Pagi itu seperti biasanya aku datang kekantorku pagi-pagi sekali karena memang banyak pekerjaan yang belum selesai kemarin dan harus kuselesaikan dengan secepatnya agar pekerjaan hari ini tidak makin bertumpuk lagi. Ketika sampai dipintu gerbang kantorku, aku disapa oleh seseorang yang belum pernah kukenal sebelumnya.

"Selamat pagi, pak" katanya sambil berdiri tegap dengan sikap penuh hormat.

Akan tetapi aku tidak membalas salamnya tersebut, malahan aku melongo dengan rasa terpesona yang begitu hebat, ternyata di depanku telah berdiri sesosok mahkluk yang begitu sempurna, gagah, ganteng, mempunyai bodi yang atletis, berkumis sangat rapi penuh wibawa dan menjadi pujaan para wanita apalagi aku yang juga merasakan getar-getar itu sehingga aku jadi salah tingkah dihadapannya. Umurnya masih sangat muda sekali kira-kira 23 atau 24 tahun. Akhirnya aku tersenyum padanya setelah terpana untuk beberapa saat dan segera kulangkahkan kakiku untuk memasuki kantorku.

Hari itu aku begitu gelisah terbayang akan wajahnya, penampilannya yang begitu mempesona sehingga hari itu yang seharusnya aku menyelesaikan pekerjaanku kemarin akhirnya jadi kacau balau karena aku tidak bisa konsentrasi, karena disatu sisi aku hendak segera menyelesaikan pekerjaanku namun disisi lain bayangan satpam baru dikantorku itu begitu membekas dalam ingatanku, akhirnya aku jadi serba salah dan salah tingkah dalam tindakanku hari ini.

Jam istirahat siang akhirnya datang juga, aku segera cepat-cepat makan siang, dengan harapan masih ada waktu yang tersisa pada jam istirahat sehingga ada kesempatan untuk mencari informasi atau sekedar say hello padanya. Dan kesempatan itu akhirnya datang juga, ketika aka melangkahkan kakiku memasuki kantorku, aku tertegun lagi dengan senyumnya yang mengembang dihiasi kumis yang menawan dan kudengar,

"Selamat siang, pak"
"Siang" jawabku singkat.
"Eh kamu orang baru ya?" tanyaku.
"Eh, iya pak, baru hari ini saya bertugas disini" jawabnya.
"Kamu dari pendidikan akabri ya" tanyaku memancing.
"Oh, nggak pak, hanya pendidikan satpam saja selama enam bulan"
"Oh, kukira kamu dari akabri"
"Masak ada potongan sih pak, kalau saya ini jadi tentara"
"Lho, kenapa nggak, bodi boleh, tampang meyakinkan, wajah keren, kumis yahut terus apa yang kurang" cerocosku.
"Duitnya pak, yang kurang" jawabnya dengan tertawa, dan kelihatannya dia sudah makin akrab saja dalam obrolan kami siang hari itu. Tanpa terasa waktu setengah jam telah berlalu dan aku segera kembali melangkah ke dalam sambil bertanya, "Nanti pulang jam berapa?"
"Oh nanti jam 14.00, pak" jawabnya sambil tersenyum manis sekali yang makin membuatku tergila-gila.

Setelah aku mengadakan pendekatan setiap siang selama dia dinas jaga pagi sampai sore, maka suatu siang aku memberanikan diri untuk mengajaknya nonton sore nanti selepas dia tugas jaga pada pukul 14.00, yang berarti masih ada waktu dua jam sebelum aku pulang kerja pada pukul 16.00. Yang pasti kami sudah janjian disuatu tempat yang tidak jauh dari kantor kami. Siang itu rasanya jarum jam berjalan begitu lambatnya bagiku, seolah jalan jam hari ini seperti cacing yang sedang merayap. Begitu jarum jam menunjukkan pukul 16.00 tepat aku segera meninggalkan tempat dan segera menuju tempat redevous kami, dan ternyata dia sudah menungguku dengan pakaian preman yang lebih sportif kurasakan dan dia benar-benar cakep dan ganteng dengan

