Semua ini bermula pada November 2009, satu hal yang masih kuinget, itu adalah pertama kalinya aku pegang payudara cewek aku, tapi bukan itu yang mau aku ceritain, tapi cerita pertama kali aku make love sama cewekku, yang udah aku anggap kayak Istriku sendiri, ngarep banget.

Ceritanya, Bokap, Nyokap, n Adeku semuanya keluar kota, berhubung ada kuliah padat, ditambah jadwal ujian, makanya aku harus tinggal di rumah, sementara mereka jalan-jalan ke luar kota, got damn banget, mereka seneng-seneng, sementara aku harus jaga rumah, beresin rumah, dan ngerjain pekerjaan rumah. Tapi aku seneng, setidaknya aku ada waktu berduaan sama cewekku.

Semenjak rumah aku sepi, dari Juli 2010 aku sering manfaatin waktu bersama cewek aku, yah gak pernah make love, cuma sekedar kissing, licking, dan paling banter juga petting, itu pun ditutupin pake kaen tebel, supaya gak terjadi apa-apa, maklum aku takutan gan. Tapi, semuanya berubah saat itu, emang aku sering berantem sama cewek aku, karena masalahnya adalah kita jarang ada waktu buat berduaan lagi, udah sebulan lebih kita sama-sama jaga nafsu, dan inilah saatnya.

Aku jemput cewek aku pagi-pagi, jam 09.00, sampe di rumah jam 10.00, berhubung di lingkungan aku, orang-orang pada don’t care sama tetangga, jadinya kita gak peduli mau apapun yang terjadi, karena mereka juga cuek. Setelah masukin mobil ke garasi, kunci pager depan, masuk rumah dan kunci pintu, semuanya dimulai di sini. Saat masuk kamar, aku sengaja pasang AC di suhu 16, sementara anginnya kenceng, tujuannya supaya nanti bisa makin hot.

Perlahan, aku buka bajunya yang longgar, aku liat emang payudaranya udah kenceng, mungkin daritadi dia udah ngebayangin nikmat putingnya diisep. Aku buka perlahan bra hitam yang juga longgar, akhirnya aku liat deh putingnya yang udah mengeras. Dia pun gak kalah, saat itu juga dia buka celana aku, n aku juga buka celananya dia. Tinggallah kami berdua cuma pake CD.

“Punya kamu udah kenceng aja yank,” ujarnya sambil mengelus penisku.
“Iya, aku udah gak sabar nih,” kataku sambil mengelus kedua payudaranya yang besar.
“Aaaaaaaaaaaahh, enak banget yank.”

Melihat reaksinya yang sangat menikmati itu, aku pun mulai mencium bibir pink tipisnya itu, kulumat perlahan bibirnya dan ia mulai memasukkan lidahnya ke mulut aku. Kuputar pelan putingnya, dan aku mulai bermain dengan putingnya. Setelah sekian lama, kurebahkan dirinya di atas ranjangku. Aku berada di atas dirinya, dan aku tetap menciumnya dengan penuh nafsu.

Aku mulai menjamah telinga kirinya, kulumat dan perlahan ku jilati dengan lembut telinganya sambil tanganku tak henti meremas salah satu payudaranya, sementara tangan kananku meremas payudaranya, tangan kiriku menjamah pantatnya yang sangat kencang.

“Aaaaaaaaaaaaaaaahhh, yank, enak banget, udah lama aku gak ngerasain ini,” katanya sambil mendesah nikmat.
“Iya yank, tenang aja, ini masih permulaan.”

Setelah itu, aku kembali mencium bibirnya, kali ini ia jauh lebih liar, ia menghisap kuat-kuat lidahku sembari kumainkan kedua pantatnya. Dan aku menggesekkan dadaku ke payudaranya, saat kedua putingku beradu dengan kedua putingnya, ia semakin menggelinjang kenikmatan. Ia pun ikut aktif menggesekkan putingnya.

Selesai aku mencium bibirnya, kulanjutkan dengan mencium telinga kanannya, kulumat dan kuhisap, seperti yang aku lakukan kepada telinga kirinya. Ia pun semakin menikmati permainan itu. Tubuhnya makin mudah kukendalikan dengan sentuhan dan remasan yang kulakukan pada pantatnya. Semakin kujilatin lubang telinganya, semakin ia mendekapku erat sembari mendesah kenikmatan.

Setelah kurasa cukup, kulanjutnya dengan menjilati lehernya. Tentunya lehernya pun bersih dan juga mulus, sehingga aku sangat menikmati permainan itu. Saat aku menjilat dagu sampai bagian bawah lehernya, aku tahu dia semakin tak terkendali. Kuubah posisi, aku kini berada di bawah dan ia berada di atas, dan aku tetap menjilati lehernya, sementara kedua tanganku kini mulai bermain ke lubang pantatnya.

Kusentuh lembut lubang itu, ia pun semakin merasa kenikmatan, maklum ini baru pertama kalinya aku menyentuh lubang itu. Aku pun memainkan lubang tersebut, sementara aku tetap menjilati lehernya, dengan lembut tapi bernafsu. Kini ia menempelkan vaginanya di atas penisku, dan aku merasa ia telah basah, karena CD-ku terasa hangat dan becek.

“Yaaaaaaaaaaaaank, aah aah aaah aaaah, ini enak banget,” ujarnya dengan lirih.
“Iya yank, nanti aku tambahin lagi yah enaknya,” ujarku dan aku mulai memasukkan pelan-pelan jarriku ke dalam lubang pantatnya.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ah,” desahnya panjang, dan aku tahu ia menikmati itu.
“Enak gak yank kalo begini?”
“Bangeeeeeeeeet,” ia mulai tak terkendali.

Sesaat kemudian, aku menghentikan permainan, kutukar posisi kembali, dan kini aku dengan mudah dapat memainkan kedua payudaranya dengan lidahku. Tubuh putih mulusnya kini telah berkeringat sementara AC yang kunyalakan biasa sangat dingin kini tidak terasa lagi.

“Yank, sumpah aku baru ngerasa ini nikmat banget, gak kayak biasanya,” katanya sambil terengah-engah.
“Ayank masih mau lebih lagi?”
“Mau banget, tambahin yah yank.”

Ia mulai meraba penisku, sejak tadi memang belum tersentuh oleh jadi mungilnya. Ia mulai memegangnya dari batang sampai ke biji penisku. Kini aku yang mulai menikmati sentuhan itu. Ditengah nafsunya yang masih membara, ia mulai melucuti celana dalam yang sejak tadi masih aku kenakan. Dan mengacunglah penisku yang telah keras berurat.

