, terlihat jelas namun dari arahku duduk aga gelap karena sedikit tertubuh tembok diding.

Tubuh mereka berdua sangat putih bersih, mereka berdua masih takut melepaskan BH dan celana dalamnya, maka keduanya hanya mengguyur tubuh mereka dengan air keran tanpa melepas pakaian dalamnya, sehingga pakaian dalam Mashito dan Maisharo menjadi basah. Dengan tubuh putih dan bersih, rambut ikal sebahu dengan bentuh tubuh tinggi ramping dihiasi dengan buah dada yang sama kencangnya, ditambah pinggul bulat kencang, yang mau tidak mau darah kelakianku menjadi menggelegak. Aku tidak lepas dari pemandangan ini. Sungguh luar biasa, dua wanita sama-sama cantiknya, kulihat mereka berdua tampak selesai mandi, dan kini baru mereka melepaskan BH dan celana dalamnya, dadaku semakin berdebar .....Tampak olehku buah dada perempuan Kuwait ini begitu menantang, putih bersih kendati tidak begitu jelas dari tempatku duduk. Belum lagi tumpukan daging diselah kedua belah paha putih mulusnya, tampak ditutupi oleh rimbunnya ilalang berwana hitam legam hingga mendekati pusar mereka masing-masing.

Penisku semakin tegang dan keras saja melihat keindahan tubuh perempuan Kuwait itu. Sepertinya mereka bedua menjemur pakaian dalam mereka di kamar mandi itu, lalu keduanya mencuci kerudung dan dijemurnya didekat BH dan celana dalamnya. Selanjutnya Mashito dan Maisharo datang mendekatku, lalu aku menyuruh Mashito duduk di sebelah kiriku dan Maisharo di sebelah kananku. Mereka menurut, lalu aku membuka bungkusan plastik yang tampak masih hangat roti-roti yang aku beli. Berbagai rasa dan bentuk aku beli, tidak lupa air minum kemasan mineral. Lalu aku berikan kepada Mashito yang lebih tua dan Maisharo yang lebih mudah, mereka menyambutnya dengan wajah tersenyum bahagia. Mereka berdua memakannya, tidak seperti sebelumnya, sekarang mereka makan dengan pelan seperti menikmati makan tersebut.



Lalu dengan penuh perhatian kepada mereka berdua aku berikan lagi makan roti yang lebih enak, tampak mereka berdua saling tatap. Tanganku bergerak lalu keduanya aku rangkul, keduanya tampak terkejut, lalu aku mendaratkan ciuman kerambut mereka masing-masing yang tampak masih basa oleh air sehabis mandi tadi. Lalu aku elus rambut keduanya, tampak mata Mashito berkaca dan perlahan airmatanya mengalir di pipi mulusnya. Melihat Mashito menangis, Maisharopun sama, melihat keduanya menangis aku menjadi iba lalu kupeluk keduanya sambil kucium rambut dan kening mereka sebagai ungkapan perhatianku kepada mereka berdua. Lalu aku berkata kepada keduanya dengan bahasa isyarat, bahwa aku akan menjaga keduanya dari segala apapun, dan melindungi mereka sebagai keluarga. Kemudian mereka menatapku, lalu Mashito memberikan roti yang masih ada, sedangkan Maisharo memberikan air mineral kepadaku. Aku menyambutnya dengan senyuman,setelah makan aku bangkit beranjak ingin menemui pemilik toko roti. Tampak Mashito dan Maisharo memegang tanganku, lalu aku merangkulnya kembali, sehingga keduanya jatuh dipelukanku, lalu kupeluk dengan mesra keduanya. Kubelai rambutnya, punggungnya....Lalu aku berkata, aku akan cari kerjaan kalian tunggu aku disini saja dan jangan kemana-mana, tunggu aku kembali. Aku cari kerja untuk kita, siapa tahu ada kerjaan. Mereka menatapku sambil menangis, lalu aku menenangkan keduanya dan aku berjanji tidak akan meninggalnya, keduanya semakin erat memelukku. Aku cium kening dan pipi mereka, tak sengaja tanganku turun kebawa memegang kedua pinggul kencang mereka, mereka seolah takut kehilangan diriku, maklum mungkin selama ini belum ada orang asing yang begitu baik seperti diriku, tak terasa aku meremas kedua pinggul kencang mereka. Terasa kedua gunung kembar mereka terasa di dadaku, menempel begitu kuat dan kenyal sekali. Kuciumi kedua pipi mereka , lalu melepaskan pelukan mereka sedikit kuseka air mata keduanya lalu aku pergi kebawa untuk menemui pemilik toko roti tersebut. Tidak disangka ternyata aku dapat pekerjaan, yakni menjadi buruh angkut barang dan langsung bekerja hari itu seharian. Upah yang aku terima tidak jelas, namun pada hari itu aku mendapat uang yang banyak, karena kerja sistem harian. Dari mereka aku tahu bahwa, sekarang ini aku berada di sebuah negara yang dikenal dengan adu banteng dengan manusia yakni Spanyol.

