Menjadi seorang gay, bukanlah kemauan setiap orang. Seperti diriku ini, aku juga tidak mengharapkan kalau aku di lahirkan untuk menjadi seorang gay, seorang lelaki yang menyukai sejenisnya, bukan menyukai lawan jenisnya. Kalau ada pertanyaan mengapa seseorang itu bisa menjadi gay, aku tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Banyak hal yang bisa membentuk seseorang menjadi gay, tapi aku tidak ingin membahas hal ini karena banyak sekali kemungkinan yang bisa menjadi dasarnya.

Kalau di tanya mengapa aku menjadi seorang gay? Aku juga tidak bisa memberikan jawaban yang pasti, kemungkinannya ada beberapa hal, bisa saja karena sejak lahir aku telah mempunyai kelainan genetik atau mungkin karena pengaruh keluargaku.

Sejak kecil, aku lebih banyak mendapatkan perhatian dari ibuku dibanding ayahku. Hal ini bisa di karenakan ayahku sudah cukup berumur saat aku di lahirkan dan hal lainnya aku juga bukanlah anak yang pertama ataupun kedua tetapi anak yang kesekian. Dan di usia ayahku itu, mungkin dia udah lelah untuk memanjakan anaknya. Jadi singkatnya, aku lebih banyak merasakan perhatian dari ibuku dan kakak-kakak perempuanku dan hasilnya aku bersikap jadi kewanita-wanitaan.

Sewaktu kecil, aku lebih senang bermain boneka di banding mobil-mobilan, di sekolah aku lebih banyak bergaul dengan teman-teman perempuan dan mungkin juga gayaku saat itu juga rada kemayu sehingga tak pelak lagi, sebutan banci atau bencong melekat padaku.

Sewaktu masa SD, SMP, aku mungkin tidak terlalu peduli akan sebutan itu, tetapi di masa SMU aku mulai gerah menerima sebutan itu, dan perlahan aku mulai mengubah sikapku dalam bergaul, mulai dari cara ngobrol, cara bersikap dan banyak hal lain. Tapi sebutan bencong itu tetap melekat dalam diriku hingga aku SMU, karena teman-temanku mengenalku sejak kecil. Dan setamat SMU, aku mulai kuliah di sebuah universitas di kotaku.

Dan aku merasa beruntung karena di kampusku itu, aku tidak bertemu lagi dengan teman-teman SMU-ku yang dulu, sehingga aku mulai bisa berubah sikap untuk menjadi seorang lelaki yang jantan, dan macho dan tidak ada lagi yang menyebutku dengan sebutan "banci".

Tetapi satu hal yang tidak bisa ku ubah dari diriku, yaitu rasa menyukai sesama jenis. Hal ini sudah kurasakan sejak aku masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Saat itu aku sudah mulai suka sekali untuk melihat yang namanya penis dan aku beruntung mendapatkan teman sekolah yang bisa memuaskan keinginanku saat itu. Dari temanku itu, aku merayunya hingga mereka membiarkan diriku untuk boleh memegang penisnya bila mereka bermain di rumahku.

Awalnya, setiap ketemu kami hanya saling memegang penis, memegang tubuh pasangan dan belum tahu yang namanya oral apalagi anal. Kemudian setelah duduk di bangku kelas 3 SMP, saat itu teman-teman mulai suka ke rumahku untuk menonton blue film karena kebetulan rumahku sepi. Dan dari pengalaman menonton film biru itu, kami berdua mulai suka membuka baju masing-masing dan mulai suka untuk mencium badan pasangan masing-masing, menjilatin puting dan saling ciuman tetapi belum berani untuk melakukan oral.

Sampai suatu waktu, saat kami berdua nonton film biru lagi, tiba tiba timbul keinginan bagi kami untuk mengikuti adegan yang ada di layar. Dan baru saat itu kami mulai saling mengoral satu sama lainnya dan kemudian saling menggesekkan penis kami berdua sampai kami berdua sama-sama orgasme dan kemudian pergi ke kamar mandi untuk mencucinya. Hal itu sering kami lakukan apalagi di dukung oleh keadaan rumahku yang selalu sepi setiap hari. Dan hal itu tetap berlanjut hingga aku duduk di perguruan tinggi. Setiap kami bertemu di rumahku dan keadaannya mendukung, maka kami akan kembali melakukan hal itu.

Herannya, meskipun kami berteman sejak kecil dan melakukan hal itu berdua sejak kecil, tetapi kami tidak pacaran. Dan temanku itu boleh di bilang biseksual, karena dia masih bisa memacari cewek-cewek dan aku tidak pernah cemburu. Mungkin itu karena aku punya targetku sendiri yaitu cowok-cowok lainnya. Aku seorang yang punya nafsu besar dan ingin selalu melakukan hal itu dengan siapa saja yang aku temui.

Kemudian kami berpisah, aku sibuk dengan kuliahku dan dia juga, kami tinggal di satu kota tetapi berlainan jalan dan aku jarang mengkontaknya lagi. Dan saat itu untuk memenuhi nafsu birahiku yang besar, aku tiap hari melakukan onani sambil membayangkan bisa bermain seks dengan mereka. Kemudian aku suka sekali berenang dan hampir setiap hari aku pergi ke kolam renag, sampai suatu hari setelah siap berenang, aku menuju ke kamar mandi untuk mandi dan membilas badanku di shower.

Saat itu kurasakan ada seseorang yang selalu menatapku dan berusaha mengajakku ngobrol. Yah sebagai seorang yang bisa cepat akrab dengan siapa saja, kami mulai terlibat percakapan ringan. Sampai akhirnya dia memegang badanku dan mengatakan kaau badanku bagus, aku hanya tersenyum dan membalas ucapannya,

"Nggak usah ngejeklah, masa perut berlemak begini di bilang bagus."