Ia mengelus kepala penisku dan mulai menyentuh lubang kemihku yang sejak tadi mengeluarkan lendir. Tangan mungilnya menjelajah penisku dengan lembut, saat sampai di bijinya, ia mulai meremas, dan kurasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Sungguh, ini pertama kalinya aku diperlakukan begitu, dan aku merasakan seperti ada di surga.

Saat ia mulai meremas lebih keras, kini aku mulai menjelajah payudaranya yang besar, mungkin dua setengah kali genggaman tanganku. Kujilati dari bagian luar payudara kanannya dengan arah memutar. Ia pun mulai mendesah, kini ia makin cepat meremas bijiku. Saat aku mulai mendekati aerola dan putingnya, ia mulai meraih batang penisku. Ia makin menjadi, sebelumnya ia tidak pernah mau meremas atau mengocok batang penisku secara langsung, tetapi kini semuanya telah terjadi.

Saat aku tiba di putingnya, kujilati lembut dan akhirnya aku menjilatinya dengan keras. Kini ia makin tak terkendali, mungkin karena kenikmatan yang ia terima ia tidak lagi mengocok penisku. Ia mendekap erap kepalaku dan ia mendesah makin keras, sungguh ini baru pertama kali terjadi sejak Juli 2010.

Ia adalah tipe wanita yang bisa orgasme meski hanya melalui payudaranya, dan aku tahu sebentar lagi ia akan orgame. Aku makin kencang menjilat dan menggigit putingnya, dan aku mulai menempelkan batang penisku ke vaginanya yang masih terbungkus CD. Sesaat setelah aku menyentuh vaginanya, ia mulai bereaksi, ia akan orgasme. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menggesek batang penisku di luar vaginanya.

“Ayank, jelly kamu kok lebih gede dari biasanya?” tanyanya sambil menikmati permainanku, jelly adalah sebutan dia untuk penisku.
“Mungkin karena pepep kamu yank,” ujarku dengan tetap mempertahankan kecepatan, pepep adalah sebutanku untuk vaginanya.

Akhirnya, setelah 15 menit kami bermain, ia orgasme untuk pertama kalinya. Tubuhnya menggelinjang tanda kenikmatan yang amat sangat, kepalaku semakin didekapnya dengan erat, dan aku mulai menghisap putingnya dengan keras.

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aah ayank, aku dapet,” ujarnya selalu setiap kali orgasme.
“…” aku tetap menghisap putting mungilnya dengan keras.
“Aaaaaah,” saat itu ia makin mendekapkan kepalaku ke payudaranya.

Setelah hampir semenit, ia baru melemas, tetapi tidak denganku. Aku tetap menggesekkan penisku ke luar vaginanya yang sudah sangat basah. Biasanya ia memintaku untuk berhenti sejenak saat orgasme, tetapi kali ini tidak, ia malah menyodorkan payudara sebelah kirinya. Dan kuulangi menjilati dari luar payudara sampai ke putingnya. Kali ini ia tidak dapat mengelak bahwa tubuhnya telah dipenuhi nafsu birahi yang sangat besar, butuh banyak orgasme untuk membuatnya puas.

Aku masih menggesekkan penisku, dan aku rasa ia mulai terbiasa dengan itu, karena ia mulai mengikuti irama permainanku. Ia pun menyodorkan vaginanya berulang-ulang sama seperti sedang melakukan hubungan seksual. Aku tetap menjilati putingnya, dan aku tahu jarak orgasmenya tidak akan lama lagi. Dan benar saja, hanya beberapa menit, ia mulai menggelinjang kenikmatan, dan kali ini ia berteriak dengan keras, baru pertama kalinya mungkin ia merasakan itu.

“Ayaaaaaaaaaaaaaaaaank,” teriaknya dengan penuh kenikmatan.
“…” tentunya itu semakin membuatku menambah kecepatan peluru untuk menggesek vaginanya yang telah basah sekali.
“Aku udah gak tahan ayank, kamu udah buat aku nafsu banget.”
Setelah hampir semenit, gejolak orgasme-nya pun mereda. Wajahnya sangat merah saat itu, ternyata ia masih menyimpan nafsu yang sangat besar, apakah waktu sebulan tidak “begituan” membuat dia begitu bernafsu? Aku tidak tahu, tetapi aku benar-benar lelah, namun tidak dengan penisku.

Aku mulai menjilati bagian tengah payudaranya, dan aku mulai turun ke perutnya. Keringat mengucur deras di seluruh tubuhnya, tetapi aku tidak mau menyerah karena aku sebenarnya ingin merasakan nikmat vaginanya, entahlah mungkin karena nafsuku telah terlalu besar untuk dihentikan.

Saat aku melewati bawah perutnya, kuraba vaginanya yang telah basah, tentu saja celana dalamnya sudah banjir, dan ini baru pertama kalinya. Aku melucuti celana dalamnya, dan ia hanya diam tanpa berkata apapun, kecuali desahan yang keluar saat tanganku sengaja menyentuh bibir vaginanya.

Kuperhatikan dengan seksama, vaginanya masih sangat indah, masih gemuk dan ditumbuhi dengan rambut-rambut halus yang membuatnya terlihat semakin indah. Cairan vaginanya juga sudah sangat banyak, sehingga kulihat rambutnya telah basah dengan cairan tersebut. Aku mulai menjelajah bagian itu dengan lidahku, sungguh rasanya asin karena cairan itu, tapi vaginanya tidak berbau asam, aku tahu memang ia sangat merawat tubuhnya.

Saat aku menjilat bibir vaginanya, aku berteriak kenikmatan, aku tahu ini pertanda baik, berarti sebentar lagi vaginanya siap untuk dimasuki oleh penisku. Aku menjelajah ke dalam liang vaginanya, lidahku menemukan daging kecil yang mengeras di ujung ada vaginanya, mungkin ini adalah klitoris yang biasa mereka sebut, sungguh ini pertama kalinya aku sampai ke tahap ini. Semakin kujilat bagian itu, semakin ia berteriak dengan menyebut namaku.

Tidak lama, seperti dugaanku, ia kembali orgasme, dan aku merasakan cairan vaginanya mengalir terus membasahi mulutku, kunikmati cairan itu dan aku mulai ketagihan untuk menikmatinya. Ia menggelinjang kenikmatan, dan yang bisa ia lakukan kini adalah menjambak rambutku sembari berteriak kenikmatan, ini lebih lama dari orgasme yang biasanya terjadi, dan aku tahu ia merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa.

Setelah hampir dua menit, ia selesai dengan orgasmenya, tubuhnya kembali melemas, tetapi aku tidak mendengar kata-kata, “udah yank, aku cape,” yang biasanya dia katakan saat ia telah kelelahan, tetapi kali ini aku tidak mendengarnya. Asumsiku, ia masih mau lagi, aku mulai berinisiatif untuk kembali ke atas, dan aku mulai mencium payudaranya yang besar itu.