Kebetulan pemilik toko roti itu begitu baik, sehingga aku di ajari cara menghitung uang negara mereka, lalu mereka menanyakan tempat tinggalku.



Sementara ini aku hanya tinggal bangunan tua yang tidak terpakai lagi, mereka mengangguk, kadang aku juga membantu apabila mereka banyak barang yang perlu diangkut. Kadang mereka memberikan aku uang, tetapi aku menolak alasannya karena mereka sudah mencarikanku perkejaan. Mereka bertambah baik, sehingga kalau aku membeli roti pasti dilebihkannya dua atau tiga potong, hingga menjelang sore aku selesai bekerja. Tetapi sebelumnya aku menanyakan dimana tempat membeli sabun mandi, sikat gigi dan odol. Lalu karena sudah sore mereka juga akan tutup toko, mereka membantu menemaniku ke toko serba ada. Disana aku tanya ini harga odol, sikat gigi, sabun dan handuk, ternyata uang yang aku terima masih lebih. Setelah berterima kasih dan berpisah dijalan, aku kembali kebangunan tua tersebut yang sudah mulai gelap. Sesampai disana kulihat Mashito dan Maisharo, cemas dan kwatir, tetapi setelah melihatku, wajah mereka gembira sambil menyambut dan memelukku. Aku semakin bahagia terasa lupa akan segala pristiwa yang terjadi, kupeluk kedua nya dengan penuh kebahagiaan, satu persatu baik Mashito maupun Maisharo. Peluk dan ciuman bahkan elusan mesra penuh kehangatan aku berikan kepada mereka, yang menjadi sasaranku kedua pinggul montok mereka menjadi remasanku. Keduanya juga seakan lupa, status peradaban dan sopan satun terhadap lawan jenis bagi negara mereka, yang ada hanya tumpuan dan harapan hidup. Aku ceritakan semua kepada mereka berdua, tentang pekerjaanku hari ini lalu aku dibantu oleh pemilik toko roti cara menghitung uang negara mereka dan belanja di swalayan. Mereka senang mendengar ceritaku, lalu aku berkata apa sudah mandi, mereka menjawab belum. Lalu aku menyuruh mereka mandi sambil memberikan peralatan mandi yang barusan ku beli. Mereka berdua senang dan mandi berdua, lalu kuperhatikan keduanya membuka busana baju kurungnya, tanpak sekali lagi pemandangan yang membuatku menjadi sesak napas, yakni keduanya sekarang mandi telanjang, keduanya menyabuni tubuh mereka masing-masing mulai dari rambut sampai kebawa., sampai akhirnya keduanya selesai.



