Semua ini bermula pada November 2009, satu hal yang masih kuinget, itu adalah pertama kalinya aku pegang payudara cewek aku, tapi bukan itu yang mau aku ceritain, tapi cerita pertama kali aku make love sama cewekku, yang udah aku anggap kayak Istriku sendiri, ngarep banget. Ceritanya, Bokap, Nyokap, n Adeku semuanya keluar kota, berhubung ada kuliah padat, ditambah jadwal ujian, makanya aku harus tinggal di rumah, sementara mereka jalan-jalan ke luar kota, got damn banget, mereka seneng-seneng, sementara aku harus jaga rumah, beresin rumah, dan ngerjain pekerjaan rumah. Tapi aku seneng, setidaknya aku ada waktu berduaan sama cewekku. Semenjak rumah aku sepi, dari Juli 2010 aku sering manfaatin waktu bersama cewek aku, yah gak pernah make love, cuma sekedar kissing, licking, dan paling banter juga petting, itu pun ditutupin pake kaen tebel, supaya gak terjadi apa-apa, maklum aku takutan gan. Tapi, semuanya berubah saat itu, emang aku sering berantem sama cewek aku, karena masalahnya adalah kita jarang ada waktu buat berduaan lagi, udah sebulan lebih kita sama-sama jaga nafsu, dan inilah saatnya. Aku jemput cewek aku pagi-pagi, jam 09.00, sampe di rumah jam 10.00, berhubung di lingkungan aku, orang-orang pada don’t care sama tetangga, jadinya kita gak peduli mau apapun yang terjadi, karena mereka juga cuek. Setelah masukin mobil ke garasi, kunci pager depan, masuk rumah dan kunci pintu, semuanya dimulai di sini. Saat masuk kamar, aku sengaja pasang AC di suhu 16, sementara anginnya kenceng, tujuannya supaya nanti bisa makin hot. Perlahan, aku buka bajunya yang longgar, aku liat emang payudaranya udah kenceng, mungkin daritadi dia udah ngebayangin nikmat putingnya diisep. Aku buka perlahan bra hitam yang juga longgar, akhirnya aku liat deh putingnya yang udah mengeras. Dia pun gak kalah, saat itu juga dia buka celana aku, n aku juga buka celananya dia. Tinggallah kami berdua cuma pake CD. “Punya kamu udah kenceng aja yank,” ujarnya sambil mengelus penisku. “Iya, aku udah gak sabar nih,” kataku sambil mengelus kedua payudaranya yang besar. “Aaaaaaaaaaaahh, enak banget yank.” Melihat reaksinya yang sangat menikmati itu, aku pun mulai mencium bibir pink tipisnya itu, kulumat perlahan bibirnya dan ia mulai memasukkan lidahnya ke mulut aku. Kuputar pelan putingnya, dan aku mulai bermain dengan putingnya. Setelah sekian lama, kurebahkan dirinya di atas ranjangku. Aku berada di atas dirinya, dan aku tetap menciumnya dengan penuh nafsu. Aku mulai menjamah telinga kirinya, kulumat dan perlahan ku jilati dengan lembut telinganya sambil tanganku tak henti meremas salah satu payudaranya, sementara tangan kananku meremas payudaranya, tangan kiriku menjamah pantatnya yang sangat kencang. “Aaaaaaaaaaaaaaaahhh, yank, enak banget, udah lama aku gak ngerasain ini,” katanya sambil mendesah nikmat. “Iya yank, tenang aja, ini masih permulaan.” Setelah itu, aku kembali mencium bibirnya, kali ini ia jauh lebih liar, ia menghisap kuat-kuat lidahku sembari kumainkan kedua pantatnya. Dan aku menggesekkan dadaku ke payudaranya, saat kedua putingku beradu dengan kedua putingnya, ia semakin menggelinjang kenikmatan. Ia pun ikut aktif menggesekkan putingnya. Selesai aku mencium bibirnya, kulanjutkan dengan mencium telinga kanannya, kulumat dan kuhisap, seperti yang aku lakukan kepada telinga kirinya. Ia pun semakin menikmati permainan itu. Tubuhnya makin mudah kukendalikan dengan sentuhan dan remasan