Cerita ngentot | Cerita dewasa | Cerita dewasa hot sebelumnya: Kisah cerita sek sedarah, Ngentot dengan mang Dadang kakak ipar ku – 2 … Mang Dadang mungkin tak pernah menduga dengan keindahan tubuh yang ku miliki. karena memang setiap harinya aku selalu menggunakan pakaian tertutup dan tidak pernah menonjolkan keindahan lekukan tubuhku. Aku bisa membayangkan bagaimana terkagum-kagumnya Mang Dadang melihatku dalam keadaan telanjang bugil seperti ini
“Nyai.. kamu cantik sekali. Sempurna.. oohh indah sekali. Mmhh.. teteknya montok dan aakkhh.. lebat sekali..” puji Mang Dadang tak henti-hentinya menatap selangmanganku yang dipenuhi bulu hitam lebat, kontras dengan warna kulitku yang putih bersih.
Mataku melirik ke bawah melihat tonjolan keras di balik sempak nya. Uugghh.. kurasakan dadaku berdegub, Nonok ku berdenyut dan semakin membasah oleh gairah membayangkan Kontol perkasa dibalik sempak nya. Gede sekali dan panjang! Lenguhku dalam hati sambil menahan rangsangan hebat.
“Mang!!!.. ngghh.. jangan ngeliatin aja. Khan malu..” rengekku manja dengan gaya mulai bergenit-genit.
Seakan baru tersadar dari keterpesonaannya, Mang Dadang lalu mulai beraksi.
“Abisnya geulis pisan kamu sih, Nyai” katanya kemudian seraya melepaskan sempak nya hingga ia pun kini sama-sama telanjang.
Kulihat kontol perkasa yang keras itu meloncat keluar seperti ada pernya begitu lepas dari kungkungan sempak nya. Mengacung tegang dengan gagahnya. Aku terbelalak melihatnya. Benar saja besar dan panjang. Kulihat otot-ototnya melingkar di sekujur batang itu. Aku sudah tak sabar ingin merasakan kekerasannya dalam genggamanku. Terus terang baru kali ini aku melihat kontol selain milik suamiku. Dan apa yang dimiliki Mang Dadang membuat punya suamiku seperti milik anak kecil saja. Lagi-lagi aku membanding-bandingkan. Buru-buru pikiran itu kubuang. Aku lebih suka menyambut kedatangan Mang Dadang menindih tubuhku lagi. Kini aku langsung menyambut hangat ciumannya sambil merangkulnya dengan erat.
Ciuman Mang Dadang benar-benar menghanyutkan. Aku dibuatnya bergairah. Apalagi kurasakan gesekan kontol yang keras di atas perutku semakin membuat gairahku meledak-ledak. Mang Dadang lalu kembali menciumi Payudara ku. Kali ini kusodorkan dengan sepenuh hati. Kurasakan hisapan dan remasannya dengan penuh kenikmatan. Tanganku mulai berani lebih nakal. Menggerayang ke sekujur tubuhnya, bergerak perlahan namun pasti ke arah batangnya. Hatiku berdesir kencang merasakan batang nan keras itu dalam genggamanku.
Kutelusuri mulai dari ujung sampai pangkalnya. Jemariku menari-nari lincah menelusuri urat-urat yang melingkar di sekujur batangnya. Kukocok perlahan dari atas ke bawah dan sebaliknya. Terdengar Mang Dadang melenguh perlahan. Kuingin ia merasakan kenikmatan yang kuberikan. Ujung jariku menggelitik moncongnya yang sudah licin oleh cairannya. Lagi-lagi Mang Dadang melenguh. Kali ini lebih keras. Tiba-tiba saja ia membalikkan tubuhnya. Kepalanya persis berada di atas selangmanganku sementara miliknya persis di atas wajahku. Kulihat batangnya bergelantungan, ujungnya menggesek-gesek mulutku.
Entah dari mana keberanianku muncul, mulutku langsung menangkap Kontol nya yang berpkasa. Kukulum pelan-pelan. Sesungguhnya aku tak pernah melakukan hal ini kepada suamiku sebelumnya. Aku tak mengerti kenapa aku bisa berubah menjadi binal, tak ada bedanya dengan perempuan-perempuan nakal di jalanan. Namun aku tak peduli. Aku ingin merasakan kebebasan yang sebenar-benarnya. Kuingin semua naluriku melampiaskan fantasi-fantasi liar yang ada dalam diriku.