Setelah mereka sedang memakai BH dan celana dalam, aku ke kamar mandi untuk mandi seolah aku tidak menyadari kalau mereka belum selesai. Sesampai di situ aku memanggil nama mereka berdua dan tiba...tiba mereka berdua menjerit dan terkejut akalu aku sedang berada di ambang kamar mandi .... lalu menutupi kedua buah dada dan daerah kemaluannya. Aku seolah sadar dan minta maaf kepada mereka kalau mereka belum selesai, lalu aku berbalik dan mereka cepat cepat memakai pakaian mereka. Lalu mereka menyerahkan sabun dan handuk serta yang lainnya, kemudian aku mandi dengan telanjang, memang aku sengaja mereka mau lihat atau tidak yang penting aku senang saja. Kulirik mereka, sepertinya melirik ke arahku, aku pura pura tidak tahu malah kuarahkan penisku yang tegak ke arah mereka. Selesai mandi aku duduk di antara keduanya, rambut mereka sedang basah membuat tampang mereka semakin menggairahkan. Aku mulai membuka bungkusan lalu sama-sama makan roti bersama, kami saling tersenyum. Kami makan kue dan roti bersama-sama, Mashito dan Maisharo begitu senang sekali, kebahagian terpancar dari raut wajah mereka yang sangat cantik cantik. Setelah selesai makan, kami duduk bersama keduanya bersandar di bahu kanan kiri, aku memeluk mereka berdua, kehangatan dan kebahagian menyatu pada diri kami. Sesekali aku mencium rambut mereka berdua bahkan kening dan pipi keduanya, kulihat keduanya agak malu, sebab aku dapat merasakan kalau bangsa Timur Tengah di negara Kuwait sangat menjunjung arti nilai kehormatan dan peradaban antara wanita dan pria, apalagi lelaki tersebut bukan saudara atau bapak atau suaminya. Tetapi dalam kondisi seperti sekarang adalah, kulihat dari mata mereka yang jernih mengharapkan suatu perhatian dan harapan untuk hidup. Entah kenapa saking sayangnya kepada kedua wanita cantik ini, aku merasakan kehangatan yang belum pernah aku rasakan. Kupeluk keduanya dengan mesra, hingga tanganku melingkar di pinggang ramping mereka berdua, keduanyapun semakin membenamkan kepalanya di dadaku, sambil kedua matanya dipejamkan.



Silih berganti aku mencium kedua wanita yang cantik ini, keharuman sabun mandi yang barusan di pakai ditubuhnya membuat aku menjadi semakin sayang saja. Hari semakin larut aku mengajaknya tidur, keduanya menurut lalu kubimbing keduanya sambil tetap berpelukan di tubuhku. Sekarang kami tidur semakin dekat, aku dipeluk kedua perempuan cantik dari Kuwait ini. Tubuh kami bertiga saling rapat di tubuhku. Keduanya kupeluk sambil mengelus punggung dan bergerak ke pinggang ramping dan berhenti di kedua pinggul montoknya. Disini tanganku mengelus pantat keduanya, kulihat keduanya malah diam dan semakin merapatkan badannya, sehingga gundukan kedua gunung kembar semakin terasa di dadaku. Aku sedikit meremas kedua pantatnya dengan lembut dan mesra, ada sedikit gerakan dari tubuh Mashito dan Maisharo ketika elusan lembutku di pantatnya sehingga pahanya bergerak gerak membuka. Akhirnya kami tertidur pulas hingga pagi dan tak terasa aku mendengar suara air gemericik, saat aku bangun kulihat keduanya sedang mandi di kamar mandi dalam kondisi telanjang bulat. Aku perhatikan kedua sedang mandi, hal ini membuat anak kecilku menjadi bangun. Sejauh ini aku belum berani menyentuh lebih jauh kedua tubuh perempuan Kuwait ini, maklum aku masih pingin memberikan tumpahan kasih sayang kepadanya, mungkin suatu saat nantinya.Setelah selesai mandi keduanya berpakaian seperti layaknya wanita Arab setelah itu keduanya duduk di dekatku, kemudian keduanya menyuruhku mandi. Aku kekamar mandi dan dengan berlagak tidak peduli aku mandi telanjang di kamar mandi, bukan aku tidak tahu kalau mereka tidak melirik ke arahku, mereka memalingkan muka ketika melihat kearahku dengan wajah memerah. Ketika selesai mandi aku duduk dekat keduanya, tetapi keduanya masih menunduk dengan wajah sedikit memerah, sambil tersenyum malu.

