Tahun demi tahun berlalu dengan cepat. Anak Hadi kini sudah berjumlah tiga orang. Satu laki-laki, duduk di bangku SMP, dan dua perempuan, masih di bangku SD. Hadi sangat mencintai istrinya tapi kecantikan istrinya mulai pudar digerogoti usia. Wajahnya yang cantik mulai dipenuhi kerutan dan lemak mulai menduduki setiap wilayah seksi yang dulu pernah dikagumi Hadi. Sifat menjengkelkan dari seorang wanita mulai ditunjukkan istrinya. Tiap kali Hadi ingin melampiaskan nafsunya, istrinya selalu menolaknya.

Kalau pun diizinkan, istrinya tak lagi bergairah seperti saat malam pertama mereka. Perlahan, Hadi mulai merasa telantar. Sebagai seorang pria, dia punya kebutuhan yang tak dapat ditunda. Percekcokan demi percekcokan pun timbul. Bahtera rumah tangga yang dulu damai kini berubah menjadi medan perang. Padahal pangkal masalahnya sederhana sekali: seks. Saat itulah, Hadi mulai merindukan kehidupan gay yang dulu dia jalani dengan bebas.

Dengan alasan bahwa dia harus lembur, Hadi mulai bertualang dengan banyak pemuda gay. Pemuda-pemuda itu mengharapkan figur bapak-bapak sementara Hadi mendambakan tubuh laki-laki yang masih segar. Tak terhitung lagi berapa banyak pantat yang telah Hadi rasakan. Tanpa terkendali, Hadi tenggelam dalam gejolak nafsu homoseksual yang sangat dia rindukan. Tanpa merasa berdosa, Hadi menyodomi setiap pemuda yang mau bertekuk lutut di hadapannya. Terkadang kenangan bersama Andi timbul kembali saat Hadi menikmati kehangatan lubang pelepasan dari pemuda-pemuda yang sedang disetubuhinya, namun Hadi tidak ingin memikirkannya. Maka mulailah Hadi menjalani kehidupan ganda, sebagai pria berkeluarga dan juga sebagai pria homoseksual.

Namun, suatu ketika, tiba-tiba seorang pria tua bertamu ke rumahnya. Ketika Hadi menemuinya, dia terkejut sekali. Pria tua itu adalah ayah Andi. Dua puluh tahun telah lewat. Ayah Andi nampak jauh lebih tua dari ingatan Hadi.

"Om, apa kabar? Sudah lama tidak bertemu. Ada apa Om mencariku?" tanya Hadi dengan ramah.

Bagaimana pun juga, dulu dia sering bertamu ke rumah Andi. Dengan penuh hromat, Hadi mempersilahkannya untuk duduk, tapi pria tua itu memilih untuk berdiri saja. Wajah ayah Andi menyiratkan duka yang mendalam.

"Hadi, Andi sudah meninggal," isaknya.
"Apa?!" Petir serasa menyambar di siang hari bolong.

Sekujur tubuhnya melemas, hampir terjatuh. Entah kenapa, tiba-tiba hatinya terasa beku. Memang, selama bertahun-tahun, dia telah membunuh cintanya pada Andi. Namun, tak disangka, Hadi sangat terpukul sangat mengetahui bahwa Andi telah tiada. Semua terasa seperti mimpi buruk yang akan hilang jika saja dia dapat terbangun. Namun ini bukan mimpi. Ini nyata.

"Dia bunuh diri," lanjut ayah Andi, tetap menangis terisak-isak.
"Dia meninggalkan surat untukmu."

Setelah menyerahkan surat itu, pria tua itu pun pergi, tak ingin Hadi melihatnya menangis terus. Maka tinggallah Hadi seorang diri, terkejut dan shok. Surat itu tergenggam di tangannya tanpa ada niat untuk membukanya. Kebekuan menyelimuti hatinya. Seribu pertanyaan mengganggu pikirannya. Bagaimana mungkin Andi sanggup menghabisi dirinya sendiri. Hadi masih ingat sifat Andi saat dia pertama kali bertemu dengannya. Pemuda itu sangat baik, ramah meskipun agak penakut dan tidak mandiri. Rasanya tak mungkin Andi dapat berbuat hal senekad itu. Tapi Andi memang telah tiada. Yang tersisa hanyalah kenangan-kenangan manis akan dirinya.

*****

Hadi berhenti melamun dan kembali ke dunia nyata. Dia teringat akan surat yang ditinggalkan Andi untuknya sesaat sebelum dia meninggal. Surat yang dulu diantarkan oleh ayah Andi. Dengan tangan agak gemetaran, Hadi merogoh saku kemejanya dan mengeluarkan sepucuk surat yang nampak agak kumal dan terlipat dua.

Setelah menyobek amplop, Hadi mengeluarkan surat itu dan memaksakan dirinya untuk mulai membacanya.



Hadi yang terkasih,

Maafkan saya yang harus pergi mendadak seperti ini. Saya terpaksa melakukannya karena dunia ini bukan untukku. Saya mencari cinta tapi cinta tak ingin datang padaku. Saya tak mau hidup seperti ini terus. Hadi sayang, kamu tetap ada di hatiku meskipun 20 tahun telah berlalu. Kamu tahu betapa saya mencintaimu.

Cintaku ini kubawa ke liang kuburku. Sejak dulu, saya tak pernah memilikimu, tapi paling tidak saya masih mempunyai semua kenangan indah bersamamu. Jangan bersedih atas kematianku karena saya akan selalu berada di sampingmu, menjagamu dari kejauhan. Tuhan memang telah mengabulkan permintaanku. Kamu dikirimkan untukku dan saya dikirimkan untukmu walau kita tidak bisa bersatu. Saat kau merindukanku, pandanglah fotoku dan dengarkanlah lagu 'Send Me A Lover'.

