Pagi itu, jam 6:00, hari Minggu, aku menikmati secangkir kopi susu sambil membaca koran pagi di teras rumah. Suasana yang tepat untuk bersantai. Lagi asyik-asyiknya aku menghisap rokok A Mild kesukaanku, tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara dari halaman luar.
"Wan.. Wawan.. tolong Aku please..!" terdengar suara sedikit merintih dari luar.
Aku pun segera berdiri dari kursi malas yang kududuki. Tak berapa lama, muncul temanku, namanya Rizki.
"Wan.. tolong donk Wan.. Aku nggak kuat nih.. tolong Aku.." rintih Riski sambil tubuhnya sempoyongan.
Segera kudatangi dia sambil berlari, lalu kupapah dia masuk ke rumah.
"Kenapa kamu Riz..? Tubuh kamu kok penuh luka..?" tanyaku keheranan melihat tubuh Rizki yang penuh dengan memar dan jalannya sempoyongan.

Rizki adalah teman baikku. Aku mengenal dia sejak kuliah. Wajahnya manis, tubuhnya tidak seberapa tinggi, tapi cukup ideal. Kulitnya bersih tampak terawat sekali.
"Pa.. Papa.., sini donk Pa.. Wawan perlu bantuan nih..!" teriakku tidak sabar memanggil papa-ku.
"Ada apa Wan..?" tanya papaku.
Belum sempat aku menjawab, papa sudah berkata lagi, "Ya ampun.., Kamu kenapa Riz..? Tunggu ya, Om ambil mobil dulu."

Segera kami meluncur ke rumah sakit. Kasihan melihat tubuh Rizki. Tubuh yang biasanya tampak bersih, halus dan wajah yang cakep dan berseri, saat itu penuh dengan memar bekas tamparan dan pukulan.
Setelah Rizki mendapat pengobatan dan perawatan, "Ada apa Riz..? Ceritakan yang sebenarnya.. ayolah..! nggak perlu takut atau malu, kenapa..? siapa yang siksa Kamu..? katakan Riz..!" tanyaku bertubi-tubi dengan tidak sabar.
"Iya Riz..? Ada apa..? Kamu sudah Om anggap sebagai bagian keluarga kami, ceritakanlah..!" balas papaku dengan bijaksana.

Kilas balik

"Halo..! Dengan siapa nih..?" tanya Rizki saat HP-nya berbunyi.
"Emm.. ini Saya bicara dengan Rizki..?" tanya suara di seberang.
"Iya.. Saya sendiri, Mas siapa ya..? Boleh Saya tau..?" tanya Rizki penasaran dan sedikit menggoda.
"Nama saya Luke, begini Riz.., bisa Saya panggil Kamu dengan Riz..? To the point aja, Saya dengar Anda bisa dibooking untuk temani orang, atau tepatnya untuk puaskan orang dalam seks..?" katanya lagi.
"Bagaimana kalau Saya bayar Anda lima ratus ribu, deal..?" tanya orang itu tanpa basa-basi.
Eemm.., tajir (kaya) sekali orang ini, baru kali ini aku dibayar segitu. Biasanya paling tinggi Rp. 300.000,-.

"Bentar dulu.., Saya harus memuaskan siapa..? Apa Mas yang perlu dipuaskan..?" tanya Rizki.
"Tidak.., Kita akan main bertiga, bagaimana..?" jawab suara itu.
"Wah.., kalau harganya dinaikkan, Saya bisa," jawab Rizki sambil memanfaatkan orang itu.
"Baiklah, bagaimana kalau tujuh ratus lima puluh ribu rupiah..?" balas suara di HP itu.
"Oke.., deal.. anyway, Saya bicara dengan siapa ini..? dan kita bisa ketemu dimana..?" tanya Rizki.
"Kamu bisa panggil aku Luke dan teman saya namanya Bram, kalau begitu besok Rizki bisa ke Jl (maaf tidak bisa saya sebutkan) jam setengah tujuh malam dan saya merasa bahagia sekali, karena saya dengar servis anda sangat memuaskan." penjelasan suara di HP itu yang ternyata bernama Luke.

"Ting tong.. ting tong.." suara bel rumah saat dipencet Rizki.
Terdengar suara langkah kaki dari dalam rumah membukakan pintu. Wow.., seorang yang gagah, tampan dan begitu memikat.
"Rizki ya..?" tanya orang itu ramah saat membuka pintu.
"Iya, kenalkan.. nama saya Rizki." jawab Rizki sambil mengulurkan tangannya berkenalan.
"Saya Bram, temannya Luke dan Luke sudah pesen kepada saya." jawab orang itu balas menjabat tangan Rizki ramah dengan simpatik.
"Mari masuk, maaf.. beginilah suasananya, sepi dan sedikit semerawut." kata Bram sopan sambil mempersilahkan masuk.
"Terima kasih.." jawab Rizki sambil melangkah masuk rumah yang lumayan besar.

