Setelah tulisanku yang pertama di muat, aku menerima beberapa email yang masuk ke dalam inbox emailku. Dan kebanyakan dari mereka menyatakan kalau kisahku itu mirip dengan kehidupan mereka, cuma mungkin mereka tidak punya waktu atau kemampuan untuk menulisnya disini. Dan ada beberapa yang juga menyatakan keinginan mereka untuk mengenalku lebih jauh dan berharap bisa menjadi pangeranku seperti yang aku inginkan pada kisahku sebelumnya.

Dan aku berterima kasih untuk semua email yang telah dikirimkan untukku dan tentunya semua sudah menerima balasan dariku. Aku berharap kita bisa bertahan dalam menjalin pertemanan yang baru kita lakukan dan untuk masalah "pangeran," aku rasa itu adalah sesuatu yang butuh waktu. Jadi Kita jalankan saja hidup ini mengikuti waktu yang terus berjalan dan lihat apa yang akan terjadi nantinya.

Berbicara mengenai cerita-cerita dalam situs ini, kadang aku merasa iri dan cemburu, membayangkan begitu mudahnya seseorang itu menemukan pasangan gay-nya, bukan untuk masalah pasangan untuk making-love tetapi lebih kepada masalah menemukan teman hidup. Aku iri sekali saat membaca kalau ada seseorang yang sudah menemukan pacarnya, hidup bersama dalam arti bukan serumah, tetapi dalam menjalankan hidup ini berdua, ada yang perhatian, ada teman untuk aktivitas dan teman untuk berbagi disaat senang atau saat duka melanda.

Aku sudah ingin sekali memiliki hubungan itu, menemukan seseorang yang aku sayangi dan menyayangi aku, tapi entah kapan akan kutemukan. Selama ini tentunya aku lebih banyak merasakan cinta "bertepuk sebelah tangan", menyukai seseorang, tapi dia tidak menyukai diriku. Entah apa yang salah dengan diriku.

Mungkin di karenakan aku juga terlalu berhati-hati dalam memilih pasangan dan terlalu banyak dalam memilih. Enggak tahu kenapa, aku lebih banyak mengikuti feelingku saat melakukan sesuatu. Tapi terkadang aku merasa benar dalam mengikuti feelingku itu. Seperti pengalamanku dengan seorang pria, dia aku kenal dari sebuah chat room dan dia juga tinggal di kota yang sama denganku. Setelah chat beberapa saat, dia meminta nomer handphoneku dan sepeerti biasa, aku memintanya untuk memberikan nomernya duluan kepadaku, baru aku akan mengirimkan SMS kepadanya, aku tidak mau tertipu. Yah akhirnya kami telah sama sama memberikan nomer masing masing. Dan perkenalan kami tetap berlangsung lewat SMS ataupun telepon. Dia meneleponku duluan dan kemudian setelah beberapa hari, kami memutuskan untuk bertemu. Yah aku bersedia karena dari suaranya aku merasa dia cukup baik, cukup care dan suaranya juga manly banget, nggak ada nada sissy atau keriting.

Kemudian pada hari yang di tentukan, kami bertemu di suatu tempat. Pada pandangan pertama, aku sudah merasa tidak suka dengan dirinya, entah mengapa. Wajahnya cukup oke, cuman gue rasa tidak menyukai penampilannya dan aku rasakan ada sesuatu yang membuatku tidak merasa nyaman dengan orang ini setelah bertemunya. Tapi aku tidak begitu saja meninggalkannya, aku masih berdamai dengan diriku, mencoba mengikuti komitmen yang telah kuperbuat dalam diriku sendiri yaitu, JANGAN MELIHAT ORANG DARI PENAMPILAN LUARNYA, TETAPI LIHAT APA YANG ADA DIDALAMNYA.