yang kulakukan pada pantatnya. Semakin kujilatin lubang telinganya, semakin ia mendekapku erat sembari mendesah kenikmatan. Setelah kurasa cukup, kulanjutnya dengan menjilati lehernya. Tentunya lehernya pun bersih dan juga mulus, sehingga aku sangat menikmati permainan itu. Saat aku menjilat dagu sampai bagian bawah lehernya, aku tahu dia semakin tak terkendali. Kuubah posisi, aku kini berada di bawah dan ia berada di atas, dan aku tetap menjilati lehernya, sementara kedua tanganku kini mulai bermain ke lubang pantatnya. Kusentuh lembut lubang itu, ia pun semakin merasa kenikmatan, maklum ini baru pertama kalinya aku menyentuh lubang itu. Aku pun memainkan lubang tersebut, sementara aku tetap menjilati lehernya, dengan lembut tapi bernafsu. Kini ia menempelkan vaginanya di atas penisku, dan aku merasa ia telah basah, karena CD-ku terasa hangat dan becek. “Yaaaaaaaaaaaaank, aah aah aaah aaaah, ini enak banget,” ujarnya dengan lirih. “Iya yank, nanti aku tambahin lagi yah enaknya,” ujarku dan aku mulai memasukkan pelan-pelan jarriku ke dalam lubang pantatnya. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ah,” desahnya panjang, dan aku tahu ia menikmati itu. “Enak gak yank kalo begini?” “Bangeeeeeeeeet,” ia mulai tak terkendali. Sesaat kemudian, aku menghentikan permainan, kutukar posisi kembali, dan kini aku dengan mudah dapat memainkan kedua payudaranya dengan lidahku. Tubuh putih mulusnya kini telah berkeringat sementara AC yang kunyalakan biasa sangat dingin kini tidak terasa lagi. “Yank, sumpah aku baru ngerasa ini nikmat banget, gak kayak biasanya,” katanya sambil terengah-engah. “Ayank masih mau lebih lagi?” “Mau banget, tambahin yah yank.” Ia mulai meraba penisku, sejak tadi memang belum tersentuh oleh jadi mungilnya. Ia mulai memegangnya dari batang sampai ke biji penisku. Kini aku yang mulai menikmati sentuhan itu. Ditengah nafsunya yang masih membara, ia mulai melucuti celana dalam yang sejak tadi masih aku kenakan. Dan mengacunglah penisku yang telah keras berurat. Ia mengelus kepala penisku dan mulai menyentuh lubang kemihku yang sejak tadi mengeluarkan lendir. Tangan mungilnya menjelajah penisku dengan lembut, saat sampai di bijinya, ia mulai meremas, dan kurasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Sungguh, ini pertama kalinya aku diperlakukan begitu, dan aku merasakan seperti ada di surga. Saat ia mulai meremas lebih keras, kini aku mulai menjelajah payudaranya yang besar, mungkin dua setengah kali genggaman tanganku. Kujilati dari bagian luar payudara kanannya dengan arah memutar. Ia pun mulai mendesah, kini ia makin cepat meremas bijiku. Saat aku mulai mendekati aerola dan putingnya, ia mulai meraih batang penisku. Ia makin menjadi, sebelumnya ia tidak pernah mau meremas atau mengocok batang penisku secara langsung, tetapi kini semuanya telah terjadi. Saat aku tiba di putingnya, kujilati lembut dan akhirnya aku menjilatinya dengan keras. Kini ia makin tak terkendali, mungkin karena kenikmatan yang ia terima ia tidak lagi mengocok penisku. Ia mendekap erap kepalaku dan ia mendesah makin keras, sungguh ini baru pertama kali terjadi sejak Juli 2010. Ia adalah tipe wanita yang bisa orgasme meski hanya melalui payudaranya, dan aku tahu sebentar lagi ia akan orgame. Aku makin kencang menjilat dan menggigit putingnya, dan aku mulai menempelkan batang penisku ke vaginanya yang masih terbungkus CD. Sesaat setelah aku menyentuh vaginanya, ia mulai bereaksi, ia akan orgasme. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menggesek batang penisku di luar vaginanya. “Ayank, jelly kamu kok lebih gede dari biasanya?” tanyanya sambil menikmati permainanku, jelly adalah sebutan dia untuk penisku. “Mungkin karena pepep kamu yank,” ujarku dengan tetap mempertahankan kecepatan, pepep adalah sebutanku untuk vaginanya. Akhirnya, setelah 15 menit kami bermain, ia orgasme untuk pertama kalinya. Tubuhnya menggelinjang tanda kenikmatan yang amat sangat, kepalaku semakin didekapnya dengan erat, dan aku mulai menghisap putingnya dengan keras. “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aah ayank, aku dapet,” ujarnya selalu setiap kali orgasme. “…” aku tetap menghisap putting mungilnya dengan keras. “Aaaaaah,” saat itu ia makin mendekapkan kepalaku ke payudaranya. Setelah hampir semenit, ia baru melemas, tetapi tidak denganku. Aku tetap menggesekkan penisku ke luar vaginanya yang sudah sangat basah. Biasanya ia memintaku untuk berhenti sejenak saat orgasme, tetapi kali ini tidak, ia malah menyodorkan payudara sebelah kirinya. Dan kuulangi menjilati dari luar payudara sampai ke putingnya. Kali ini ia tidak dapat mengelak bahwa tubuhnya telah dipenuhi nafsu birahi yang sangat besar, butuh banyak orgasme untuk membuatnya puas. Aku masih menggesekkan penisku, dan aku rasa ia mulai terbiasa dengan itu, karena ia mulai mengikuti irama permainanku. Ia pun menyodorkan vaginanya berulang-ulang sama seperti sedang melakukan hubungan seksual. Aku tetap menjilati putingnya, dan aku tahu jarak orgasmenya tidak akan lama lagi. Dan benar saja, hanya beberapa menit, ia mulai menggelinjang kenikmatan, dan kali ini ia berteriak dengan keras, baru pertama kalinya mungkin ia merasakan itu. “Ayaaaaaaaaaaaaaaaaank,” teriaknya dengan penuh kenikmatan. “…” tentunya itu semakin membuatku menambah kecepatan peluru untuk menggesek vaginanya yang telah basah sekali. “Aku udah gak tahan ayank, kamu udah buat aku nafsu banget.” Setelah hampir semenit, gejolak orgasme-nya pun mereda. Wajahnya sangat merah saat itu, ternyata ia masih menyimpan nafsu yang sangat besar, apakah waktu sebulan tidak “begituan” membuat dia begitu bernafsu? Aku tidak tahu, tetapi aku benar-benar lelah, namun tidak dengan penisku. Aku mulai menjilati bagian tengah payudaranya, dan aku mulai turun ke perutnya. Keringat mengucur deras di seluruh tubuhnya, tetapi aku tidak mau menyerah karena aku sebenarnya ingin merasakan nikmat vaginanya, entahlah mungkin karena nafsuku telah terlalu besar untuk dihentikan. Saat aku melewati bawah perutnya, kuraba vaginanya yang telah basah, tentu saja celana dalamnya sudah banjir, dan ini baru pertama kalinya. Aku melucuti celana dalamnya, dan ia hanya diam tanpa berkata apapun, kecuali desahan yang keluar saat tanganku sengaja menyentuh bibir vaginanya. Kuperhatikan dengan seksama, vaginanya masih sangat indah, masih gemuk dan ditumbuhi dengan rambut-rambut halus yang membuatnya terlihat semakin indah. Cairan vaginanya juga sudah sangat banyak, sehingga kulihat rambutnya telah basah dengan cairan tersebut. Aku mulai menjelajah bagian itu dengan lidahku, sungguh rasanya asin karena cairan itu, tapi vaginanya tidak berbau asam, aku tahu memang ia sangat merawat tubuhnya. Saat aku menjilat bibir vaginanya, aku berteriak kenikmatan, aku tahu ini pertanda baik, berarti sebentar lagi vaginanya siap untuk dimasuki oleh penisku. Aku menjelajah