Rupanya rumahnya Bram merupakan rumah yang nyaman sebagai tempat istirahat, dan mata Rizki pun tetap memandang tubuh Bram yang begitu atletis dengan bulu-bulu halus di tangannya.
"Ada yang salah di tubuh Saya..?" tanya Bram merasa diperhatikan terus.
"Tidak, tubuh anda begitu bagus dan anda begitu menarik, pasti begitu menantang "barang" anda, apalagi pas anda naked..," jawab Rizki dengan secara blak-blakan.
"Rizki bisa aja.., biasa kok, tubuh Rizki juga bagus dan eemm.. pasti lebih bagus lagi jika Rizki juga naked," kata Bram membalas.
"Emm.., sambil tunggu Luke, Rizki mau minum apa..? mau Beer..?" tanya Bram.
"Boleh.. terima kasih." jawab Rizki.
Rizki dan Bram begitu asyiknya mengobrol yang kadang diselingi canda, tampak akrab sekali. Sampai tak terasa, waktu sudah menunjukan jam 19:30.
"Kemana ya si Luke..? kok lama amat sih Dia..?" ungkap Bram memotong pembicaraan.
"Emang Luke pergi kemana Bram..?" tanya Rizki.
"Tadi sih bilangnya mau ke Plasa, sebentar beli sesuatu. Ya.., mungkin macet kali.." jawab Bram.
"Oya.., Bram usianya berapa..? Dari tadi Rizki kok nggak tau, boleh kan..?"
"Tahun ini saya 29 tahun, kenapa..? tampak tua ya..?" jawab Bram sedikit menggoda.
"Tidak, justru Bram sangat pas, usia yang matang.. dan pasti sudah banyak pengalaman ya dalam main seks, bisa Rizki bayangkan permainan Bram.." pancing Rizki terus.
"Ah, biasa aja, bagaimana kalau sambil menunggu Luke, kita nonton film Gay, sambil bercerita tentang pengalaman seks masing-masing.." Bram coba menawari.
"Boleh..," jawab Rizki singkat.
"Padahal tanpa Luke pun, aku mau main dengan Bram saat ini." batin Rizki.

Sambil melihat film Gay dari VCD player, mereka bercerita tentang pengalaman mereka. Yang akhirnya membawa ke suasana hot.
"Rizki pernah dan suka dimasukin secara bergantian..?" tanya Rizki ketika ada adegan main berlima.
"Pernah sih.., tapi kurang suka." jawab Rizki sambil mulai menunjukkan sikap horny.
"Aku mulai horny nih.. adik kecil mulai menggeliat di dalam celana." kata Bram tiba-tiba sambil menunjukkan selangkangannya yang tampak terangkat karena sedang terangsang berat.
"Buka aja Bram.. biar adik kecil kamu bisa bergerak bebas. Apa perlu Rizki bukain..?" goda Rizki.
"Rasanya lebih pas jika Rizki yang buka..," jawab Bram sambil tersenyum manis.

Sebelum Rizki membuka celana Bram, Rizki sempatkan meraba kemaluan Bram dan ternyata Bram tidak mengenakan celana dalam, sehingga tampak kemaluan Bram begitu mendesak celana jeans yang dia kenakan.
"Kemaluan yang terasa keras di dalam sana, pasti besar." pikir Rizki.
Saat celana Bram dipelorotkan, segera kemaluan yang tegang dan begitu seksi menggantung bebas.Rizki tidak sia-siakan hal itu untuk segera memegang kemaluan Bram. Terasa hangat dan urat yang berdenyut menandakan kekarnya keperkasaannya.
"Lakukan aja Rizki..! Kita tidak perlu menunggu Luke, Aku sudah tidak sabar menikmati saat indah bersama Kamu Riz.., Aku ingin menikmati tubuhmu." kata Bram sedikit mendesah.

Tanpa diperintah lagi, Rizki segera meremas dan menggoyang-goyangkan kemaluan Bram yang dia pegang. Bram pun membiarkan apa yang dilakukan Rizki dan dia tampak sekali begitu menikmati rasa nikmat yang mulai mengalir di urat syarafnya. Lalu dikulumnya keperkasaan Bram dengan tangannya yang masih menggenggam dengan hangat.
Rizki memainkan lidahnya di lubang kemaluan Bram dan sesekali dijilatnya batang kejantanan yang begitu besar menantang. Sedang tangan Rizki mulai meraba-raba pantat Bram, jemarinya membelai buah kemaluannya, dan lidah Rizki sibuk juga di biji keperkasaan Bram dan di batang kejantanannya sampai nafasnya semakin lama semakin berat karena menahan nafsu dan nikmat. Bram mengangkat pantatnya sambil membuka kakinya lebar-lebar. Rizki dengan bebasnya menjilat dan menusuk-nusuk lubang pantat Bram dengan lidahnya.
Bram pun menggeliat dan merintih, "Akkhh.. Riz teruus.., teruus Riz..!"
Kini Rizki mebuka kaos ketat yang dikenakan Bram. Wow, tubuh yang indah dengan dada yang berbulu halus. Tanpa diperintah untuk kedua kalinya, segera Rizki menjilat puting Bram dan dimainkannya ujung puting Bram dengan lidah sambil sesekali dihisapnya puting itu keras-keras dengan sedikit kejutan di daerah ketiak Bram yang ternyata merupakan daerah sensitif Bram.
"Permainan Kamu bagus sekali Riz.., Aku begitu beruntung dan begitu menikmatinya.." kata Bram sambil mengangkat kepala Rizki dan langsung diciumnya bibir Rizki.