Dan setelah berdamai dengan diriku sendiri, aku mencoba bersikap wajar, menunggu apa yang akan dia katakan atau lakukan. Tetapi semakin dia berbicara, aku semakin merasa tidak nyaman. Akhirnya kami memutuskan untuk ke rumahnya, karena dia mengatakan kalau dia ingin mengambil barangnya yang ketinggalan. Tetapi aku sudah tahu apa maksud dia sebenarnya. Lalu sesampai di rumahnya, kami menuju kamarnya dan anda tentu tahu apa yang kami lakukan di dalam.

Setelah itu, aku permisi untuk pulang ke rumahku dan aku tetap merasa kalau dia bukan pasangan untuk diriku tetapi aku tetap berdamai dengan diriku untuk tetap menjalin hubungan. Aku tahu kalau mendapatkan pasangan itu susah dan masa gara-gara tidak menyukai penampilannya saja, aku harus meninggalkannya, itu nggak fair menurutku.

Lalu setelah sampai di rumah, aku menemukan dalam handphoneku ada panggilan tidak terjawab dari cowok tersebut dan aku merasa heran mengapa aku tidak mendengar panggilan itu, padahal seharusnya aku mendengar kalau handphoneku berbunyi. Tetapi aku tidak mempersoalkannya dan lalu aku menelepon balik dan bertanya mengapa dia meneleponku, dan dia menjawab,

"Sorry yah Her, tadi cuman miss call, soalnya pulsa gue sudak hampir habis, jadi aku menelepon kamu karena aku ingin minta kamu belikan dulu voucher pulsa untuk handphoneku."

Lalu aku meminta maaf kepadanya dan berkata kalau aku sudah di rumah dan tidak punya rencana untuk keluar rumah lagi. Dan dia tetap meminta tolong dengan dalih kalau dia malas untuk keluar rumah untuk membeli voucher tersebut soalnya tempatnya jauh dari rumahnya. Dan aku cuma bilang akan aku usahakan.

Dari hasil menelepon itu, akhirnya aku merasakan kalau firasat burukku terhadapnya itu adalah firasat yang benar, dia menginginkan materi. Dan aku juga bukan cowok yang bodoh, aku tahu betul jalan di sekitar rumahnya dan tahu ada toko-toko apa saja di dekat rumahnya, dan aku juga tahu kalau sekitar 50 meter di dekat rumahnya ada toko yang menjual handphone, berikut pulsa dan aksesoris. Jadi dari sana, aku bisa mengetahui mengapa dari tadi aku merasa tidak nyaman berada dekat orang itu.

Mungkin anda akan memberikan komentar, mungkin saja orang itu sudah ke toko handphone untuk membeli pulsa dan ternyata tidak ada, jadi menyuruh aku untuk membelinya. Itu alasan yang lebih buruk lagi, dia tinggal di pusat kota dan beberapa mall letaknya dekat dari rumahnya sementara dia tahu betul kalau rumahku sedikit jauh dari pusat kota. Jadi tidak ada alasan untuk menyuruhku membelinya selain itu juga, baru pertama kali kenal, sudah menyuruh aku untuk membelikan ini-itu. Itu hal yang paling tidak aku sukai, lain kalau kami sudah ketemu beberapa kali dan lebih mengenal. Dan setelah kejadian itu, aku tidak mau lagi menerima teleponnya dan membalas sms-smsnya seadanya. Sampai akhirnya dia bosan sendiri.

Jadi inti yang ingin aku bahas disini adalah kadang kita berkomitmen pada diri sendiri, untuk tidak melihat orang dari penampilannya, jadi setiap ketemu orang kita mencoba untuk menerimanya (tentunya setelah beberapa point terpenuhi, misalnya nggak sissy, manly, dll) apa adanya. Mencoba menolak firasat buruk yang ada di hati dan tidak mau mengganggap itu adalah suatu penolakan dari diri kita. Dan poinnya adalah, guys ikuti kata hatimu. Jangan karena selama ini jomblo, terus terima saja apa yang datang, tanpi mengikuti isi hati.

Yah ini cuman salah satu dari begitu banyak masalah yang pernah aku alami, dan dari pengalaman itu aku jadi lebih berhati-hati untuk menemui teman-teman sehati.