Kutempelkan penisku di atas vaginanya, rasanya hangat dan licin sekali, sungguh ini sangat nikmat dan membuatku ingin menggesekkan penisku langsung di atas vaginanya. Saat kujilati puting kanannya, aku mulai menggesekkan penisku dengan perlahan dan akhirnya cepat, aku tahu ia menikmatinya. Sesekali kulihat lidahnya menjulur diantara mulutnya yang terbuka sambil mengeluarkan suara desahan yang membuatku semakin dibutakan nafsu.

Tentu saja, aku semakin menikmati itu, kujilati payudaranya, cukup lama, tetapi ia tidak kunjung orgasme seperti biasanya. Dan aku mulai berani untuk menempelkan ujung penisku di ujung vaginanya, aku sudah siap untuk memasukkan penisku, dan aku mulai mengambil ancang-ancang.

Aku meremas payudaranya dengan cepat, sementara kini aku kembali mencium bibirnya, ia menjulurkan lidahnya untuk kulumat, dan ia dengan sengaja mengaitkan kedua kakinya kepunggungku, ya, ia telah siap untuk disetubuhi pertama kalinya olehku. Tetapi aku tetap tidak terburu-buru, aku hanya berusaha untuk menempelkan ujung penisku mengarah ke liang vaginanya. Itu pun sudah membuatnya mendesah semakin hebat.

Kugerakkan maju mundur penisku dengan pelan-pelan, supaya vaginanya terbiasa, dengan maksud untuk mempermudah masuknya penisku dan meringankan sakit yang akan ia terima nanti, hal itu kudapatkan dengan membaca buku seksologi. Semakin lama, kepala penisku semakin memasuki liang vaginanya, ia semakin mendesah kenikmatan.

Dan setelah sekian lama, ia mulai bereaksi, mungkin karena ia ingin merasakan bagaimana rasanya make love, akhirnya ia menekan punggungku dengan kakinya, dan akhirnya perlahan aku mulai memasukkan penisku. Ah, buku itu berbohong, tetap saja aku sulit untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan ia tetap merintih kesakitan saat mili demi mili bagian penisku menyesaki liang vaginanya. Rasanya penisku seperti dihisap kedalam vaginanya, hangat, basah, dan juga mencengkeram, aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini.

Kunikmati keadaan seperti itu dengan mata yang terpejam, kenikmatan surgawi sesaat yang membuatku buta dan terjurumus ke dalam dosa besar, tetapi aku tidak dapat memungkiri ini, aku tidak dapat melepaskan kenikmatan ini begitu saja. Ia pun begitu, matanya terpejam dengan rintihan-rintihan yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Aku menikmati pijatan dari dinding vagina Sinta, mereka seakan berkata kepadaku untuk tidak mencabut penisku. Sudah kulakukan, aku telah merenggut keperawanannya, tetapi mengapa tidak ada darah?

Aku sempat curiga sesaat, tetapi setelah aku ingat, ternyata ada tipe wanita yang memiliki hymen elastis dan tidak pecah selama kita benar membuatnya terangsang, karena dengan sendirinya hymen menjadi kuat dan tidak pecah, bersyukur sekali aku memiliki gadis seperti itu, jadi tidak perlu khawatir akan berdarah apabila aku benar merangsangnya.

“Ayank, udah masuk jelly kamu, enak banget yank, ahhhhhhhh.”
“Pepep kamu yank, pijetin jelly aku, makasih yah yank, udah ngebolehin aku ML sama kamu.”
“Sama-sama yank, karena aku yakin, sebentar lagi kita nikah dan aku yakin banget kita akan begini hari ini, sekarang tubuh aku cuma punya kamu yank, bikin aku bahagia yah,” ujarnya dengan wajah yang amat sangat terangsang.

Setelah sekian lama terhenti, ia memaksaku untuk bergerak, kakinya menekan penisku untuk bergerak, dan aku lakukan itu dengan perlahan. Bunyi persetubuhanku dengannya sangat membuatku bernafsu, betapa tidak, suara denyitan cairan vagina yang membanjiri vagina dan membasahi kasurku sangat terdengar di kamar yang sunyi tersebut, thanks to Sharp Inverter AC, gak ada suaranya gan.

Semakin lama, aku memompa semakin cepat, kucium bibir pinknya yang tipis sekali lagi, ia pun menyambutku dengan sangat antusias. Ia melumat lidahku dengan kuat karena kenikmatan yang memang tiada duanya ini, kurasakan aliran darahku memusat di penis yang memang sudah tidak lama mendapatkan layanan dari kekasihku. Ia meremas sendiri payudaranya yang besar aku tahu, pasti ia pun tidak tahan dengan rasa itu, dan tanpa aku duga, ia kembali orgasme, lagi-lagi untuk kesekian kalinya. Gerakannya yang semula kuat kini terhenti, ia mendekapku erat sementara penisku terasa dihisap dengan sangat nikmat oleh vaginanya. Sungguh, aku sangat menikmati ini, aku senang membuatnya puas.

Hampir dua menit aku terdiam didekap oleh hangat tubuhnya, persetubuhan ini begitu hebat, entah mengapa aku merasa sangat nyaman dan tanpa ada rasa takut yang dahulu sering kurasakan saat aku menyentuh sedikit saja vaginanya. Ia telah terkulai lemas karena orgasmenya, tetapi aku belum, aku ingin sekali crots dengannya.

Aku memutuskan untuk memutar posisi, lelah memompa, aku ingin ia sendiri yang melakukannya. Aku melepaskan penisku yang masih betah berada di vaginanya, saat kucabut rasanya sangat panjang sekali, dan itupun masih terasa nikmat saat penisku masih ereksi. Kini, ia telah ada di atas tubuhku, kami memilih posisi cowgirl.

Vaginanya memang masih rapat, ia sempat kesulitan untuk memasukkan kembali penisku ke dalam vaginanya, dan setelah masuk ke dalam vaginanya yang masih basah, ia merebahkan kepalanya di dadaku, kali ini ia memainkan putingku. Ia menjilatinya dengan liar, sementara aku masih menikmati sensasi dinding vaginanya yang masih memijat penisku dengan keras.