Kuingin menikmati semuanya. Mang Dadang tak mau kalah. Lidahnya menjulur menelusuri garis memanjang bibir Memek ku. Aku terkejut seperti terkena listrik. Tubuhku bergetar. Kurasakan darahku berdesir kemana-mana. Lidah Mang Dadang bermain lincah. Menjilat, menusuk-nusuk, menerobos rongga rahimku. Aku seperti melayang-layang di atas awan. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa selama hidupku. Aku tak pernah merasakan dijilati seperti itu sebelumnya. Nikmatnya sungguh tak terkira. Pinggulku tak bisa diam, mengikuti kemana jilatan lidah Mang Dadang berada.
Tubuhku seperti dialiri listrik berkekuatan tinggi. Gemetar menahan desakan kuat dalam tubuhku. Rasanya aku tak tahan menerima kenikmatan ini. Perutku mengejang. Kakiku merapat, menjepit kepala Mang Dadang. Seluruh otot-ototku menegang. Jantungku serasa berhenti. Aku berkutat sekuat tenaga sampai akhirnya ku tak mampu lagi dan langsung melepaskannya diiringi jeritan lirih dan panjang. Tubuhku menghentak berkali-kali mengikuti semburan cairan hangat dari dalam liang memekku. Aku terhempas di atas ranjang dengan tubuh lunglai tak bertenaga. Puncak kenikmatan yang kucapai kali ini sungguh luar biasa dan dahysat. Aku merasa telah terbebas dari sesuatu yang sangat menyesakan dada selama ini.
“Oohh.. Maaaangggg.. ngghh.. enak sekali..” rintihku tak kuasa menahan diri.
Aku sendiri tak sadar dengan apa yang kuucapkan. Sungguh memalukan sekali pengakuan atas kenikmatan yang kurasakan saat itu. Aku tak ingin Mang Dadang menilai rendah diriku. Ku tak ingin ia tahu aku sangat menikmati cumbuannya. Kulihat Mang Dadang tersenyum di bawah sana. Ia merasa sudah mendapatkan kemenangan atas diriku. Ia bangga dengan kehebatannya bercinta hingga mampu membuatku orgasme lebih dulu. Aku tak bisa berbuat banyak, karena harus kuakui bahwa diriku sangat membutuhkannya saat ini. Membutuhkan apa yang sedang kuggengam dalam tanganku. Benda yang tentunya akn memberikan kenikmatan yang lebih dari yang kudapatkan barusan.
Tanpa sadar jemariku meremas-remas kembali batang Kontol nya yang berpkasa. Kukocok perlahan dan kumasukan ke dalam mulutku. Kukulum dan kujilat-jilat. Kurasakan Mang Dadang meregang, merintih kenikmatan. Aku tersenyum melihatnya seperti itu. Aku ingin ia merasakan kenikmatan pula. Kenikmatan yang akan membuatnya memohon-mohon padaku. Kulumanku semakin panas. Lidahku melata-lata liar di sekujur batangnya. Aku bertekad untuk mengeluarkan air maninya secepat mungkin.
Terdengar suara selomotan mulutku. Mang Dadang merintih-rintih keenakan. Rasain, runtukku dalam hati dan mulai tak sabar ingin melihat air maninya menyembur keluar. Di atas tubuhku, Mang Dadang menggerakan pinggulnya seolah sedang bersenggama, hanya saja saat itu Kontol nya yang berpkasa menancap dalam mulutku. Kuhisap, kusedot kuat-kuat. Ia masih bertahan. Aku kembali berusaha tetapi nampaknya ia belum memperlihatkan tanda-tanda. Aku sudah mulai kecapaian. Mulutku terasa kaku. Sementara gairahku mulai bangkit kembali. Liang memekku sudah mulai mengembang dan basah kembali, sedangkan kontol Mang Dadang masih tegang dan gagah perkasa. Bahkan terasa lebih keras.
“Udah Nyai. Ganti posisi aja..” kata Mang Dadang kemudian seraya membalikkan tubuhnya dalam posisi umumnya bersetubuh.
Mang Dadang memang piawai dalam bercinta. Ia tidak langsung menancapkan Kontol nya yang berpkasa ke dalam memekku, tetapi digesek-gesekan dulu di sekitar bibir Memek ku. Ia sepertinya sengaja melakukan itu. Kadang-kadang ditekan seperti akan dimasukan, tetapi kemudian digeserkan kembali ke ujung atas bibir Memek ku menyentuh kelentitku. Kepalanya digosok-gosokan. Aku menjerit lirih saking keenakan. Ngilu, enak dan entah apa lagi rasanya.