ke dalam liang vaginanya, lidahku menemukan daging kecil yang mengeras di ujung ada vaginanya, mungkin ini adalah klitoris yang biasa mereka sebut, sungguh ini pertama kalinya aku sampai ke tahap ini. Semakin kujilat bagian itu, semakin ia berteriak dengan menyebut namaku. Tidak lama, seperti dugaanku, ia kembali orgasme, dan aku merasakan cairan vaginanya mengalir terus membasahi mulutku, kunikmati cairan itu dan aku mulai ketagihan untuk menikmatinya. Ia menggelinjang kenikmatan, dan yang bisa ia lakukan kini adalah menjambak rambutku sembari berteriak kenikmatan, ini lebih lama dari orgasme yang biasanya terjadi, dan aku tahu ia merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Setelah hampir dua menit, ia selesai dengan orgasmenya, tubuhnya kembali melemas, tetapi aku tidak mendengar kata-kata, “udah yank, aku cape,” yang biasanya dia katakan saat ia telah kelelahan, tetapi kali ini aku tidak mendengarnya. Asumsiku, ia masih mau lagi, aku mulai berinisiatif untuk kembali ke atas, dan aku mulai mencium payudaranya yang besar itu. Kutempelkan penisku di atas vaginanya, rasanya hangat dan licin sekali, sungguh ini sangat nikmat dan membuatku ingin menggesekkan penisku langsung di atas vaginanya. Saat kujilati puting kanannya, aku mulai menggesekkan penisku dengan perlahan dan akhirnya cepat, aku tahu ia menikmatinya. Sesekali kulihat lidahnya menjulur diantara mulutnya yang terbuka sambil mengeluarkan suara desahan yang membuatku semakin dibutakan nafsu. Tentu saja, aku semakin menikmati itu, kujilati payudaranya, cukup lama, tetapi ia tidak kunjung orgasme seperti biasanya. Dan aku mulai berani untuk menempelkan ujung penisku di ujung vaginanya, aku sudah siap untuk memasukkan penisku, dan aku mulai mengambil ancang-ancang. Aku meremas payudaranya dengan cepat, sementara kini aku kembali mencium bibirnya, ia menjulurkan lidahnya untuk kulumat, dan ia dengan sengaja mengaitkan kedua kakinya kepunggungku, ya, ia telah siap untuk disetubuhi pertama kalinya olehku. Tetapi aku tetap tidak terburu-buru, aku hanya berusaha untuk menempelkan ujung penisku mengarah ke liang vaginanya. Itu pun sudah membuatnya mendesah semakin hebat. Kugerakkan maju mundur penisku dengan pelan-pelan, supaya vaginanya terbiasa, dengan maksud untuk mempermudah masuknya penisku dan meringankan sakit yang akan ia terima nanti, hal itu kudapatkan dengan membaca buku seksologi. Semakin lama, kepala penisku semakin memasuki liang vaginanya, ia semakin mendesah kenikmatan. Dan setelah sekian lama, ia mulai bereaksi, mungkin karena ia ingin merasakan bagaimana rasanya make love, akhirnya ia menekan punggungku dengan kakinya, dan akhirnya perlahan aku mulai memasukkan penisku. Ah, buku itu berbohong, tetap saja aku sulit untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya, dan ia tetap merintih kesakitan saat mili demi mili bagian penisku menyesaki liang vaginanya. Rasanya penisku seperti dihisap kedalam vaginanya, hangat, basah, dan juga mencengkeram, aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini. Kunikmati keadaan seperti itu dengan mata yang terpejam, kenikmatan surgawi sesaat yang membuatku buta dan terjurumus ke dalam dosa besar, tetapi aku tidak dapat memungkiri ini, aku tidak dapat melepaskan kenikmatan ini begitu saja. Ia pun begitu, matanya terpejam dengan rintihan-rintihan yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Aku menikmati pijatan dari dinding vagina