These walls keep a secret, that only we knew, but how long can they keep it, cause we're two lovers who lose control. We're two shadows chasing rainbows behind close windows behind close doors. Just two people making memories too good to tell, but this arms are never empty when we're lying where fall. We painting picture, making magic taking chances making love. If walls could talk they would say "I want you more". They would say "Hey.. never felt like this before," and that you would always be the one for me..

Alunan manis Celine Dion dari MTV mengiringi percintaan kami. Akhirnya aku terlena dalam permainannya, terhanyut sampai aku menikmati setiap detik sentuhannya. Saat dia menidurkan aku dan mulai mengulum penisku, aku merasakan sengatan yang luar biasa. Penisku yang uncut sangat sensitive menerima rangsangannya.
"Jangan buru-buru yah Ju..! Aku ingin menikmatinya juga.." pinta Dhean.
Aku berusaha menekan gejolakku nafsuku agar tidak cepat orgasme.

Setelah melepaskan semua pakaiannya, Dhean membalikkan badannya dan mengambil posisi 69, dia berada di atas. Aku juga mengulum penisnya.
"Ooohh.. aahh.. Dhean, akuu mau keluar.." ujarku.
Dhean mempercepat kocokannya dan, "Croot.. croot.." maniku memancar dengan derasnya ke arah wajah Dhean.
"It's wonderful, tembakan kamu begitu kencang Ju, congratulation..! Kamu sudah merasakan nikmatnya percintaan pasangan gay.." ucap Dhean sambil memeluk dan menciumku.
Aku tersenyum puas melihat kegembiraan di matanya, kini giliranku memuaskan Dhean.

Semua berlalu dengan romantis, Dhean sangat pandai membimbingku dalam setiap permainan. Aku sampai 3 kali orgasme malam itu, dan Dhean juga. Pukul 02.45 ketika kulirik jam tanganku, saat kami akan beranjak tidur.
"Good night Honey.." bisik Dhean sambil mengecup bibirku.
Kami tidur berangkulan sampai pagi.

Pagi harinya, kami melanjutkan perjalan kami dan berhenti untuk istirahat di sebuah rumah makan di tepi danau Maninjau. Aku memutuskan untuk mengambil cuti dan akan tinggal di Padang selama 3 hari lagi. Tony dan Tanti memaklumi keinginanku, dan akan menyampaikannya pada Wahyu. Aku juga akan menelpon ke kantor pusat untuk minta ijin, alasanku aku akan mengunjungi keluarga di Padang. Dhean tersenyum ke arahku.

Senin pagi saat Tony dan Tanti pamit akan ke Bandara, aku hanya dapat mengantar mereka sampai di lobby hotel. Aku menghabiskan waktu di kamar, dan sore harinya berenang di kolam renang hotel. Malam harinya Dhean datang ke kamarku, dengan mengenakan sweater dan celana warna khaki. Dia mengajakku makan malam di Padang Pizza sebuah resto di jalan Patimura. Malam itu dia kelihatan letih, agak sakit katanya.

Setelah makan malam dan kembai ke kamarku, Dhean berbaring di bed dan memintaku menemaninya. Malam itu dia manja sekali, aku pesankan susu panas agar dia lebih segar. Kami berciuman dan terasa geli sekali, sebab kumis dan jenggutnya sudah mulai tumbuh, dan dia belum mencukurnya. Aku ambil foam untuk bercukur serta pisau cukurku. Kubersihkan kumis dan jenggotnya, kami saling bermesraan tanpa hubungan sex. Hal seperti itu yang kusuka, sex bukan satu-satunya tujuanku dalam bercinta. Kami tidur berpelukan.

Pagi hari, saat kami bangun dan mandi bersama, seperti biasa kami saling memanjakan.
"Ju, kalau aku memberikan celana dalamku buat kamu sebagai kenangan mau ngga..?" ucap Dhean sambil melap penisku dengan handuk.
"Mau aja, emangnya boleh..?" tanyaku.
"Iya.. aku akan meninggalkan CD-ku buat kamu, biar kamu ingat selalu ama aku.." ujar Dhean.

Akhirnya pagi itu dia kembali ke rumahnya tanpa mengenakan CD, untuk saja sweater-nya cukup panjang untuk menutupi daerah sensitivenya.
"Nanti malam aku datang lagi yah.." ucapnya manja sambil mengecup bibirku.
Aku mengangguk dan melambaikan tangan saat dia berlalu dari kamarku.
"Oh, Dhean kamu membuat aku tidak ingin melakukan apapun tanpa kamu. Aku cinta kamu.." hatiku berbisik.