“Ayank, abis ini aku harus gimana?” tanyanya dengan senyum penuh nafsu.
“Kamu naik turun aja yank, tapi jangan sampe lepas jellynya.”
“Begini yank?” tanyanya kembali sembari memperagakan apa yang kuperintahkan.
“Aaaah, ayank sumpah nikmat banget, rasanya aku pengen crot yank,” ujarku sambil memejamkan mata.
“Kamu mau crot dimana yank?”
“Di dalam pepep boleh gak?” pintaku dengan nada pelan
“Tapi aku hamil gak yank?”
“Kamu terakhir dapet kapan yank, belom lama kan?”
“Kira-kira 3 hari yang lalu.”
“Gak hamil yank, tenang aja,” ujarku menenangkannya.

Ia mulai bergerak, perlahan-lahan naik dan turun. Kali ini aku yang merasa dikendalikan olehnya, ia terlihat tersenyum puas melihatku merem melek menikmati genjotan pinggangnya. Payudaranya yang besar naik turun seiring dengan kuatnya gerakannya untuk memompa vaginanya.

“Yank, susu kamu seksi banget deh,” ujarku.
“Iya yank, ayank suka?”
“Suka banget, coba gerakannya lebih mantep lagi, nanti aku crot deh.”
“Jangan dulu, pokoknya harus bareng, kalo gak aku ngambek,” ujarnya menggerutu sembari melambatkan gerakannya.

Ia mulai mempercepat lagi gerakannya, kuraih kedua payudaranya, dan meremas dengan penuh nafsu birahi yang telah memusat ke dalam penisku yang terpompa kencang di dalam vaginanya. Ia mulai menikmati remasanku, terlihat ia yang tadi tersenyum nakal, kini mulai terpejam, dan gerakannya tak terkendali, karena kenikmatan yang tidak terelakkan ini aku merasakan aku akan crots.

Kuraih tubuhnya yang memang agak berat itu, kudekap ia erat sembari kucium bibirnya yang lembut tersebut. Aku terbawa ke permainannya, dan aku mulai ikut memompa sesekali untuk menambah kenikmatan yang kurasakan.

Setelah sekian lama aku menunggu, saatnya tiba, aliran darah yang tak terkendali merasuk ke dalam batang penisku, ditambah rangsangan luar biasa dinding vagina Sinta yang sangat membuatku kenikmatan, akhirnya aku mengeluarkan spermaku di dalam vaginanya yang nikmat itu.

Tidak lama setelah itu, ia pun orgasme, untunglah aku tepat mengatur waktu orgasme yang tepat. Aku masih menciumnya dengan penuh nafsu sembari penisku memuntahkan cairan putih kental yang seakan tak hentinya mengalir. Penisku kembali terasa terhisap ke dalam vaginanya yang nikmat tersebut, cukup lama aku crots dan aku masih menunggu Sinta selesai orgasme, kurasakan cairan spermaku sendiri keluar dari liang vaginanya yang masih berdenyut memijat penisku yang mulai mengendur.

Sungguh nikmat sekali persetubuhan ini, tidak kusangka, aku bisa menikmati tubuhnya dengan sempurna, akhirnya aku mendapatkan keperawanan yang selama ini ia pertahankan untukku. Ada rasa kebanggaan dan rasa cintaku yang selama ini memang hanya untuknya.

Setelah lama, akhirnya kulepaskan penisku, dan kucium keningnya dengan lembut lalu bibirnya pula. Spermaku mengalir dari vaginanya bercampur dengan lendir yang masih tetap mengalir deras tanda ia masih sanggup bermain. Tetapi kulihat lelah dan nafasnya terengah, mungkin ia sudah lelah setelah lima kali orgasme yang panjang dalam 45 menit yang nikmat ini.

“Ayank, aku makin cinta sama kamu, aku janji gak akan ngambek lagi asal kamu bisa kasih aku ini lagi,” ujarnya dengan senyum yang manis.
“Iya ayank, kalo ada waktu pasti aku kasih ini ke kamu kok, kamu nikmatin banget yah?”
“Banget yank, tapi aku gak hamil kan yank?” tanyanya dengan wajah yang penasaran.
“Gak kok sayang, sekarang aku cape yank, nanti lanjut lagi yuk, sekarang mendingan kita bobo, nanti sebelum mandi kita lanjutin yah.”
“Iya sayang.”

Setelah itu, aku tidur di sampingku, dan aku merangkul kepalanya sembari mengusap rambutnya yang panjang dan lembut tersebut. Kini aku tahu, ia hanya milikku selamanya, dan mulai saat ini tidak ada lagi yang dapat memisahkan aku dengan dirinya, karena ikatan batin dan seksual yang kuat telah tercipta diatara kita. Ia pun langsung tertidur di rangkulanku, aku pun menyelimuti tubuh kami yang masih telanjang bulat, dan kami tertidur untuk ronde berikutnya.


 
 
putar badannya, aku ingin mencoba Doggy Style yang kata orang memiliki tingkat penetrasi yang tinggi. Tanpa komando, Sinta menungging, kulihat cairan vaginanya masih mencair dari liang kenikmatan itu. Ia merebahkan kepalanya di bantalku, dan menjunjung tinggi vaginanya ke udara, tentu harapannya adalah penisku akan masuk ke dalam vaginanya.

Aku mengabulkan permintaannya, dan memang juga aku sudah tidak tahan ingin bersetubuh dengannya. Kumasukkan pelan penisku, tapi masih saja tetap sulit untuk memasukkan penisku ke vaginanya. Apakah memang seperti ini? Tapi ini tetap rapat hanya berbeda sedikit saat pertama aku memasukkan penisku. Perlahan, dan ia berteriak nikmat setiap bagian dari penisku sampai masuk seluruhnya.

Aku tidak langsung memompanya, kudiamkan penisku dipijat oleh dinding vaginanya yang sangat rapat itu, ohhhh, aku sungguh bahagia bisa bersetubuh lagi dengannya. Sungguh aku tidak dapat keluar dari sini sampai aku crot lagi, setelah itu aku mulai meremas kedua pantatnya dengan keras. Ia berteriak kenikmatan, dan akhirnya dengan meraih kedua payudaranya aku mulai memompa.

Perlahan, ia mulai mendesah, aku tidak tahu bagaimana nikmat rasanya jadi dirinya, yang pasti ia sangat menikmati hal itu. Rambutnya yang panjang sepinggang juga sudah acak-acakan karena semua gerakan kami yang sudah tidak terkendali.

“Ayank, aku butuh entotan kamu,” ujarnya dengan mendesah.
“Iya ayank, aku juga butuh entotin kamu.”
“Ih ayank nefsong banget omonganya,” ujarnya meledek, padahal nafasnya sudah tidak teratur.
“Tapi ayank suka kan,” ujarku lalu kuremas payudaranya.
“Aaaaaaaaaaaayaaaaaaaaaaaaaank , Sinta sekarang cuma punya ayank Tama, bikin aku bahagia yah yank.”