Sinta, mereka seakan berkata kepadaku untuk tidak mencabut penisku. Sudah kulakukan, aku telah merenggut keperawanannya, tetapi mengapa tidak ada darah? Aku sempat curiga sesaat, tetapi setelah aku ingat, ternyata ada tipe wanita yang memiliki hymen elastis dan tidak pecah selama kita benar membuatnya terangsang, karena dengan sendirinya hymen menjadi kuat dan tidak pecah, bersyukur sekali aku memiliki gadis seperti itu, jadi tidak perlu khawatir akan berdarah apabila aku benar merangsangnya. “Ayank, udah masuk jelly kamu, enak banget yank, ahhhhhhhh.” “Pepep kamu yank, pijetin jelly aku, makasih yah yank, udah ngebolehin aku ML sama kamu.” “Sama-sama yank, karena aku yakin, sebentar lagi kita nikah dan aku yakin banget kita akan begini hari ini, sekarang tubuh aku cuma punya kamu yank, bikin aku bahagia yah,” ujarnya dengan wajah yang amat sangat terangsang. Setelah sekian lama terhenti, ia memaksaku untuk bergerak, kakinya menekan penisku untuk bergerak, dan aku lakukan itu dengan perlahan. Bunyi persetubuhanku dengannya sangat membuatku bernafsu, betapa tidak, suara denyitan cairan vagina yang membanjiri vagina dan membasahi kasurku sangat terdengar di kamar yang sunyi tersebut, thanks to Sharp Inverter AC, gak ada suaranya gan. Semakin lama, aku memompa semakin cepat, kucium bibir pinknya yang tipis sekali lagi, ia pun menyambutku dengan sangat antusias. Ia melumat lidahku dengan kuat karena kenikmatan yang memang tiada duanya ini, kurasakan aliran darahku memusat di penis yang memang sudah tidak lama mendapatkan layanan dari kekasihku. Ia meremas sendiri payudaranya yang besar aku tahu, pasti ia pun tidak tahan dengan rasa itu, dan tanpa aku duga, ia kembali orgasme, lagi-lagi untuk kesekian kalinya. Gerakannya yang semula kuat kini terhenti, ia mendekapku erat sementara penisku terasa dihisap dengan sangat nikmat oleh vaginanya. Sungguh, aku sangat menikmati ini, aku senang membuatnya puas. Hampir dua menit aku terdiam didekap oleh hangat tubuhnya, persetubuhan ini begitu hebat, entah mengapa aku merasa sangat nyaman dan tanpa ada rasa takut yang dahulu sering kurasakan saat aku menyentuh sedikit saja vaginanya. Ia telah terkulai lemas karena orgasmenya, tetapi aku belum, aku ingin sekali crots dengannya. Aku memutuskan untuk memutar posisi, lelah memompa, aku ingin ia sendiri yang melakukannya. Aku melepaskan penisku yang masih betah berada di vaginanya, saat kucabut rasanya sangat panjang sekali, dan itupun masih terasa nikmat saat penisku masih ereksi. Kini, ia telah ada di atas tubuhku, kami memilih posisi cowgirl. Vaginanya memang masih rapat, ia sempat kesulitan untuk memasukkan kembali penisku ke dalam vaginanya, dan setelah masuk ke dalam vaginanya yang masih basah, ia merebahkan kepalanya di dadaku, kali ini ia memainkan putingku. Ia menjilatinya dengan liar, sementara aku masih menikmati sensasi dinding vaginanya yang masih memijat penisku dengan keras. “Ayank, abis ini aku harus gimana?” tanyanya dengan senyum penuh nafsu. “Kamu naik turun aja yank, tapi jangan sampe lepas jellynya.” “Begini yank?” tanyanya kembali sembari memperagakan apa yang kuperintahkan. “Aaaah, ayank sumpah nikmat banget, rasanya aku pengen crot yank,” ujarku sambil memejamkan mata. “Kamu mau crot dimana yank?” “Di dalam pepep boleh gak?” pintaku dengan nada pelan “Tapi aku hamil gak yank?” “Kamu terakhir dapet kapan yank, belom lama kan?” “Kira-kira 3 hari yang lalu.” “Gak