Then You look at me, and I always see what I've been searching for I'm lost as can be, then you look at me, and I'm not lost anymore..

Selasa pagi aku main ke kantor dan hanya bercakap-cakap ringan dengan beberapa karyawan. Dean berada di ruangannya, dan dia memanggilku untuk masuk. Dia mendekatiku dan mencium bibirku. Aku gugup karena harus melakukannya di lingkungan kerja. Dean mengunci pintu dan melanjutkan aksinya. Kami larut dalam keliaran asmara kami, dia memintaku berbaring di meja kerjanya, dan kami melakukan itu dengan tidak bersuara. Aku berhasil mengeluarkan penisnya, dan kembali melakukan blowjob.

Kami sama-sama saling memuaskan, dan akhir dari kenikmatan itu terasa begitu indah. Karena sensasinya beda, melakukan sambil takut ketahuan orang lain. Setelah selesai, kami membersihkan ceceran mani dengan tissue dan merapihkan pakaian kami.

Pukul 17.00 aku diantar mobil kantor, ke Suzuya Pasar Swalayan untuk membeli beberapa keperluanku dan diantar ke hotel. Sambil menikmati snack yang kubeli, aku menonton tayangan HBO.
Tak berapa lama telepon di ruanganku berdering, "Hai Ju, ini aku. Aku sudah di lobby mau keluar makan nggak..?" tanya Dean.
"Ya, Dean sebentar aku turun.." jawabku.

Dean mengajakku dinner di hotel berbintang di jalan Bundo Kandung, biar lebih nyaman alasannya. Aku memilih sirloin steak kesukaanku, dan Dean juga memilih menu yang sama. Saat makan tak banyak yang kami bicarakan, hanya pembicaraan ringan seputar kehidupan kami, Dean sangat tidak mau memiliki pacar dari lingkungan kantor. Soalnya kalau ketahuan bisa bahaya, alasannya. Dia juga memintaku untuk tetap merahasiakan hubungan kami, dan dia akan melakukan hal yang sama.

Saat menikmati makanan penutup, Dean terlihat lebih serius membicarakan hubungan kami. Aku menginginkan kami menjadi pasangan dan saling setia. Walau jarak memisahkan, itu dapat membuktikan kesetiaan masing-masing. Yang penting adalah kwalitas pertemuan, bukan kwantitasnya. Tapi Dean tidak setuju dengan pendapatku. Dia mengatakan jika aku kembali ke Jakarta, berarti hubungan kami berakhir. Dia juga minta maaf telah menodaiku dan membawaku ke dunia yang salah. Dia merasa salah memanggil aku honey dan memberikan celana dalamnya buatku, katanya itu hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang sudah punya komitmen sehidup semati.

Dia menyesali perbuatannya, dan memintaku melupakan dia. Bagai disambar petir aku mendengar ucapannya, air mataku mengalir membasahi pipiku. Tapi dengan cepat aku hapuskan, aku tidak mau terlihat cengeng di depan dia. Aku harus tegar dan mengikuti kemauannya.
"Ternyata aku salah menilai kamu, Dean.., aku terlanjur jatuh cinta dan sayang sama kamu, aku nggak nyangka ternyata kamu buaya. Aku yakin sudah banyak orang yang menjadi korban kamu.." ujarku sengit.
"Bukan begitu Ju, anggap saja kisah kita adalah mimpi indah kamu. Tak ada kesetiaan dan hubungan yang kekal dalam dunia G. Kamu harus siap menghadapinya. Dan yang penting kamu harus bersiap untuk menikah, just say good bye for gay world.." ujar Dean ringan.

"Nggak Dean, aku ngga bisa bersikap seperti kamu. Aku berterima kasih kamu udah bawa aku ke dunia yang nyata. Tapi aku akan buktikan kalau aku bisa mendapatkan pasangan yang setia. Aku ngga peduli sebesar apa pengorbanan yang harus kulakukan. Dan untuk menikah, suatu saat akan aku lakukan. Tapi kalau kamu minta aku berhenti dari dunia G, aku belum siap. Aku masih ingin mendapatkan kasih sayang seperti yang kuinginkan. Aku sayang kamu, tapi kalau itu mau kamu, sepertinya nggak ada yang perlu dipertahankan.." ucapku tegas.
"Walau kita sudah nggak punya hubungan khusus, tapi kita tetap berteman kan Ju..?" tanya Dean sambil meremas tanganku.
"Yes.. we are friend, just friend.." jawabku.