Tubuhnya mulai gemetar, sebentar lagi dia akan orgasme, sebagai kekasih yang baik aku harus membuat orgasme itu senikmat mungkin untuknya. Kupercepat gerakanku, sehingga terdengar bunyi cairan pelumas yang berdenyit semakin keras. Clap clap clap clap clap, bunyi itu sangat membuatku semakin bernafsu kepadanya. Tidak lama kemudian, ia orgasme lagi, kupertahankan tempo kocokanku, sembari kupilin kedua putingnya dengan cepat.

Desahannya menandakan ia amat menikmati orgasmenya, erangan manjanya menyebut namaku, dan itu membuatku semakin bernafsu dengannya. Untunglah, aku belum ingin crot, jadi aku dapat bermain lebih lama dengannya, dan aku sangat menikmati permainan ini. Penisku terasa dihisap oleh vaginanya yang hangat.

Semula aku mengocok penisku, tetapi hisapan vaginanya membuatku berhenti bergerak dan penisku terasa berat, tapi nikmat. Aku menikmati hisapan itu rasanya seperti melayang ke surga, dan hisapan itu berhenti seraya dengan melemasnya badan Sinta. Mungkin ia lelah, tetapi penisku masih belum lelah, rasanya ingin langsung kukocok, tapi hatiku berkata, aku ingin menikmati seks bersama-sama, sehingga aku dan dia merasa sama-sama nikmat.

Aku berangsur mundur untuk melepaskan penisku dari liang vaginanya, tetapi aku kaget mendengar kata-kata, “yank, jangan lepasin jelly kamu,” keluar dari mulut mungilnya. Akhirnya aku memasukkan lagi penisku lebih dalam ke vaginanya dan membiarkannya menikmati itu sampai erangannya berhenti. Nafasnya yang masih menderu, seakan memberitahukan kepadaku bahwa ia masih ingin lagi bersetubuh.

Kuremas pelan payudaranya, “ah aku harus mengulangnya dari awal supaya ia dapat menikmati ini,” ucapku dalam hati. Pelan-pelan kuraih leher belakangnya dengan lembut, kujilati dengan penuh cinta, ia pun yang baru saja berhenti mengerang, kini mulai mengerang lagi dengan lebih seksi. Entah apa yang saat ini ia rasakan, tetapi aku bisa merasakan tubuhnya jadi lebih mudah aku kendalikan.

Lelah menggunakan DS, aku memintanya untuk duduk di pangkuanku. Kuputar badannya ke depan dan kini aku duduk berhadapan dengannya dan ia tengah kupangku sekarang. Sensasinya sangat luar biasa, apalagi saat aku melihat wajah cantiknya yang kini telah memerah dan tampak sangat bernafsu denganku.

Kuputar ke kanan pinggangnya sehingga aku merasakan sensasi luar biasa saat penisku terputar. Ia pun terlihat sangat menikmati gerakan itu, yang semula kupandu, kini ia memutar sendiri pinggangnya. Ia tidak mendesah, tetapi ia mengulum sendiri bibirnya sembari memejamkan matanya. Semakin lama, ia semakin mengadahkan kepalanya ke atas.

Tidak lama kemudian, aku menyuruhnya untuk mulai memompa kembali ke atas dan ke bawah. Payudaranya kini kembali bergoyang naik turun, dan itu sangat menggemaskan. Putingnya yang mungil begitu menggodaku untuk menghisapnya, dan aku mulai menghisap puting kanannya, sementara aku meremas payudara kirinya sembari sesekali memilin putingnya.

Tetapi semakin lama, gerakannya semakin tidak teratur, dan aku merasa sebentar lagi aku akan crot. Ah cepat sekali, padahal aku ingin bermain lebih lama dengan dirinya. Akhirnya aku memutuskan untuk menghentikan gerakannya, dengan alasan untuk berganti posisi. Ia pun mengerti dan kami memutuskan untuk bermain pada posisi misionaris.

Sempat kulepas penisku, karena aku tidak ingin cepat-cepat crot. Saat melepas penisku, rasanya jauh sekali, dan ia juga sempat mendesah karena ia berpikir aku akan memompa kembali. Aku tidak langsung bermain, kukecup lembut keningnya dan kucium bibirnya dengan lembut. Lalu dengan tersenyum kepadanya aku memulai untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

Mengapa masih saja sulit, padahal kan aku sudah bermain lama dengannya? Ah sudahlah aku nikmati saja. Desahannya semakin menggodaku saat penisku masuk semakin dalam. Dan saat penisku telah masuk seluruhnya, tanpa komando ia mengunci pinggangku dengan kedua kakinya. Sebelum bermain, kuelus kedua pahanya yang putih dan mulus.

Sessat kukagumi kesempurnaan tubuhnya, wajah cantiknya dipadu dengan hidungnya yang mungil, ya Ibuku juga bilang, hidungnya mungil dan bagus, matanya coklat dan bening, tulang pipinya tinggi serta bibirnya tipis dan berwarna pink dipadu dengan rambutnya yang panjang bergelombang.

Tubuhnya juga sintal, mirip namanya Sinta, dadanya besar dan perutnya pun rata. Jika dilihat dari belakang bentuk tubuhnya mirip gitar spanyol yang berlekuk indah. Tetapi ia tidak terlalu tinggi, mungkin 160 cm, dan kakinya juga tidak terlalu jenjang. Ditambah dengan keindahan vaginanya yang menurutku semakin membuatnya sempurna di mataku.

“Kamu itu sempurna yank,” ujarku pelan.
“Makasih yank, tapi dari dulu bukannya kamu sering bilang begitu yah?”
“Iya, tapi baru sekarang aku lihat semuanya sempurna.”
“Dasar si ayank, senengnya bikin aku geer aja,” ujarnya tersenyum tetapi nafasnya masih menderu.
“Luph u yank.”
“Luph u too.”

Lalu, aku pun mulai memompa vaginanya yang sejak tadi sudah mengurut penisku. Ia pun mulai mendesah dengan pelan dan semakin mengeras seiring dengan naiknya tempo pompaanku. Semakin cepat aku bergerak, akhirnya kini aku mulai membungkuk dan meraih tubuhnya. Kupeluk erat kekasih hatiku ini, sungguh aku mencintainya dan sangat tidak ingin kehilangan dirinya.

Kuraih lehernya dan aku mulai menjilati lehernya dan sesekali kuhisap, tetapi tidak meninggalkan bekas yang berarti. Terdengar suaranya memanggil namaku, dan aku pun semakin bernafsu saja untuk memompanya. Selesai dengan lehernya aku mulai menjamah bibirnya.