hamil yank, tenang aja,” ujarku menenangkannya. Ia mulai bergerak, perlahan-lahan naik dan turun. Kali ini aku yang merasa dikendalikan olehnya, ia terlihat tersenyum puas melihatku merem melek menikmati genjotan pinggangnya. Payudaranya yang besar naik turun seiring dengan kuatnya gerakannya untuk memompa vaginanya. “Yank, susu kamu seksi banget deh,” ujarku. “Iya yank, ayank suka?” “Suka banget, coba gerakannya lebih mantep lagi, nanti aku crot deh.” “Jangan dulu, pokoknya harus bareng, kalo gak aku ngambek,” ujarnya menggerutu sembari melambatkan gerakannya. Ia mulai mempercepat lagi gerakannya, kuraih kedua payudaranya, dan meremas dengan penuh nafsu birahi yang telah memusat ke dalam penisku yang terpompa kencang di dalam vaginanya. Ia mulai menikmati remasanku, terlihat ia yang tadi tersenyum nakal, kini mulai terpejam, dan gerakannya tak terkendali, karena kenikmatan yang tidak terelakkan ini aku merasakan aku akan crots. Kuraih tubuhnya yang memang agak berat itu, kudekap ia erat sembari kucium bibirnya yang lembut tersebut. Aku terbawa ke permainannya, dan aku mulai ikut memompa sesekali untuk menambah kenikmatan yang kurasakan. Setelah sekian lama aku menunggu, saatnya tiba, aliran darah yang tak terkendali merasuk ke dalam batang penisku, ditambah rangsangan luar biasa dinding vagina Sinta yang sangat membuatku kenikmatan, akhirnya aku mengeluarkan spermaku di dalam vaginanya yang nikmat itu. Tidak lama setelah itu, ia pun orgasme, untunglah aku tepat mengatur waktu orgasme yang tepat. Aku masih menciumnya dengan penuh nafsu sembari penisku memuntahkan cairan putih kental yang seakan tak hentinya mengalir. Penisku kembali terasa terhisap ke dalam vaginanya yang nikmat tersebut, cukup lama aku crots dan aku masih menunggu Sinta selesai orgasme, kurasakan cairan spermaku sendiri keluar dari liang vaginanya yang masih berdenyut memijat penisku yang mulai mengendur. Sungguh nikmat sekali persetubuhan ini, tidak kusangka, aku bisa menikmati tubuhnya dengan sempurna, akhirnya aku mendapatkan keperawanan yang selama ini ia pertahankan untukku. Ada rasa kebanggaan dan rasa cintaku yang selama ini memang hanya untuknya. Setelah lama, akhirnya kulepaskan penisku, dan kucium keningnya dengan lembut lalu bibirnya pula. Spermaku mengalir dari vaginanya bercampur dengan lendir yang masih tetap mengalir deras tanda ia masih sanggup bermain. Tetapi kulihat lelah dan nafasnya terengah, mungkin ia sudah lelah setelah lima kali orgasme yang panjang dalam 45 menit yang nikmat ini. “Ayank, aku makin cinta sama kamu, aku janji gak akan ngambek lagi asal kamu bisa kasih aku ini lagi,” ujarnya dengan senyum yang manis. “Iya ayank, kalo ada waktu pasti aku kasih ini ke kamu kok, kamu nikmatin banget yah?” “Banget yank, tapi aku gak hamil kan yank?” tanyanya dengan wajah yang penasaran. “Gak kok sayang, sekarang aku cape yank, nanti lanjut lagi yuk, sekarang mendingan kita bobo, nanti sebelum mandi kita lanjutin yah.” “Iya sayang.” Setelah itu, aku tidur di sampingku, dan aku merangkul kepalanya sembari mengusap rambutnya yang panjang dan lembut tersebut. Kini aku tahu, ia hanya milikku selamanya, dan mulai saat ini tidak ada lagi yang dapat memisahkan aku dengan dirinya, karena ikatan batin dan seksual yang kuat telah tercipta diatara kita. Ia pun langsung tertidur di rangkulanku, aku pun menyelimuti tubuh kami yang masih telanjang bulat, dan kami tertidur untuk ronde berikutnya. | ||