How could an angle break my hearts. Why didn't he catch my falling star. I wish I didn't wish so hard, maybe I wish our love apart. How could an angle break my hearts. Oh my soul is dying, it's crying, I'm trying to understand please help me. How could an angle break my hearts..

Alunan lagu dari Toni Braxton yang dibawakan oleh group musik di hotel itu menambah kesedihanku. Dean mengantarku kembali ke hotel, dan dia mampir ke kamarku. Aku bersikap menjaga jarak terhadapnya. Hatiku sakit dan hancur rasanya. Disaat aku menemukan duniaku dan merasakan indahnya, ternyata harus berakhir dengan cepat. Dean tidur di sampingku, dan aku berbalik membelakanginya.

Dia mengelus bahuku, "Ju jangan marah begitu dong.. aku mau menemani kamu malam ini dan melanjutkan kencan kita, ini untuk yang terakhir tanda perpisahan kita.." rayu Dean.
"Tidak Dean, tidak ada cinta lagi. Hatiku sudah hambar, seperti kataku tadi, we are just friend. Aku harap kamu mau menghargaiku. Besok aku akan pulang ke Jakarta, saranku dalam menjalin hubungan, jangan memberi janji muluk untuk mendapatkan sex. Lebih baik kamu bilang terus terang bahwa itu just for fun. Aku kasihan melihat kamu, kamu nggak punya rasa cinta yang ada hanya nafsu saja.." ucapku pelan menahan air mata yang akan jatuh.

Dean terdiam, dan kami masing-masing beku dalam kebisuan. Akhirnya aku tertidur juga, setelah lelah memikirkan peristiwa ini, Dean juga tertidur pulas di sampingku. Malam itu kami bagai orang asing satu sama lain.

Aku terbangun ketika kurasakan sentuhan lembut mencium keningku. Aku mencium wangi sabun dan aroma pasta gigi dari Dean yang pagi itu telah bersiap untuk kembali ke rumahnya.
"Morning Ju.., aku mau balik ke rumah. Jam berapa pesawat hari ini..?" tanya Dean sambil dudukdi sampingku.
"Hmm.. jam 10.30. Garuda pagi.." jawabku sambil menggeliat.
"Ok deh.., selamat jalan sampai ketemu lagi ya.." ucapnya sambil menciumku sekali lagi, kali ini lebih lama.
Aku membiarkan saja, sebab tidak mudah bagiku melupakan kisah kami hanya dalam satu malam saja.

"Ok bye.. take care, I love you.." ucapku sambil mengantarnya keluar kamar.
"Ayo dong.. jangan diulangi lagi. Membuat kamu sakit hati aja nanti.." ujar Dean.
"Nggak apa kok Dean, mungkin lebih baik kalau aku menganggap kamu sebagai abangku, sehingga sakit ini bisa diobati. Nggak mungkinkan adik jatuh cinta ama abangnya..? Lagipula aku nggak akan benci kamu, biar saja aku dengan kecewaku.." jawabku.
"Iya deh.. terserah kamu. I'll be your friend whenever you need.." ucap Dean.

Pagi itu setelah sarapan aku dijemput mobil kantor atas perintah Dean, aku diantarkan ke Bandara Tabing. Aku mengenakan turtle neck hitam, blazer hitam, jeans hitam, sepatu hitam dan black sun glasses. Kunikmati kesendirianku seperti saat aku belum mengenal Dean. Aku harus menghargai keputusannya dan menjalani hari-hariku. Mungkin saja ada yang berubah, karena aku sudah berani menerima dan menjalani cinta sejenis. Menyesal..? Tidak, aku harus berbesar hati menjalaninya. Aku akan lebih hati-hati memilih pacar yang kuharapkan dari kalangan eksekutif muda juga, sehingga beberapa benturan akan mudah diselesaikan seperti kisahku dengan Dean. Kunikmati alunan lagu Reza melalui headphone-ku sambil mencoba menguatkan hatiku.

Bagiku semua berarti, tapi bagimu semua sementara. Peluk kuhayati cumbu kuyakini, semata-mata dari lubuk hatiku. Namun kau coba berdalih semua tak mungkin terjadi semua tak ada artinya. Dari lubuk hati yang dalam kucoba untuk memusnahkan segala gejolak di otak kita. Kuharap mungkin ada Cinta di setiap peluk yang tercipta dan masih kuharap disini mungkin ada cinta.

TAMAT