Sementara vaginanya menikmati pompaan penisku, aku mengulum bibir bawahnya dan ia pun menyambut itu. Akhirnya ia menjulurkan lidahnya untuk kukulum juga. Lalu kami bermain dengan lidah kami, kuputar tidak beraturan, tetapi hal itu semakin membuat situasi memanas. Lalu selesai dengan lidahnya kini aku kembali ke payudaranya.

Aku menjilati puting kirinya dan tangan kananku mulai meremas payudara kanannya. Kurasakan ia lebih menikmati itu, karena ia makin menyodorkan vaginanya untuk lebih kupompa, tetapi jujur ini sudah maksimum, dan aku tidak dapat menambah kecepatan lagi, ya mungkin aku butuh banyak latihan.

Lalu, kurasakan aku sudah mulai ingin crot, aku ingin bersiap-siap untuk mencabut penisku dan ingin mengarahkannya ke payudaranya. Karena aku tidak ingin mengambil resiko, sehingga seketika aku mulai mempercepat gerakanku dan bersiap untuk melepaskannya. Tetapi, hal yang tidak terduga terjadi, ia tidak membiarkanku melepaskan penisku, dan tidak lama ia pun mulai menggelinjang.

Ia kembali orgasme lagi, dan tidak lama kemudian diikuti dengan penisku yang memuntahkan cairan kenikmatan itu. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, dan terasa spermaku dihisap habis oleh vaginanya, seakan ia akan menuju serviks melalui tuba fallopi. Ia berteriak memanggil namaku, dan aku tahu kini ia dalam kenikmatan. Tidak lama kemudian, aku meraih bibirnya, dan ia mendekapku dengan sangat erat.

Ia menciumku dengan sangat ganas, ia menghisap seluruh lidahku, sehingga terasa sedikit sakit. Hisapan itu sama kuatnya dengan hisapan vaginanya, it feels a double pleasure to me. Dan setelah dua menit, dekapannya mulai melemas begitu juga dengan hisapan vaginanya. Aku merasakan penisku kini tidak dalam keadaan ereksi dan aku pun melepaskannya dari liang surga milik Sinta.

Sesaat setelah aku mencabut penisku, kulihat cairan spermaku mencair dari dalam vaginanya. Aku pun langsung mengambil Mitu dan meletakkannya tepat di bawah vaginanya. Aku melihat spermaku perlahan-lahan keluar dan mulai menetes ke tisunya. Sepertinya ia pun menikmati sensasi itu, karena kulihat wajahnya memerah, entah, tapi tidak mungkin ia masih bernafsu.

“Ayank, makasih banget yah, aku bener-bener bahagia,” ucapnya sambil tersenyum manis.
“Sama-sama yah yank,” ujarku dan mengecup keningnya.
“Rasanya geli-geli gimana gitu,” ujarnya singkat.
“Apanya yank?”
“Itu loh sesuatu yang keluar dari pepep aku,” ujarnya dan jarinya meraba vaginanya sendiri.
“Sperma aku toh yank,” ujarnya sambil tersenyum.
“Ayank, sekali lagi bisa gak?”
“Hah?” tanyaku heran
“Iya, entot aku sekali lagi ayank, mumpung di rumah kamu sepi, jadi bisa maen lama.”
“Yaudah, nanti aja yah sekalian mandi, mau gak, aku istirahat dulu yank,” ujarku lalu menghela nafas.
“Hore, asyik sekali lagi, makasih yah yank,” ujarnya lalu memeluknya dan memberikanku quick kiss seperti biasanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 16.42, sudah cukup sore. Dan aku merasakan lapar, betapa tidak sejak tadi pagi kami hanya sarapan, dan lupa makan siang karena kenimatan bersetubuh. Sehingga, aku memutuskan untuk membuat sphagetti terlebih dahulu.

Aku hanya memakai celana boxer tanpa menggunakan celana dalam, dan Sinta hanya menggunakan tank top putih panjangnya tanpa menggunakan selembar pakaian dalam. Sehingga saat jalan kadang kedua pantatnya yang bulat tersibak dan membuatku kembali bernafsu. Kami menuju ke dapur dan mulai memasak, seperti biasa aku lebih jago dalam hal membuat masakan eropa, sementara ia lebih jago membuat masakan lokal.

Sesekali saat aku sedang menunggu sphagetti-nya direbus, aku meraba pantat dan bibir vaginanya dengan lembut. Tentu ia sangat menikmati itu, dan membalasnya dengan meraba penisku dengan lembut pula. Setelah matang, kami berdua makan, setelah selesai makan, kami bergegas untuk mandi bersama di bath tub milikku, karena jam sudah menunjukkan pukul 17.22.

Entah ada angin darimana, tiba-tiba Sinta melepaskan bokserku dengan pelan, dan ia menari erotis di depanku, lalu ia mulai melepaskan tank topnya perlahan, dan akhirnya ia pun telanjang tanpa busana. Ia tetap menari erotis dengan memegang kedua payudaranya terkadang juga memilin putingnya sambil mendesah, dan terakhir meraba bibir vaginanya sambil menjulurkan lidah, seakan menggodaku.

“Ayank, cuma begitu aja udah standing, payah ah,” ujarnya sambil tertawa kecil.
“Yah abis ayank seksi banget sih.”
“Pasti bayangin macem-macem yah, ayo ngaku,” ujarnya meledek.
“Iya, kok tahu, aku bayangin ini nih.”

Aku perlahan menuju dirinya, memeluknya dari belakang dan mulai bermain dengan payudaranya. Kujilati lehernya dari belakang dengan perlahan lalu ke telinga kanannya. Aku juga menyelipkan penisku ke tengah pantatnya yang pada berisi, dan aku merasa penisku menyentuh lubang pantatnya.

Tanpa komando, ia meremas bijiku, dan aku mulai menggesek penisku melalui belakang. Terasa ada dua lubang yang aku lalui saat itu, pantat dan juga vagina. Ia semakin liar dan nafasnya semakin menderu. Kupilin putingnya dengan cepat, dan aku berbisik kepadanya, “enak kan yank,” dan ia pun menjawab, “enak banget yank, lagi dong.”

Akhirnya kugiring ia ke kamar mandi yang jaraknya lumayan jauh dari ruang makan di lantai 1. Aku harus naik ke lantai 2 dan kembali ke kamarku. Dalam perjalanan tersebut, aku tetap meremas payudaranya dengan lembut.

Saat masuk ke kamar mandi, aku mulai mengisi bath tub dengan air hangat, sambil menunggu bath tub penuh, aku menggiringnya menuju shower. Tepat di bawah shower, kunyalakan shower dengan air hangat, sehingga sistemnya berbagi 50/50 dengan air yang diisi ke bath tub, dan tubuh kami pun terbasahi dengan air hangat dari shower tersebut.