T-shirt dan celana jeans belelnya, makin nampak dadanya yang padat dan bidang itu, sehingga tanpa terasa aku segera merangkulnya dan aku segera ngamplok diboncengan motornya itu. Dan kami segera menuju studio 21 untuk nonton bareng, yang penting pokoknya bisa pergi dengannya perkara film yang diputar bagus atau nggak tidak jadi masalah, dan memang ketika didalam gedungpun aku tidak bisa konsentrasi untuk mengikuti alur ceritanya, karena dalam benakku seolah ada sebuah film yang sedang diputar dan yang menjadi pelakunya adalah aku dan dia, gimana yaa rasanya kalau dipeluk dia, dicium dia dan oh, kalau aku bisa ngemot penisnya dan menelan pejuhnya dan..

Dan.. Masih banyak lagi bayangan-bayangan indah bersamanya, sampai tanpa terasa tangan kiriku mulai meraba pahanya dan dia diam saja ketika tanganku membuat gerakan mengelus-elus pahanya dan segera kuhentikan setelah aku sadar dari lamunanku, ketika kulirik dia, tidak ada reaksi hanya senyumnya yang memukau dalam keremangan suasana gedung bioskop. Aku tidak berani lagi untuk melangkah lebih jauh walaupun suasana gelap itu cukup mendukung untuk memulai yang jadi impianku selama ini. Kutahan hasratku sekuat-kuatnya dengan mencoba konsentrasi mengikuti alur cerita film itu. Ketika film telah usai, kutawarkan kepadanya untuk makan malam bersama dan diapun setuju, dan segera kami hampiri pujasera yang ada dilantai bawah dari gedung studio itu, ketika kami makan bersama iseng-iseng aku tanya padanya,

"Eh, kamu sudah punya pacar yaa?"
"Ah, mana ada orang yang mau sama saya, pak" jawabnya.
"Lho, masak nggak ada yang mau sama cowok seganteng dan secakep kamu gini, kalau misalnya aku jadi cewek gitu sudah kukejar terus tanpa kasih ampun" sambungku.
"Emangnya ada cewek yang kayak gitu, setahu saya cewek-cewek sekarang pada jual mahal tuh, pak" jawabnya lagi.
"Kalau misalnya ada seseorang yang mengharapkan kamu menjadi sahabatnya, kawannya, tempat curahan hatinya dan tempat berbagi suka dan duka, apakah kamu mau menerimanya tanpa ada pamrih akan tetapi dengan ketulusan hati yang paling dalam" kataku mulai romantis.
"Ah, mana ada yang mau berkawan dengan saya ini, pak" "Saya khan cuma satpam, gaji saya berapa sih pak?" jawabnya lagi.
"Kalau misalnya aku mau jadi sahabat kamu gimana?" tanyaku, sambil aku mencari jawaban dalam matanya yang terbelalak karena terkejut.
"Ah, yang benar sih pak" tanyanya lagi.
"Lho, emangnya aku punya bakat berbohong, apalagi sama kamu" lanjutku.

Dia tidak bisa menjawab hanya diam saja, dan tertunduk mukanya, entah apa yang dipikirkan dan aku sendiri juga belum berani untuk memulainya lebih jauh lagi karena aku juga belum tahu bagaimana profil dia yang sebenarnya dibalik keramahan, keakraban yang telah kita bina selama ini, siapa tahu nanti setelah dia mengetahui aku punya maksud yang lain dibalik kebaikanku padanya, malahan dia akan meninggalkan aku dan membenci aku, aku sendiri jadi gundah menghadapi semua ini. Tapi hati kecilku berontak "Semuanya harus dicoba dulu, apapun resikonya nanti urusan belakang, pokoknya berusaha dulu, dan kalau gagal yaa cari yang lain"

Mataku bersinar kembali seolah mendapat kekuatan baru dan semangat baru yang dipompakan ke dalam jiwaku, ketika kulihat dia masih tertunduk segera kuberanikan diriku untuk menyentuh tangannya dan sekaligus menggenggamnya, reaksi mulai terlihat ketika dia menatapku dengan pandangan mata yang kosong, ketika kuremas tangannya ada sedikit senyum yang dipaksakan tersungging dibibirnya.