Aku pura pura bertanya ada apa ? .....Mashito ? ....

Dia menggeleng menjawab tidak ? ....

Aku berpaling ke Maisharo sambil kurangkul bahunya dan ku cium rambut lalu berkata ayo ada apa Maisharo ? ....

Dia juga menggeleng sambil menjawab tidak ! .....

Aku tidak mempermasalahkannya lalu kami sarapan pagi ....



Selesai makan aku berkata kepada mereka bahwa hari ini aku perjalan jauh yang mungkin satu dua hari sehingga aku dua hari tidak pulang. Mendengar itu kontan kedua menjadi sedih dan menatapku dengan tatapan yang luar biasa ketakutan dan kecemasannya. Aku memahami kekawatiran keduanya, lalu aku katakan bahwa ini adalah kulakukan tidak lain untuk kalian dan untuk kita bersama. Aku jelaskan bahwa pemilik toko roti beritikat baik bahwa dia akan membawa muatan barangnya yang akan di kirim keluar kota, dan tidak bisa aku tolak karena dari mereka juga kita dapat bertahan hidup. Kulihat baik Mashito maupun Maisharo bercucuran air mata diwajah putih mulusnya, lalu kuseka keduanya dengan tanganku lalu kucium pipi putih mulus itu. Lalu aku katakan lagi, bahwa pemilik toko roti tersebut mempunyai sebuah ladang yang cukup luas di luar kota, menurut mereka dia minta tolong ke aku untuk menunggunya. Disana juga telah ada rumah yang tidak terlalu besar dan cukup satu keluarga kecil. Siapa tahu kita bisa tinggal disana, jelasku ... akhirnya mereka mengangguk dengan berat hati melepaskan kepergianku. Maklumlah keduanya hanya berharap kepadaku untuk tumpuan hidup. Aku berdiri lalu aku memandang Mashito, dia memandangku lalu aku mendekatinya dan ku elus pipi mulusnya lalu kucium pipi itu dan kuberanikan diri mencium bibirnya, Mashito hanya diam, namun bibir terbuka, aku cium bibir merah merekah itu dengan lembut lalu kulumat dengan penuh kehangatan, kulihat dia hanya pasrah tidak ada respon. Sambil kucium tanganku bergerak turun sambil meremas kedua pantat yang montok itu, lalu aku katakan kepadanya, aku menyayangi kamu dan mencintai kamu dan jangan takut. Kemudian pelukan dan ciuman ku lepaskan, lalu aku bebalik ke arah Maisharo dan kuraih pinggang ramping itu, seperti halnya dengan Mashito, Maisharopun aku cium pipi dan bibirnya, Maisharo membalas ciuman bibirku dengan lembut tanganku juga bergerak ke pinggulnya dan kutarik pinggul itu sambil kuremas lembut, sambil berkata aku juga mencintai dan menyayangi kamu. Setelah itu aku memeluk keduanya lalu berkata, jangan takut aku akan kembali untuk kalian berdua, aku sayang kepada kalian dan aku mencintai kalian, aku tidak akan meninggalkan kalian. Lalu sambil berbarengan keduanya mendaratkan ciuman lembut di kedua pipiku, sambil mengangguk tanda rela menyuruhku bekerja.