Tetapi dia terus meraba badanku dan akhirnya memegang penisku, aku sempat tersentak, tapi dia punya jawaban yang bagus, katanya ada kotoran di penisku dan dia mengambilnya. Yah sebenarnya aku sudah tahu apa mau-nya dan aku cuman pura-pura saja dan akhirnya, kami berdua menuju toilet, mengunci pintu dan yah kalian tahu apa yang terjadi.

Hidupku begitu liar pada masa-masa tahun pertama, kedua dan ketiga saat duduk di bangku kuliah. Saat itu aku masih belum di berikan fasilitas honda ataupun mobil dari perusahaanku bekerja, sehingga praktisnya aku lebih banyak naik angkot ataupun taxi. Dan yang paling kusukai adalah naik Taxi ataupun becak untuk pulang-pergi ke kampus. Oh sebelum lupa, aku kuliah pada waktu sore hari karena siangnya aku bekerja.

Bila hari-hari biasa aku pergi ke kampus dengan angkot, maka pada waktu-waktu hujan deras, aku lebih memilih naik becak ataupun taxi, meskipun harganya lebih mahal, tapi aku punya keuntungan dobel. Yang pertama aku tidak kena hujan dan yang kedua tentunya aku bisa berkenalan dengan supir-supir taxi tersebut. Dengan cuaca yang saat hujan, di saat perjalanan, aku akan langsung memberikan beberapa pertanyaan menjurus ke supir taxi tersebut. Seperti,

"Wah hujan-hujan begini enaknya ngapain yah Mas?". Atau
"Sepulang antar saya, Mas pasti langsung pulang ke rumah untuk memuaskan adik kecil Mas, tul nggak?".

Dan bila kurasa jawaban yang di berikan adalah lampu hijau, maka tentunhya aku akan segera mendaratkan tanganku di gundukkan penisnya serambi berkata, "Wah udah naik nih Mas, hahahaha pengen ya?".

Dan bila supir taxi itu tidak mengelak, maka aku akan mulai membuka resleting celananya dan memegang langsung penisnya, kemudian mengarahkan supirnya untuk memakai jalan-jalan yang sepi kemudian aku mengeluarkan sapu tangan dari saku celanaku dan membersihkan penisnya dan yah memberikan oral padanya sampai dia merasa puas.

Tapi tak banyak kesempatan seperti itu datang padaku, selain ada beberapa supir yang tidak mau melakukannya denganku, juga terkadang kalau aku merasa tidak suka dengan supir taxi yang kutumpangi, biasanya aku akan duduk diam saja di taxi. Biasanya, aku lebih selektif memilih taxi, aku akan memilih yang berperawakan bersih dan enak di lihat.

Tapi yah itu semua masa laluku. Dan dua tahun belakangan ini, aku lebih bisa mengendalikan nafsu-ku, aku mulai tahu bahaya penyakit AIDS, dan aku tidak ingin menjadi salah satu korbannya. Aku tidak seliar dulu, mulai tahu memilih pasangan one night stand. Biasanya aku mau melakukan one night stand dengan lelaki yang aku suka, berpenampilan bersih dan ya berharap aku bisa memberikan service yang terbaik sehingga dia mau menjadi pacarku, tetapi aku sering kecewa, karena mereka hanya mengharapkan seks sesaat denganku.

Dan saat ini aku merasa hidupku lebih baik dari kehidupanku yang dulu, lebih teratur, tidak seliar dulu. Aku lebih banyak menghabiskan waktu luangku untuk chatting dengan teman-teman sehati, berharap menemukan seseorang yang mau menjadi pangeran dalam hidupku. Sebetulnya sudah sejak lama aku mengharapkan untuk segera mendapat pacar, tetapi ternyata mendapatkan seorang pacar di dunia gay ini sungguh sulit. Penampilan tidak merupakan masalah bagiku, karena aku sendiri juga bukan perfect person, wajahku juga biasa saja.

Hal yang membuat aku susah mendapatkan pacar, mungkin karena aku orangnya rada aneh. Aku suka chatting, suka berkenalan dengan teman-teman sehati, tetapi aku sulit untuk memberikan nomor handphoneku, di tambah aku juga orangnya sekarang sangat hati-hati, tidak berani melakukan copy darat, selain nggak pe de, aku juga takut bertemu dengan orang yang salah.

Aku ingin tidak banyak yang mengetahui kalau aku seorang gay, aku hanya ingin saat ini ada seorang pria dewasa dalam hidupku, menemaniku, itu sudah cukup, tapi yah mau cari dimana pangeran itu? Sebelumnya aku punya beberapa temen gay disini, kita sering share, tapi karena aku selalu menolak saat diajak jumpa, akhirnya mereka nyerah dan tidak pernah menghubungiku lagi, yap aku sedikit aneh. Tapi bagus juga mereka berbuat begitu, dengan begitu aku tahu kalau mereka memang bukan pasangan bagiku, karena mereka tidak punya kesabaran hahaha, aku ingin mendapatkan seseorang yang sabar sehingga kelak aku akan tertulari ilmu sabarnya.

Kapankah akan kudapatkan seseorang yang akan menemani hari-hariku, berbagi suka dan duka, saling membangun untuk hidup lebih baik dari sebelumnya, bukan hanya sebatas untuk seks, yah aku siap menikah dengan lelaki juga, tapi tentunya bukan disini.

Terakhir, bagi yang ingin berkenalan denganku, berbagi pengalaman hidup, menjadi teman ataupun ingin menjadi pangeranku, bisa mengirimkan email buatku. Aku, lelaki berumur 25 tahun, 175 65, straight act.

Bersambung . . .