"Ada apa?" tanyaku "Koq kamu kelihatan binggung sih?"
"Ah, nggak tahulah pak, saya jadi serba salah nih terhadap bapak, bapak begitu baik, penuh perhatian dan menghargai saya sebagai manusia seutuhnya tanpa membedakan derajat dan jenjang kedudukan" kemudian "Saya jadi terharu pak, baru kali ini saya benar-benar merasakan saya dihargai dan mendapat tempat dihadapan bapak" lanjutnya.
Agar suasana tidak beku dan kaku seperti itu terus menerus, akhirnya aku berkata "Yook, kita pulang aja, sudah malam nih"

Dia menggangguk dan segera berdiri menghampiriku dan kami berjalan seiring sambil tanganku memeluk pundaknya, kalau tadinya aku merasakan kecanggungan dalam dirinya ketika kupeluk, tetapi sekarang sudah mulai hilang rasa canggung dan segan itu, dan ketika sampai dilapangan parkir kurasakan tangannya sudah berani memeluk pinggangku dan oh bagai melambung rasanya ketika itu.

Ketika aku sudah diboncengan motornya, aku beranikan untuk memberi usul padanya, "Gimana kalau untuk malam ini kamu nginap aja dirumahku, aku tinggal sendirian koq, dan lagi hari sudah larut malam, besok kita bisa berangkat kerja barengan" tanyaku

Dan kulihat anggukan kepalanya sambil menoleh kebelakang dan tersenyum, tapi aku tidak bisa menafsirkan arti senyumannya itu, yang makin membuatku jadi panas dingin nggak karuan merasakan kejadian demi kejadian sepanjang sore sampai malam ini. Ah nggak tahulah pokoknya what happened will be will be, apapun yang terjadi terjadilah.

Sampai perjalanan malam yang dingin berakhir di depan rumahku, rasanya aku enggan turun dari boncengannya karena tanganku masih erat merangkul pinggangnya dari belakang sambil memeluk punggungnya yang terasa hangat dan kokoh itu. Akhirnya dengan rasa ogah-ogahan akhirnya aku turun juga dan kupersilahkan dia masuk dan memarkir motornya digarasi rumahku. Setelah masuk kutawarkan minuman kepadanya, tapi dia menolak katanya khan kita baru saja makan dan minum. Malah dia menyarankan untuk nonton TV sambil tiduran dan ngobrol, ok itu ide yang bagus juga dan segera dia kuajak ke dalam kamarku karena memang satu-satunya TV yang ada dirumah itu hanya ada didalam kamar tidurku. Segera kubuka seluruh bajuku dan aku segera mandi dengan air hangat, dan kurasakan badanku segar sekali setelah selesai mandi dan aku juga menyarankan kepadanya untuk mandi juga dan dia setuju untuk mengikuti jejakku yaitu mandi dengan air hangat agar badan jadi segar. Ketika dia mandi aku memakai sarung saja tanpa celana dalam dan itu sudah menjadi kebiasaanku setiap malam, karena kalau harus memakai celana dalam rasanya risih semua.