Aku masih ingat. Itu lagu favoritmu sepanjang masa 'kan? Saya akan selalu berada di sisimu, Hadi sayang. Selamat tinggal, kekasihku. Kamu akan selalu menjadi kekasihku meskipun kamu sendiri menolakku. Semoga kelak kita berjumpa lagi, di atas sana.

Yang selalu mencintaimu selamanya,

Andi



"Andi.. Sayangku.."

Air mata Hadi mengalir turun, tak terbendung lagi. Isakannya pecah. Semua kenangan tentang Andi kembali memenuhi kepalanya, dari saat pertama kali mereka bercinta, saat Andi memintanya untuk menjadi kekasihnya, saat Andi bersedih melihat pernikahan Hadi, dan saat peti jenazah Andi diturunkan ke liang lahat. Betapa Hadi berharap dia dapat memutar waktu kembali.

Betapa dia berharap bahwa dia mempunyai keberanian dan kenekatan untuk menjadikan Andi pasangan hidupnya. Tapi semua telah terlambat. Yang pergi tak dapat kembali lagi. Dan yang telah terjadi tak dapat dihapus. Keriuhan pengunjung taman mulai berkurang, seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Sebagian besar dari mereka lebih memilih untuk pulang. Kegelapan mulai menyelimuti area taman itu. Angin malam yang dingin berhembus agak kencang, menusuk-nusuk tubuh Hadi. Sayup-sayup dari kejauhan, Hadi seolah-olah mendengar lagu Send Me A Lover sedang diputar..

I wasn't searching to end this hurting (Aku tidak sedang mencari cara untuk mengakhiri kepedihan ini)
But out of nowhere you made me feel (Tapi tiba-tiba kamu membuatku merasakannya)
I cried about it, I lied about it (Saya menangisinya, saya berbohong tentangnya)
And tried to doubt this could be real (Dan mencoba untuk meragukan bahwa mungkin ini tidak nyata)

You've touched me far too deep for this to be the night(Kau menyentuhku terlalu dalam karena malam ini adalah saatnya)
Only my fear stands in the way (Hanya ketakutanku yang menghalangi)
Send me a lover, someone to believe in (Kirmi aku kekasih, seseorang untuk dipercaya)
Please send me someone I can hold (Kumohon, kirimi aku seseorang yang dapat kupeluk)

Baby now, send me a lover, a new beginning (Sayang sekarang, kirimi aku kekasih, sebuah awal yang baru)
Someone to take away the cold (Seseorang untuk menghapus kebekuan)
And give me back what I've been missing (Dan mengembalikan semua yang telah hilang)
All the love that waits inside your heart (Semua cinta yang berdiam di dalam hatimu)

It still astounds me the way you found me (Saya masih terkejut caramu menemukanku)
It's almost too good to be true (Hampir sulit untuk dipercaya)
From our first meeting I had the feeling (Sejak pertemuan pertama, saya merasakannya)
The rest of my life I'd spend with you (Sisa hidupku akan kuhabiskan bersamamu)

I just can't turn my back on what I know is true (Saya tidak dapat mengingkari apa yang kupercayai)
I'm into you in every way (Saya menyukaimu dalam berbagai cara)
I thought that love was only a word that I will never feel (Kukira cinta hanyalah kata yang takkan pernah kurasakan)
All the passion that I hold inside was just a dream (Semua hasrat dalam hatiku hanyalah impian belaka)

Out of your heart you speak to me all that I've imagined (Dari hatimu, kau berbicara padaku, semua yang kuimpikan)
And I've fallen so in love with you (Dan saya telah jatuh cinta padamu)..

Kini, tinggallah Hadi seorang diri. Pria yang paling mencintainya telah tiada. Tidak ada lagi yang berharga dalam kehidupan Hadi. Tapi dia harus tetap hidup demi anak-anaknya meskipun dia kurang mencintai istrinya. Semua ini terasa seperti sebuah hukuman yang maha berat baginya. Menengadahkan kepalanya, Hadi melihat sebuah bintang kecil di atasnya sedang berkelap-kelip.

Di dalam hatinya, dia menganggap bahwa mungkin bintang itu adalah Andi yang kini sedang menjaganya dari atas sana. Dengan berat hati, Hadi bangkit berdiri. Di sekelilingnya sudah hampir tidak ada orang lain. Dengan langkah lemas, Hadi berjalan menembus kegelapan malam. Malam itu memang terasa lebih gelap dari biasanya, segelap perasaan hatinya yang

Sedang berduka. Kenangan akan Andi takkan pernah terhapus dari ingatan Hadi, dan semuanya akan dibawanya ke dalam kubur saat ajalnya tiba..

*****

PESAN PENULIS: Cinta adalah sesuatu yang indah, meskipun cinta itu terjadi antara 2 pria. Jangan pernah sia-siakan cinta sebab saat cinta itu pergi, takkan ada yang dapat dilakukan untuk mendapatkannya kembali. Yang tersisa hanyalah kesedihan dan penyesalan.

Sampai saat ini, hatiku masih terluka karena patah hati, tapi saya tulus mendoakan agar pria yang kucintai itu dapat hidup bahagia dengan wanita pilihannya. Saya masih duduk sendirian di sini, berdoa agar Tuhan sudi mengirimkan seorang kekasih untukku. Saya tak mau menempuh hidupku sendirian. Saya hanya mau mencintai dan dicintai. Adakah seseorang untukku di luar sana?

Tamat