Aku pergi bersama pemilik toko roti tersebut, hingga waktu dua hari dan juga dia pemilik toko roti bernama Helena yang berusia 35 tahun. Dia juga menunjukan tempat yakni ladang miliknya, lalu kebun dan rumah mungil diantara rimbunan pohon dan kebun bunga dan dibelakangnya ada sumur, setelah itu kami kembali, sebelum kembali aku sedikit belanja. Sebab Helena lagi menemui langganannya. Aku belanja baju, tetapi tidak ada baju seperti orang Timur Tengah, tetapi ada pakaian terusan lengan pendek berkancing didada sampai kepusar dan panjangnya sampai ke lutut, lalu aku beli dua buah. Kemudian aku melihat pakaian dalam wanita, kulihat bahanya dari katun halus tidak terlalu transfaran tetapi tipis, aku beli BH dan celana dalam warna putih masing-masing dua buah dan yang satunya lagi agak berwana pink Cuma tidak menyolok, jadi masih ada putihnya. Lalu aku beli selimut tidak terlalu tebal tetapi lebar, khusus kedua pakaian tersebut aku bungkus dengan rapi warna pink dan putih. Tidak lupa juga aku beli makan dan minuman serta kue kecil, selanjutnya Helana sudah menunggu di mobil dan kamipun pulang. Jalan cukup jauh, tetapi kami terus melanjutan perjalanan sehingga disuatu tempat yang agak sunyi kami berhenti sepertinya Helena kecapean, butuh istirahat. Suasana malam sangat terang karena lagi terang bulan, Helena mengantuk dan tertidur dan kuperhatikan Ibu Muda ini cukup cantik juga tubuh tinggi semampai kulit putih rambut pirang kehitaman, dia memakai baju terusan dengan agak ketat sehingga menampakan tonjolan buah dadanya yang cukup menantang dan mengintip dari balik kancing bajunya yang longgar masih dibalut oleh BH berwarna krem, aku tidak bisa tidur hingga paginya dan baru tersadar ketika mobil mulai berjalan ,baru sampai satu jam kemudian. Setelah berpamitan sama Helena, aku pulang. Tetapi terlebih dahulu aku belanja lagi ketoko furniture yang tidak jauh dari tempatku berada. Aku beli kasur busa lipat tipis ukuran nomor satu dua buah bantal tidur, dan juga belanja makanan dan minuman serta buah buahan. Kubawa semua barang-barang yang aku beli, secara diam-diam sehingga tidak menimbulkan suara, karena aku pingin memberikan kejutan.



Setelah dekat susunan kardus aku muncul, mereka serentak berteriak terkejut, namun ketika melihat siapa yang datang mereka berdua langsung berhamburan dan memeluk diriku. Aku yang juga sangat rindu kepada mereka berdua, langsung merangkul keduanya dengan ciuman kasih sayangku. Tak ubahnya seperti seorang suami dan istriku aku memeluk dan mencium Mashito dan Maisharo bergantian. Lalu aku mengajaknya duduk di tumpukan kardus yang menjadi bilik kamar tidur kami bertiga. Aku tidak sanggup melihat kecantikan dan bibir mungil yang penuh gairah mereka berdua langsung kucium bibir Maisharo dengan lembut, dan dibalas oleh Maisharo dengan hangatnya. Lumatan bibirku penuh kelembutan hingga Maisharo sedikit tersipu malu, ketika menatapku. Lalu aku beralih ke Mashito, kulihat bibir Mashito sedikit terbuka sambil menatapku. Aku lalu mendaratkan ciuman kebibir indah tersebut, kini Mashito menyambut kecupan bibirku dengan penuh kelembutan dan perasaan.Setelah keduanya mendapatkan ciuman sayang dariku, maka aku mengelus elus punggung kedua perempuan Kuwait itu. Sebentar sayang jawabku kepada mereka berdua ....Aku berdiri dan mengambil barang, barang yang kubeli ...... bukan main bahagianya hati mereka seperti tidak percaya. Dilihatnya ada kasur tipis lipat dari busa, ada bantal tidur dua buah, ada beberapa kardus yang aku bawa.

Aku bentangkan dulu kasur lipat diatas tumpukan kardus, lalu bantal aku taruh di belakang tembok dinding. Lalu aku membuka kardus pertama, yang berisikan kue kecil kiring dan basa, kue didalam kaleng, minuman coca cola dan beberapa liter air mineral ukuran 2,5 liter. Lalu ada buah buahan, seperti apel, jeruk dan anggur dibungkus dengan plastik, cangkir dan pisau untuk keperluan laiinya serta ada piring dan mangkok plastik.