Entah mengapa, nafsuku mulai menjalar kembali, guyuran air shower tambah membuatku bernafsu untuk meremas dan memainkan payudara kekasihku. Setelah sekian lama, tubuh kami basah seluruhnya, melihat rambut Sinta basah semua, aku semakin bernafsu saja. Kini posisi berbalik, aku berada di depannya dan berlutut agar dapat meraih vaginanya yang sejak tadi sudah basah.

Perlahan kujilati bibir vaginanya, dan rasanya sama seperti tadi, tetap asin dengan lendirnya. Kujilat dari bagian bawah sampai ke atasnya, dan aku tahu ia merasakan kenikmatan luar biasa. Ia mulai menjambak rambutku dengan liar, erangannya tertutupi oleh suara guyuran shower yang lumayan deras.

Kutambah kenikmatannya dengan memainkan ujung jariku di lubang pantatnya. Tiba-tiba, ia berteriak keras, sepertinya jika aku terus begini ia akan cepat orgasme lagi, ya bayangkan saja, cuma dikulum saja putingnya, ia akan orgasme kurang dari 5 menit, bagaimana vagina dan pantatnya? Mungkin lebih cepat dari itu.

Aku memasukkan lidahku ke dalam liang vaginanya yang memang terasa sempit walau menggunakan lidah, aku merasakan getaran yang luar biasa dari tubuhnya. Aku rasa sebentar lagi ia akan orgasme, tetapi aku tidak serta merta langsung memberikannya, aku menghentikan permainan lidahku. Erangannya seketika berhenti, tetapi nafasnya masih menderu.

Ia melihat ke arahku dengan pandangan penuh nafsu, pertanda aku harus menyelesaikan rasa yang tanggung tersebut. Tetapi aku langsung berdiri lalu memandang wajahnya, aku tersenyum kecil melihat keinginannya. Seakan mengerti dengan apa yang kupikirkan, ia akhirnya berlutut di depanku. Ia menjilat ujung kemihku dengan lembut.

Sungguh rasanya nikmat sekali, ia memutar lidahnya di kepala penisku. Aku mengelus rambutnya yang basah, sambil sesekali meraba lembut telinganya. Puas bermain dengan kepala penisku, lidahnya yang panjang untuk ukuran wanita itu turun ke bagian cincin khitananku, ia memainkan lidahnya berputar-putar dari bagian belakang sampai ke depan.

Lalu lidahnya kini turun ke bijiku, ia mengulum bijinya satu persatu dan aku merasaka sensasi nikmat yang sungguh luar biasa. Setelah itu ia pun langsung mengulum batang penisku. Mulutnya yang mungil mungkin sedikit kesusahan untuk mengulum seluruh penisku. Ia menjurukan lidahnya sehingga saat ia mulai mengocok, aku merasakan guratan lidahnya di bagian bawah penisku.

Semakin lama, aku merasa akan crot, kupercepat frekuensi rabaan tanganku di kedua telingannya. Sebentar lagi aku akan crot, tetapi seakan ia tahu bila aku ingin crot, ia melepaskan penisku dari mulutnya. Kali ini ia yang tersenyum nakal sambil melihatku.

“Impas yank, emang enak nanggung,” ujarnya sambil menjulurkan lidahnya.
“Ayank nih, bisa aja, tapi sumpah deh tadi enak banget,” ujarku sambil mengacungkan jempol ke arahnya.

Aku pun membantunya untuk berdiri, kulihat air di bath tub segera penuh. Kuambil sabun cair dan aku berniat menuangkannya di bath tub, tapi Sinta melarangku. Aku mengangguk, lalu kamipun akhirnya mandi di bawah shower. Kutuangkan sabun cair di tanganku dan aku mulai mengusap tubuhnya dari leher.

Aku sengaja merangsangnya, kubersihkan lehernya terlebih dahulu, kuputar pelan di sekitar leher dan kemudian aku turun ke payudaranya. Kuputar dengan lembut tanganku di atas kedua payudaranya dan sesekali aku mengusap dan memilin putingnya dengan lembut. Seketika mulutnya terbuka, dan suara desahan kembali terdengar dari mulutnya yang mungil.

Sedikit kubasuh dengan air payudaranya, dan aku mulai menjilati putingnya yang sudah mengeras sejak tadi. Jilatan dan hisapan yang kuberikan membuatnya sedikit berteriak kenikmatan. Dua gunung yang besar itu sudah biasa kurasakan sejak lama, tetapi kali ini sensasinya benar-benar berbeda. Entah apa yang membuatku semakin bernafsu untuk bermain bersamanya.

Sementara mulut dan lidahku sibuk menghisap payudara yang kanan, tangan kiriku mulai meremas payudara kirinya yang besar itu, aku sangat menikmati permainan itu, ia dengan tanpa sungkan berteriak mendesah dengan kenikmatan, dan itu semakin membuatku bernafsu.

“Yank, enak banget yang pepep aku dong,” pintanya sambil menekan kepalaku lebih dalam ke payudaranya.
“Sebentar yah sayank, nanti aku bikin pepep kamu seneng kok,” ujarku sambil melihat ke arahnya.
“Cepetan yank, mumpung bisa maen di rumah kamu yank, aku pengen banget ngelakuin hal liar sama kamu.”

Sudah lama memang ia pernah berbicara kepadaku, bahwa ia ingin sekali bersetubuh denganku di berbagai tempat di rumahku. Seakan mendapat lampu hijau, saat rumahku kosong, ia serta merta langsung saja mewujudkan impiannya. Dan aku baru tahu, rasa cintanya kepadakulah yang membuatnya merelakan keperawanannya kepadaku.

Aku pun perlahan mulai berganti ke payudaranya yang sebelah kiri, dan aku mulai menjilat dan menghisap setiap jengkal kotak susu yang menarik itu. Kupilin putingnya yang sebelah kanan dengan penuh nafsu, sungguh aku tidak pernah merasa senafsu ini kepada dirinya. Perlahan aku mulai bergerak ke tengah dan turun menuju perutnya.

Kujilati lembut pusarnya, dan ia mulai kembali menggelinjang sambil berteriak tanda nikmat. Sementara itu, kedua tanganku sibuk meremas kedua pantatnya yang sekal dan besar itu. Sungguh tubuh Sinta sangat sempurna sekali jauh dari semua mantanku. Pikiranku kembali melayangkah hal-hal penuh nafsu, setelah itu lidahku turun menyusuri vaginanya, tetapi aku tidak ingin menjilatnya terlebih dahulu, tetapi hanya sedikit menyentuhnya dan aku merebahkah badannya di bawah.