“Maang.. aduuhh.. udah mang! Sshh.. mmppffhh.. ayoo mang.. masukin aja.. nggak tahan!” pintaku menjerit-jerit tanpa malu-malu.
Aku sudah tak memikirkan lagi kehormatan diriku. Rasa gengsi atau apapun. Yang kuinginkan sekarang adalah ia segera mengisi kekosongan liang memekku dengan Kontol nya yang berpkasa yang besar dan panjang. Aku nyaris mencapai orgasme leagi hanya dengan membayangkan betapa nikmatnya kontol sebesar itu mengisi penuh liang memekku yang rapat.
“Udah nggak tahan ya, Nyai” candanya sehingga membuatku blingsatan menahan nafsu.
Kurang ajar sekali Mang Dadang ini. Ia tahu aku sudah dalam kendalinya jadi bisa mempermainkan perasaanku semau-maunya.Aku gemas sekali melihatnya menyeringai seperti itu. Di luar dugaannya, aku langsung menekan pantatnya dengan kedua tanganku sekuat tenaga. Mang Dadang sama sekali tak menyangka hal ini. Ia tak sempat menahannya. Maka tak ayal lagi batang Kontol nya yang berpkasa melesak ke dalam liang memekku. Aku segera membuak kedua kakiku lebar-lebar, memberi jalan seleluasa mungkin bagi Kontol nya yang berpkasa. Aku berteriak kegirangan dalam hati, akhirnya kontol Mang Dadang berhasil masuk seluruhnya. Meski cukup menyesakkan dan membuat liang memekku terkuak lebar-lebar, tetapi aku puas dan lega karena keinginanku tercapai sudah.
Kulihat wajah Mang Dadang terbelalak tak menyangka akan perbuatanku. Ia melirik ke bawah melihat seluruh Kontol nya yang berpkasa terbenam dalam liangku. Aku tersenyum menyaksikannya. Ia balas tersenyum.
“Kamu nakal ya..” katanya kemudian.
“Awas, entar Amang bikin kamu mati keenakan. ”
“Mau doongg..” jawabku dengan genit sambil memeluk tubuh kekarnya.
Mang Dadang mulai menggerakan pinggulnya. Pantatnya kulihat naik turun dengan teratur. Kadang-kadang digeol-geolkan sehingga ujung Kontol nya yang berpkasa menyentuh seluruh relung-relung vaginaku. Aku turut mengimbanginya. Pinggulku berputar penuh irama. Bergerak patah-patah, kemudian berputar lagi. Goyangan ini timbul begitu saja dalam benakku. Mungkin terlalu sering nonton penyanyi dangdut bergoyang di panggung. Tetapi efeknya sungguh luar biasa. Mang Dadang tak henti-hentinya memuji goyanganku. Ia bilang belum pernah merasakan goyangan sehebat ini. Aku tambah bergairah. Pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-edutkan otot vaginaku sehingga Mang Dadang merasakan kontol seperti diemut-emut.
“Akkhh Neengg.. eennaakkhh.., hebaathh.. uugghh..” erangnya berulang-ulang.
Mang Dadang mempercepat irama ngentot. Kurasakan batang kontol besar itu keluar masuk liang memekku dengan cepatnya. Aku imbangi dengan cepat pula. Kuingin Mang Dadang lebih cepat keluar. Aku ingin membuatnya KO! Kami saling berlomba, berusaha saling mengalahkan. Kuakui permainan Mang Dadang memang RuaRRR biasa. Mungkin kalau aku belum sempat orgasme tadi, tentunya aku sudah keluar duluan. Aku tersenyum melihat Mang Dadang nampak berusaha keras untuk bertahan, padahal sudah kurasakan tubuhnya mulai mengejang-ngejang. Aku berpikir ia akan segera tumpah.
Pinggulku meliuk-liuk liar bak kuda binal. Demikian pula Mang Dadang, pantatnya mengaduk-aduk cepat sekali. Semakin bertambah cepat, sudah tidak beraturan seperti tadi. Aku terperangah karena tiba-tiba saja terasa aliran kencang berdesir dalam tubuhku. Akh.. nampaknya aku sendiri tidak tahan lagi. Memekku terasa merekah semakin lebar, kedua ujung puting susuku mengeras, mencuat berdiri tegak. Mulut Mang Dadang langsung menangkapnya, menyedotnya kuat-kuat. Menjilatinya dengan penuh nafsu. Aku membusungkan dadaku sebisa mungkin dan oohh.. rasanya aku tak kuat lagi bertahan.
“Mang Dadang! Cepet keluarin juga..!” teriakku sambil menekan pantatnya kuat-kuat agar mendesak nonok ku.