Kemudian kudengar pintu kamar mandi dibuka dan kulihat dia keluar kamar mandi hanya dengan memakai celana pendek saja tanpa baju, sehingga dadaku berdesir dalam hati aku berkata "Oh my good, sungguh sempurna betul bodi yang dimiliki mahkluk yang satu ini, dan itu merupakan idamanku, dada bidang dengan rambut yang melebar didada menyempit dipusarnya kemudian melebar lagi dan makin melebat di. Di. Dibalik celana pendeknya itu pasti sangat lebat sekali, karena dikaki yang kokoh dan pahanya yang padat berisi itu, bulu yang tumbuh juga begitu lebat.

Aku jadi bengong dan melamun lagi dengan pandangan mataku yang kosong menatapnya, hingga aku tersadar ketika kudengar suaranya

"Ada apa, pak?"
"Apa bapak sedang tidak enak badan?" tanyanya lagi.
"Oh, nggak" jawabku.
"Cuma sedikit pegal ini pinggang dan tengukku" lanjutku.
"Boleh saya memijat bapak" katanya memberanikan diri.
"Boleh, kalau kamu mau" kataku lagi.

Akupun segera menelungkupkan badanku dan dia mulai memijat tenggukku, kemudian turun kepunggungku dan begitu kurasakan hangatnya tangan yang begitu kokoh dan yang menjadi idolaku. Sampai tak terasa, aku merasakan kalau penisku sudah mulai menggeliat bangun dan tegang, tapi tentunya dia tidak mengetahui kalau aku lagi BT karena aku dalam posisi telungkup, hingga kurasakan tangannya mulai menjalari pinggang dan pinggulnya dan turun lagi kepantatku yang kenyal itu, dan oh ini yang paling bikin aku nggak kuat diperlakukan seperti itu, tapi aku masih tetap bertahan. Sampai kudengar permintaannya untuk telentang, dalam hati aku berkata, "Mati aku, padahal aku nggak pakai celana dalam dan penisku lagi ngaceng penuh, gimana nih"

Tapi aku pura-pura aja cuek, kubalikkan badanku dan otomatis selakanganku membentuk sebuah tenda dengan satu tiang. Kulirik dia, aku ingin tahu reaksinya, ternyata dengan cueknya dia mulai memijit kakiku dari bawah dan mulai ke atas, dan hal ini makin membuatku blingsatan karena nggak tahu apa maksudnya dia memperlakukan aku seperti itu, sebetulnya dia itu mau apa nggak sih, tapi jangan siksa aku seperti ini dalam gejolak berahiku yang makin tak tertahan ini. Tapi aku nggak tahu permainan apa yang sedang dia jalankan, kurasakan pijitannya sampai dipahaku dan dia juga mulai menyingkap sarungku sampai hanya tiangku saja yang masih tertutup sarung, akhirnya aku tak tahan dan hanya bisa memejamkan mataku saja mencoba untuk menepis semua angan dan gejolakku sendiri. Sampai kurasakan ada tangan hangat yang menggenggam penisku yang ngaceng dan bergerak maju mundur sambil dipijit-pijit, aku hanya bisa melenguh dan dia mungkin tahu yang kukehendaki selama ini, kudengar suaranya "Ih, penisnya bapak gede juga yaa?"

Karena aku tidak tahan diperlakukan seperti itu akhirnya tanganku meraih lehernya dan kubaringkan dia disisiku dalam keadaan telentang, dan tanpa berpikir lebih jauh lagi segera aku bangkit dari tidurku dan langsung nongkrong diatas tubuhnya yang padat berisi itu, dan mulai kuciumi pipinya, lehernya, telinganya dan kudengar suara lenguhannya, dan kembali lagi kebibirnya dan kunikmati rangsangan kumisnya yang menyentuh bibirku aku semakin tambah horny saja apalagi dengan kesegaran tubuhnya yang baru saja mandi. Kutelusuri lehernya, dadanya yang berbulu lebat dengan putingnya yang coklat kemerahan yang sempat kukagumi dan membuatku melongo sekeluarnya dia dari kamar mandi, sekarang sudah ada dihadapanku dan sedang kukecupi. Lalu turun lagi sampai kepusarnya yang berbulu lebat dan kasar itu yang makin membuatku terangsang hebat, dan dengan lidahku kutelusuri buku-buku kasar yang mengecil dipusar dan mulai melebar lagi dibawah pusar sampai tersembunyi dibalik celana pendeknya yang masih menjadi misteri itu.