Ada juga sandal jepit kalau akan mandi dan selimut untuk tidur. Mereka berdua sibuk menyusun barang yang aku beli di sudut dengan bilik tidur kami, selanjutnya aku membuka kardus kedua yang berisikan bungkusan berwarna pink dan putih. Pertama yang putih aku berikan kepada Mashito, Mashito menyambutnya dengan senyum lalu berikan ciuman kepadaku. Yang berwarna pink aku berikan kepada Maisharo, begitu juga Maisharo berterima kasih lalu memberikan kecupan di pipiku.



Aku bersandar di diding tembok dengan beralasan bantal yang barusan aku beli, lalu kulihat mereka berdua membuka bungkusan masing-masing, lalu ketika dibuka mereka terkejut melihat isi bungkusan. Lalu keduanya tersenyum dengan gembira melihat dua buah pakaian yang mereka terima masing masing, pertama sejenis pakaian untuk dibawa jalan-jalan atau dirumah saja dan yang kedua berupa daster untuk tidur. Lalu kemudian mereka terpana melihat bungkusan kecil yang berada dibawanya, lalu mengangkatnya dan keduanya memandangku, aku ternyum lalu berkata. Itu aku belikan untuk kalian, walaupun aku tidak tahu ukurannya namun aku bisa mengira berapa ukurannya, bukankah kalian berdua membutuhkannya karena yang kalian pakai selama ini sudah jarang diganti, mudah mudahan pas dan cocok untuk kalian berdua. Keduanya berkaca-kaca lalu memelukku dengan mesra sekali. Aku berbisik, itu aku lakukan karena rasa sayang dan cintaku kepada kalian berdua. Kendati umurku sudah lanjutnya apakah kalian masih suka kepadaku dan tidak merasa risih. Lalu Mashiro berkata, kami berdua tidak merasa risih, sebab yang kami inginkan adalah orang yang betul sangat memperhatikan kami dan sayang kepada kami. Karena itulah Bapak manjadi pelindung kami, selama ini kami selalu ketakutan dan tidak ada tempat untuk berlindung, atau untuk bertanya. Jadi dengan kami bertemu dengan Bapak saat lalu, adalah suatu berkah bagi kami bahwa dengan ketemunya dengan Bapak yang merupakan tempuhan hidup kami. Jadi seperti apa Bapak dan ntah itu bapak sudah berusia lanjut ataupun masih mudah, kami tetap menggantungkan hidup kami dengan Bapak, entah kapan. Harapan untuk berkumpul dengan keluarga kami di Kuwait sepertinya sangat jauh sekali. Bapak mau tanya, selama ini Bapak tidak tahu, kalian berdua ini mirip satu sama lain tetapi dari wajahnya sedikit bapak bisa menebak mana yang lebih tua dan muda. Saya Mashito adalah Ibu dari Maisharo usiaku 38 tahun dan Maisharo berusia 15 tahun. Oh pantes Bapak sudah yakin kalian pasti ada hubungan darah, ya bagi Bapak sudah jelas kita mungkin untuk pulang ke asal kita sangat sulit, cuma bukan tidak bisa sama sekali tetapi butuh waktu yang lama.



Nah bukan baju yang kamu pakai saat ini sudah lama dan tidak pernah dicuci , sebaiknya ganti dengan baju daster ini, dan baju itu kamu cuci dulu biar bersih.Mereka berdua ke kamar mandi dan mencuci baju yang mereka pakai dan tidak lupa mencuci pakaian dalam mereka, setelah itu baru mereka memakai pakai baru mereka tidak lupa dengan BH dan celana dalamnya. Setelah itu mereka menjemur di dekat kamar mandi tersebut, lalu kedua kembali ke dekatku. Dari dekat baru bisa memperhatikan mereka ketika mereka sedang memakai daster yang barusan kubelikan berikut pakaian dalamnya, nampak sekali kemulusan kulit keduanya disertai lekuk indah tubuh keduanya. Kami makan bersama-sama lalu sambil duduk di kasur yang baru ku beli, memang tampak empuk bila dibandingkan dengan kardus-kardus sebelumnya. Keceriaan tampak dikeduanya, belum lagi keduanya duduk diatas pahaku kiri dan kanan sambil menyandarkan kepalanya ke atas bahuku.