Jadi memang susah sekali hidup menjadi gay, banyak problema dan dilema yang harus kita hadapi. Kadang timbul rasa penyesalan dalam diriku, mengapa aku tidak di lahirkan menjadi seseorang yang normal, menyukai wanita, berpacaran dengan wanita, memikirkan pernikahan, punya anak dan lainnya.

Sebagai seorang gay, susah sekali dalam mencari pasangan, apalagi di negara kita tercinta ini, belum semua bisa menerima makhluk seperti kita (sorry bahasanya kacau), sehingga orang-orang seperti kita, juga saya tentunya, tidak berani untuk memproklamirkan dirinya as a gay. Sehingga kita tidak tahu yang mana gay dan bukan, harus menebak-nebak dahulu, mengikuti insting ke-gay-an kita dan sebagainya. Kalaupun nantinya kita menemukan pasangan kita, atau pacar tepatnya, kita juga nggak bisa mesra-mesra di luaran, merangkul pasangan kita, menggenggam tangan mereka di jalanan, dan kalau kita menginginkan hal itu, kita cuman bisa melakukannya di bioskop, rumah dan toilet tentunya hahaha.

Aku pernah mencoba untuk mengubah orientasiku sendiri, ingin menjadi pria normal, menyukai wanita dan berpacaran dengan mereka, menikah dan seterusnya. Di mulai dari saat aku beronani, aku mencoba untuk membayangkan untuk make love dengan seorang wanita bertubuh sexy, kubayangkan aku tengah bercumbu dengan Britney Spears, Shakira, Dian Satro, J-Lo dan lainnya, tapi di akhir pertempuranku itu, tanpa kusadari Britney tiba-tiba berubah menjadi Tom Cruise ataupun Ben Afflect dan aktor hollywood lainnya. Rencana pertamaku pun gatot alias gagal total.

Hal kedua, aku mencoba untuk berpacaran dengan seorang wanita, aku merencanakan untuk lebih dekat dengan beberapa teman perempuanku yang selama ini dekat denganku (yeah! Seperti jargon di film Arisan, GAY adalah teman baik bagi perempuan). Yah aku merasa aku lebih dekat dengan beberapa teman wanita, mungkin karena aku bisa lebih mengerti mereka karena naluri ke-gay-anku. Dan aku berpikir, tentunya gampang banget untuk bisa menggaet salah satu dari teman wanitaku untuk menjadi pacarku. Dan hal ini tentunya bukan hal yang sulit bagiku. Tapi semakin aku berpikir, aku semakin takut sendiri, aku tidak mau kalau akhirnya aku pasti akan putus dengan mereka, menyakiti hati mereka, dan aku takut kalau suatu hari aku mendapatkan pasangan lelaki-ku, aku juga di campakkan begitu saja.

Jadi aku memutuskan untuk tidak lagi mengubah diriku, karena aku takkan bisa berubah lagi, berpacaran dengan wanita hanya akan merupakan topeng bagi diriku untuk menutupi siapa diriku sendiri dan kemudian akhirnya aku sendiri yang akan sakit karena akan menyakiti hati wanita itu.

Akhir kata, jadilah dirimu apa adanya, nak. Bersabarlah dalam menemukan pasangan hidupmu, jangan pernah menyakiti orang lain hanya demi untuk menutupi ke-gay-anmu. Seperti diriku, aku juga akan tetap sabar untuk menemukan pasangan hidupku. Meski urgent juga sih sekarang. Pengen banget berbagi kasih sayang dengan seseorang, saat ini juga. Ada yang tetap disampingku saat aku sedih dan senang, dan aku juga akan lakukan hal yang sama. Tapi entah kapan??

Buat yang telah mengirimkan emailnya buat aku, Terima kasih banyak. Aku berharap kita bisa jadi teman yang baik, ataupun salah satu dari kalian akan pasangan hidupku.

Bagi yang ingin sharing pengalaman, curhat, butuh dorongan moriil, jadi teman aku ataupun pengen jadi kekasihku. Layangkan email anda kepadaku.

Tamat