Beberapa detik kemudian aku segera menyemburkan air maniku disusul kemudian oleh semprotan cairan hangat dan kental menyirami seluruh liang memekku. Tubuh Mang Dadang bergetar keras. Ia peluk diriku erat-erat. Aku balas memeluknya. Kami lalu bergulingan di ranjang merasakan kenikmatan puncak permainan cinta ini dengan penuh kepuasan. Kami merasakannya bersama-sama. Kami sudah tidak memperdulikan tubuh kami yang sudah basah oleh peluh keringat, bantal berjatuhan ke lantai. Sprei berantakan tak karuan, terlepas dari ikatannya. Eranganku, jeritan nikmatku saling bersahutan dengan geramannya. Kedua kakiku melingkar di seputar pinggangnya. Aku masih merasakan kedutan-kedutan batang kontol Mang Dadang dalam memekku.
Nikmat sekali permainan gairah ngentot yang penuh dengan gelora nafsu birahi ini. Aku termenung merasakan sisa-sisa akhir kenikmatan ini. Pikiranku menerawang jauh. Apakah aku masih bisa merasakan kehangatan ini bersama Mang Dadang. Apakah hanya sampai disini saja mengingat perselingkuhan ini suatu saat akan terungkap juga. Bagaimana akibatnya? Bagaimana perasaan kakakku? Orang tuaku, suamiku dan yang lainnya? Akh! Aku tak mau memikirkannya saat ini. Aku tak ingin kenikmatan ini terganggu oleh hal-hal lain. Kuingin merasakan semuanya malam ini bersama Mang Dadang. Lelaki yang telah memberikan pengalaman baru dalam bercinta. Dialah orang yang telah membuat lembaran baru dalam garis kehidupan masa depanku.
Semenjak peristiwa di malam itu, aku dan Mang Dadang selalu mencari kesempatan untuk melakukannya kembali. Ia memang seorang lelaki yang benar-benar jantan. Begitu perkasa. Aku harus akui ia memang sangat pandai memuaskan wanita kesepian seperti diriku. Ia selalu hadir dalam dekapanku dengan gaya permainan yang berlainan. Aku tidak penah bosan melakukannya, selalu ada yang baru. Salah satu diantaranya, yang juga merupakan gaya favoritku, ia berdiri sambil memangku tubuhku. Kedua kakiku melingkar di pinggangnya, tanganku bergelayut di lehernya agar tak terjatuh. Nonok ku terbuka lebar dan batang Kontol nya yang berpkasa menusuk dari bawah.
Aku bergelayutan seperti dalam ayunan mengimbangi tusukan Kontol nya yang berpkasa. Mang Dadang melakukan semua itu sambil berjalan mengelilingi kamar dan baru berhenti di depan cermin. Saat kumenoleh kebelAmang aku bisa melihat bayangan pantatku bergoyang-goyang sementara Kontol nya yang berpkasa terlihat keluar masuk memekku. Sungguh asyik sekali permainan dalam gaya ini.
Namun perselingkuhan ku dengan Mang Dadang berlangsung tak begitu lama. Aku sudah sangat ketakutan semua ini suatu saat terungkap. Makanya aku memutuskan untuk pindah dari kampungku agar tidak bertemu lagi dengannya. Terus terang saja, setelah kejadian itu, justru akulah yang sering memintanya untuk datang ke kamarku malam-malam. Aku tak pernah bisa menahan diri. Apalagi kalau sudah melihatnya bercanda mesra dengan kakakku. Pernah suatu kali aku penasaran untuk mengintip mereka bercinta di kamarnya.
Aku kebingungan sendiri sampai akhirnya lari ke kamar dan melakukannya sendiri hingga aku mencapai kenikmatan karena menunggu Mang Dadang jelas tak mungkin karena istrinya ada di rumah. Keadaan ini jelas tak mungkin berlangsung terus menerus, selain akan terungkap, akupun rasanya akan menderita harus bertahan seperti ini.
Dengan berat hati akhirnya aku pindah ke kota. Kujual semua hartaku, termasuk rumah tinggal, sawah dan ternak-ternak milikku untuk modal nanti di kehidupanku yang baru. Kecuali mobil karena kuanggap akan sangat berguna sebagai alat transportasi untuk menunjang kegiatanku nanti.
Crott more : Kisah cerita sek sedarah, Ngentot dengan mang Dadang kakak ipar ku – 3 | Cerita Ngentot | Cerita Dewasa
URL Source : http://www.cerita-ngentot.info
Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike
Posted by Bokep
Posted on 1:26 PM