Aku berkata, Mashito dan Maisharo .....

Ya kenapa Pak ? .....

Kini kita hidup dalam kondisi gelandangan di negeri orang, pahit dan manis kita lalui bersama .....

Susah senang kita selalu bersama ,. .....

Jadi Bapak akan selalu bersama kalian, tidak akan pernah akan meninggalkan kalian berdua, ..... karena kalian berdualah menjadi semangat bapak dalam bekerja dan menemani bapak ketika pulang dari kerja.

Jadi bapak minta kalian berdua jangan saling iri atau merasa dilainkan,

tidak Pak jawab Mashito, .. kami berdua tidak akan saling iri tau cemburu dengan membedakan satu sama lain, kami akan menerima apa adanya.

Aku tersenyum, lalu aku berkata apakah BH dan celana dalam yang Bapak belikan untuk kalian enak dipakai, ... ? ....

Keduanya tersenyum malu, ..... lalu tertawa manja sambil menciumku ....

Mereka berkata, sedikit agak kebesar untuk celana dalamnya, tetapi BH nya sudah pas, tapi enak dipakai , lembut dan halus pak, jawan Maisharo ....

Beli dimana pak jawab Maisharo, di Kota Dalaz .... bapak juga tidak tahu dimana itu,

Bapak bisa sampai keperhatian sampai kepakaian dalam kami berdua sahut Mashito, ya bapak tahu kalian berdua membutuhkannya.



Dan rasanya itu perlu, sebab untuk menjaga kesehatan .....

Mashito, ada apa pak ? ..... kamu sayang kepada Bapak tidak ? ..... Mashito mengangguk .

Dan kamu Maisharo ? ..... Aku dan Umi sangat sayang pada bapak ......

Lalu aku mencium bibir mungilnya lalu melumatnya dengan lembut dan mesra, dibalas dengan Maisharo dengan mesra, mashito hanya melihat perlakuanku terhadap anaknya dengan hati yang bahagia sambil tersenyum, sambil menyandarkan kepalanya kepadaku. Lalu aku, mengecup leher jenjang putih hingga tampak bekas warna merah, Maisharo menjerit, auwwwww .... pakkkkkk ..... iiiiihhhh nakal. Sambil cemberut Maisharo mencubitku, ibunya tertawa melihat tanda merah dileher anaknya, ku akhiri dengan mencium gundukan gunung kembar milih Maisharo, Maisharo kembali terpekik kecil auww ..... ihh Bapak ...

Kududukan Maisharo dikasur sebelahku, .....

Lalu aku berbalik ke Ibunya Mashito ........ lalu kupeluk dia sambil kucium dan kulumat bibir merahnya, ........

Lumatanku dibalasnya dengan mesra dan lembut sambil kedua tangannya menggantung dileherku, ...... lalu kuakhiri dengan mengecup lehernya agak lama dan tangan mashito mencubit pinggangku, ..... meronta ...

Aaaaaahhhh ..... pak ..... geeeeelllliiii oooohhh ...

Aku tertawa di ikuti oleh Maisharo yang melihat uminya punya tanda merah juga di lehernya. Tak terasa senda gurau kami bertiga, saling cubit gelitik, saling peluk dan cium sehingga tidak ada rasa duka di dalam diri kami kendati kami terdampar di negeri orang, tanpa terasa juga hari merangkak naik hingga siang hari, kedua wanita Kuwait ini. Mashito dan Maisharo tertidur nyenyak, dengan daster yang mereka pakai ada yang naik terutama Mashito. Akupun tidak dapat menahan kantuk, karen baru saja datang dari kerja dan tertidur pulas. Terus .......... ???????

Dan untuk cerita selanjutnya tunggu sutrada lagi meeting tidak bisa diganggu " ....


By: Kelana Jam



© Karya Kelana Jam