Saling hisap, saling kenyot dan terkadang terdengar jeritan halus saat terjadi gigitan di permainan lidah mereka. Bram sudah tidak sabar, segera dia buka baju yang dipakai Rizki.
"Sabar donk Bram.. jangan terlalu kasar..!" ungkap Rizki saat Bram membuka bajunya dengan kasar.
"Aku ingin segera melihat dan menikmati tubuh Kamu Rizki..," jawab Bram sambil tangannya melorotkan celana dalam Rizki.

"Mmm.. puting yang indah sekali dan beranting.." kata Bram sambil mulutnya langsung melahap puting Rizki yang berwarna merah kecoklatan dan ditindik.
Dimainkannya lidah Bram di ujung puting Rizki, dan terus menjalar ke perut dan akhirnya dibalikkannya tubuh Rizki. Kini tubuh Rizki tengkurap di sofa, di depan TV yang masih menampilkan film Gay. Antara film dan kenyataan disana menjadi satu, mewarnai ruang keluarga di rumah itu.
"Wow.. pantat yang bagus dan seksi.." begitu kata Bram sambil membelai pantat Rizki.
Diijilatnya pantat Rizki yang mulus.
"Ooohh.." desah Rizki, "Enak sekali Bram.., Auuwww.." jerit Rizki nikmat saat Bram menggigit pantatnya.

Rizki mulai tidak bisa mengontrol diri, tubuhnya mulai menggeliat, meliuk-liuk merasakan permainan lidah Bram yang mulai menembus lubang pantatnya.
"Aahh.., ya.., teruskan Bram.." sambil tangan Rizki menekan kepala Bram ke dalam pantatnya.
Dimasukkannya jari telunjuk Bram ke dalam lubang pantat Rizki.
"Ahh..," desah Rizki.
Tidak puas dengan satu jari, dimasukkannya dua jari ke dalam lubang pantat Rizki yang sudah dilumurinya dengan lotion yang sengaja diletakkan di dekat TV. Rizki semakin meregangkan pahanya dan sedikit mengangkat pantatnya. Posisi Rizki kini sedikit menungging.

Puas dengan memainkan jarinya ke dalam lubang pantat Rizki, kini Bram melumuri batang kemaluannya dengan lotion dan siap untuk menerpa lubang yang sudah begitu menantang.
"Aahh..," jerit Rizki halus saat Bram memasukkan batang kejantanannya yang kekar ke dalam lubang pantat Rizki.
Tangan Bram memegang pantat Rizki dan digoyangkannya pantat itu maju mundur.
"Yees.., eemm.., Cicilia kamu begitu hangat Riz dan aahh.., begitu nikmat."
Semakin lama semakin keras Bram menggoyang tubuh Rizki. Tangan Rizki pun tidak tinggal diam, tangannya mulai meremas dan meng-onani batang kemaluannya sendiri. Hampir 10 menit Bram menyodomi Rizki.

"Aaahh.. Aku mau keluar Riz.." desah Bram sambil mencabut batang kejantanannya dari lubang pantat Rizki dan tangannya langsung mengocok batangnya.
Dibalikkannya tubuh Rizki dan, "Aahh..," desah Bram saat dari lubang kejantanannya memuncratkan cairan sperma membasahi dada Rizki.
"Emm.., Aku nggak kuat lagi Bram.., Aku mau keluar juga.. lebih keras Bram kocokkannya.." desah Rizki saat kemaluannya mau memuncratkan sperma juga.
"Aahh.., eemm.. oo.. yess.." rintih Rizki.
"Aku puas Riz.., kamu begitu hebat, aku suka. Semoga kamu juga puas Riz..," kata Bram sambil tubuhnya memeluk Rizki dengan hangat dan mencium bibir Rizki.

"Mandi bareng Riz..!" Bram menawari.
"Ayo..!" jawab Rizki sambil tersenyum.
Mereka pun mandi di kamar mandi dekat ruang keluarga. Film Gay yang mereka putar pun berhenti minta segera diganti dengan side B.

Bersambung . . . .