Lalu aku melakukan cumbuan makin menurun sampai dikaret celana pendeknya dan kugigit karet itu sampai kebawah, dengan demikian makin nampak jelas tonjolan otot yang tegang perkasa itu dibalik celana dalamnya, karena aku sudah nggak sabar lagi segera kupelorot celana pendeknya sampai terlepas dan segera kutangkap tonjolan dibalik celana dalam itu dengan mulutku yang seperti sedang kehausan itu dan menemukan sumber air yang begitu segar. Kupermainkan untuk beberapa saat dan kulihat dia makin menggelinjang keenakan dengan cumbuanku itu, dan segara kugigit lagi celana dalamnya dengan gigiku ke arah bawah, lalu kurasakan tamparan dipipiku ketika aku membuka celana dalamnya, ternyata penisnya yang ngaceng tegak berdiri itu memantul kena kejutan dari tarikanku tadi dan terlepas bebas mengenai pipiku, kurasakan hangat, kaku dan ohh.. Is't fantastic.. Oh ternyata otot kokoh itu begitu besarnya kira-kira panjangnya 21 cm dan garis tengahnya 5 cm, yang makin membuatku tambah gila dan makin bersemangat lagi untuk menggulum ujungnya yang sudah merembes basah dengan cairannya yang keluar dan warnanya kemerah-merahan yang makin membuatku terangsang hebat.

Tanpa menunda-nunda waktu lagi segera kukulum, kuhisap dan kumasukkan ke dalam mulutku sehingga rasanya mulutku tidak mampu lagi menerima penis yang segede itu walaupun aku sudah menggangga selebar-lebarnya, yang bisa masuk hanya kepalanya saja sedangkan batangya tidak sampai seperempatnya, mulutku terasa sudah begitu penuh. Tapi nggak apa-apa, demi dia akan kuberikan servis yang sebaik-baiknya dan akan kukerahkan seluruh kemampuanku untuk memuaskan dia. Setelah aku puas mencumbui seluruh badanya dan penisnya, maka sekarang aku yang ganti tidur telentang disampingnya, dan rupanya dia juga ingin berbuat sama seperti yang telah kulakukan padanya, dia mulai menelungkup diatas pahaku dan setelah itu kurasakan ada rasa hangat dan lembut diujung kepala penisku dan ketika mataku kubuka, ternyata dia sedang menghisap penisku dengan tenangnya dan tanpa ada rasa ragu-ragu lagi dan dengan penuh kelembutan dijilatinya daerah V yang sangat enak sekali untuk dirangsang itu. Aku bertambah menggelinjang keenakan dan kegelian yang makin membuatku tambah terangsang hebat.

Akhirnya aku berinisiatif sendiri tanpa persetujuannya terlebih dulu, kuambil lotion, kuoleskan pada penisnya yang ngaceng tegak berdiri dengan angkuhnya dan besar itu, sambil kukocok-kocok naik turun, sedangkan tanganku yang satunya lagi mengambil lotion dan kuoleskan pada lobangku sambil memasukkan jariku, satu jari sampai lancar, dua jari dan tiga jari, walaupun aku sebetulnya ngeri juga melihat gede penisnya yang seperti itu jangan-jangan lobangku nggak mampu untuk dimasuki, dan gimana rasanya, apakah sakit, enak, nikmat atau oh nggak tahulah yang penting dicoba dulu pikirku dalam hati.