Kumatikan shower yang sejak tadi menyala dan mengganggu suara desahan kami. Aku melebarkan kedua pahanya, dan terlihatlah vagina yang masih bersih dengan rambut yang tipis. Saat itu vaginanya sedikit membuka, dan aku tahu saat itu sangat tepat apabila aku memasukkan seluruh penisku yang juga sebenarnya tidak tahan dengan keadaan seperti ini.

Tetapi aku bersabar, aku menjilati selangkangannya sampai ke pahanya dengan lembut. Ia menggelinjang mungkin rasanya geli dan nikmat. Sesekali aku sengaja menjilat vaginanya dengan lembut untuk menambah sensasi kepadanya. Entah mengapa pikiran liarku semakin menjadi, aku mengambil selang dan membersihkan lubang pantatnya, sampai bersih dan sedikit menyabuninya dan mulai membasuhnya.

Seakan mengerti dengan apa yang akan aku lakukan selanjutnya, ia mengangkat pantatnya. Aku pun memainkan jariku terlebih dahulu sambil menjilati vaginanya. Sesekali aku memasukkan lidahku ke dalam liang persetubuhan tersebut dan menggoyangkan lidahku. Seketika ia berteriak saat aku lakukan itu. Dan tahukah, karena shower kumatikan maka suara desahan dan teriakannya terdengar menggema dan membuatku tidak sabar ingin menyetubuhinya kembali.

Kali ini, kulancarkan niatku, perlahan lidahku turun ke bawah menuju ke lubang pantatnya, sungguh aku sempat ragu untuk menjilat ini, tetapi nafsu sudah menghinggapi otakku sehingga aku pun mulai menjilati lubang itu. Dan saat aku tiba di lubang itu, ia menjerit kenikmatan. Suaranya yang menggema membuatku semakin mempermainkan lubang itu, dan rasanya yah rasa sabun karena tadi aku habis menyabuni itu.

Tanganku sibuk memainkan vaginanya yang sudah berlendir itu. Gerakannya mulai tak beraturan dan ia meneriakkan namaku sembari menikmati permainan tersebut. Dan akhirnya setelah sekian lama aku merasakan getaran hebat di tubuhnya, dengan segera aku berpindah ke vaginanya, dan memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Dan benar ia orgasme, mengeluarkan cairan vagina yang banyak dan juga hangat.

Sambil kumasukkan lidahku ke dalam vaginanya sambil kugoyangkan, aku mencoba menghisap semua cairan tersebut. Rasanya asin dan unik, sepertinya aku mulai menikmati ini, dan aku menelan semua cairan yang keluar dari vaginanya.

“Yank, enak banget, aku baru ngerasain ini lebih nikmat dari yang tadi,” ujarnya dengan nafas menderu.
“…” aku hanya terdiam, karena mulutku sedang sibuk melayani vaginanya.
“Aaaaah, ayank entot Sinta,” pintanya dengan manja.
“…” aku masih terdiam, karena badan Sinta masih menengang.

Lalu setelah selesai, aku mulai beranjak dari tempatku, lalu aku memandang wajahnya dengan tersenyum, ia pun tersenyum dengan nakalnya. Seakan tahu apa yang aku inginkan, kini aku yang dibaringkan perlahan olehnya, ia pun mengambil selang untuk membersihkan lubang pantatku juga. Ia mengambil sabun dan membersihkan semuanya, sampai memasukkan jarinya ke dalam lubang pantatku, sungguh itu nikmat sekali.

Ia mulai dari bijiku terlebih dahulu, ia menjilati bijiku satu persatu dan tangannya menyentuh lubang pantatku. Sungguh padahal baru beberapa kali ia melakukan ini, tetapi aku sangat menikmati permainannya yang semakin memanas. Entah apa yang ia pikirkan, tiba-tiba ia menarik pahaku dan ia mulai menjilati lubang pantatku.

Sungguh, rasanya seperti terbang ke surga, tanpa sadar aku pun sudah melayang dibuatnya. Belum lagi tangannya pun mengocok penisku yang sudah tegang daritadi. Entah apa yang ia pelajari, tetapi sungguh ini sangat nikmat sekali. Sekian lama aku dikocoknya, akhirnya aku merasa seperti akan crot.

“Yank, aku mau crot nih, di telen semua yah,” pintaku.
“…” ia terdiam, tetapi saat ini mendangak ke arahku.
“Telen semua yah yank,” ujarku dengan tersenyum.
“Iya ayanku tercinta, aku telen kok.

Tetapi apa yang dia lakukan sungguh berbeda dari yang aku pinta. Aku pikir ia akan langsung menyergap semua penisku ke dalam mulutnya, tetapi saat itu ia menempelkan penisku di tengah payudaranya yang terasa sangat lembut dan nikmat tersebut. Seperti dugaanku, ia menekan payudaranya dan mengocok penisku dengan dua gunung kenikmatan tersebut sementara mulutnya menganga tepat di depan penisku.

Dan tidak beberapa lama, aku pun crot, seperti yang aku duga sprema tidak akan masuk semua ke mulut tetapi akan muncrat kemana-mana. Crot pertama spermaku langsung mengenai wajahnya dan bagian depan rambutnya. Dan crot kedua benar-benar tepat di wajahnya, setelah crot ketiga ia baru menghisap seluruh spermaku.

Dan disaat crot terakhir ia kembali melepas mulutnya sambil tetap mengocok penisku dengan payudaranya. Ia membiarkan sperma yang tersisa mengalir meluncur untuk melumuri payudaranya. Entah apa yang ia pikirkan tetapi ini sangat liar, dan sangat nikmat sekali.

“Yank, aku keliatan seksi gak sekarang?” ujarnya dan memandang wajahku.
“Iya yank, sperma aku di muka sama susu kamu bikin aku jadi pengen lagi yank,” ujarku yang sedikit kaget ia bisa melakukan itu.
“Ini semua buat apa yang pernah ayank lakuin buat aku, semua kebaikan dan pengorbanan ayank, kesabaran ngadepin sikap aku yang manja, pokoknya ayank is the best buat aku,” ujarnya sambil tersenyum dengan sperma aku di wajahnya.
“Iya yank, sama-sama, tapi katanya dulu kamu geli sama sperma, kok sekarang gak?”
“Ini kan punya ayank, jadi aku juga harus bisa cinta dia sama kayak aku cinta ayank, lagian rasanya enak kok, amis gimana gitu,” ujarnya sambil setelah tertawa.
“Yaudah, sini aku bersihin spermaku,” ujarku dan mengambil selang untuk membersihkan wajahnya.