Setelah aku merasa sudah siap, segera aku naik ke atas tubuhnya dengan posisi duduk diatas selakangannya dan segera kubimbing penisnya dengan tanganku untuk memasuki lobangku, mulanya terasa enak, ada benda hangat yang mencoba untuk menerobos masuk, tapi makin lama kurasakan sakit sekali saat benda itu mulai menembus masuk sampai kurasakan kepala penisnya sudah masuk semua, aku menghentikannya untuk beberapa saat sampai rasa sakit itu berangsur-angsur hilang, kuteruskan lagi, berhenti lagi, kumasukkan lagi dan berhenti sejenak sampai tak terasa seluruh batangnya sepanjang 21 cm itu masuk seluruhnya dalam lobangku, aku diam sejenak untuk merasakan nikmatnya dan hangatnya penis segede itu didalam lobangku. Kemudian aku mulai mengambil gerakan naik turun diatas tubuhnya, kulihat dia juga menikmatinya dengan mata terpejam dan dada turun naik dengan nafas yang tersengal-sengal, sekali-kali diiringi dengan desisan dari mulutnya yang dihiasi kumis tebal itu.

"Oooh, ooh enak, pak"
"Enak sekali pak, rasanya kayak dapat perawan saja" lenguhnya

Aku sudah nggak peduli dengan segala ocehannya itu, setelah cukup lama aku dalam posisi seperti itu, akhirnya kucabut penisnya dari lobangku, dan seakan dia merasa menyesal dengan kejadian itu. Aku segera mengambil posisi terlentang sambil mengangkat kedua kakiku tinggi-tinggi dan kusuruh dia untuk mengentot aku dari atas agar dia bisa bergerak bebas menurut gayanya, dan dia mengerti apa yang kuinginkan. Segera dia bangkit dari posisi tidurnya dan jongkok di depan lobangku sambil memegang penisnya, dia masukan perlahan-lahan penisnya yang gede itu dan bless, amblaslah semua penisnya dalam lobangku, dan segera dia melakukan gerakan maju mundur sambil memanggul kedua kakiku dibahunya agar seluruh penisnya bisa masuk semuanya. Akupun tidak tinggal diam, segera kukocok penisku sendiri dengan tanganku sambil melenguh-lenguh keenakan.

"Aoohh, oohh"
"Auucchh, ayo cepet kamu keluarin, aku mau keluar nih" kataku.
"Iya, bentar lagi sudah mau nih" katanya lagi.
"Kita keluarin bareng-bareng yaa" kataku lagi.
"Iya" jawabnya singkat.
"Ooohh, oohh, sudah mau keluar nih"
"Ok, tunggu sebentar, oohh, yuupp, aayyoo" kocokan tambah keras pada penisku dan "Aaahh"

Cret, cret, cret, pejuhku menyembur diatas perutku dan dadaku dan kulihat dia segera mencabut penisnya dan dikocoknya dengan cepat diatas perutku dan cret, cret, cret, cret menyemburlah pejuhnya yang sangat banyak sekali diatas perutku dan dadaku bahkan ada sebagian yang mengenai mukaku. Bercampurlah pejuhku dan pejuhnya, kemudian dia memelukku dan badan kami serasa licin oleh pejuh kami berdua sambil digesek-gesekan diantara badan kami yang basah oleh keringat, basah oleh pejuh dan oh nikmatnya malam itu.

Kami segera bangkit dan masuk kekmar mandi untuk membersihkan diri dengan air hangat kalau tadinya kami mandi sendiri-sendiri, sekarang kami mandi berduaan, sambil saling menggosok, saling menyabuni dan kadang-kadang dengan manja kupegang penisnya yang besar itu walaupun sudah tidak tegang lagi dan kukecup ujungnya dengan bibirku.

Akhirnya, sejak malam itu dia pindah kerumahku yang memang kutempati sendirian daripada dia kehilangan uang lagi untuk kontrak kamar dan biarlah dia menjadi satpam dikantorku dan juga satpam pribadi buat diriku kalau dia tidak sedang dinas jaga malam.

Tamat