(by: le_la_ki63@yahoo.com)
Jadilah diri sendiri. Jangan mau jadi orang lain atau makhluk lain. Berlakulah sebagai kodrat yang diciptakan oleh Tuhan. Itu terus yang terngiang di telingaku, di pikiranku. Selagi aku menghindar dari semua godaan yang aku senangi tapi tidak disenangi Tuhan, bisikan-bisikan itu terus bersuara. Kadang pelan, kadang sampai menghentak jantungku.
Sore ini aku pulang tidak terlalu malam. Sebenarnya, ini adalah Ramadhan keduaku jauh dari teman-teman dan keluarga. Rasanya sedih juga. Aku masih ingat suasana sahur yang tenang tapi asik, atau suasana buka yang rame tapi masih tetap khusuk. Kesibukan kantor, membuat aku menjalankan ibadah puasa lancar-lancar saja. Cuma ibadah lainnya yang harusnya dapat kulakukan lebih intensif, tak dapat kulakukan penuh. Pulang kantor yang sudah malam membuat aku jarang sholat tarawih di mesjid.
Kamarku masih sepi dan gelap. Dimaz yang beberapa hari ini nginap di tempatku belum pulang. Cowok ganteng, teman yang aku kenal ketika sama-sama ikut pemilihan Foto Model sewaktu di Jogya, mengikuti seleksi karyawan di salah satu kantor di kawasan Kuningan. Dia sendiri baru saja selesai S1 Arsitekturnya di salah satu perguruan tinggi di Yogya dan tinggal wisuda saja. Hari ini adalah hari kelima dia di kamarku. Katanya hari ini dia test khusus, hanya diikuti 40 orang, setelah test umum tertulis yang diikutinya dinyatakan lulus. Hebat dia. Dia menyisihkan hampir 200 orang peserta yang ikut test. Kupikir, zaman sekarang, seleksi semacam itu hanya basa-basi saja. Kolusi tetap ada!
Setelah mandi dan melakukan kewajibanku sebagai muslim, aku tiduran. Sengaja aku tidak nyalakan TV. Rasa kantuk dengan cepat menyerangku setelah menikmati kenyamanan di kasur. Hm.. Jakara yang belum hujan dan puasa yang kulakukan tadi siang, membuat aku cepat lelah.. Atau kekenyangan dengan menu buka puasa yang lumayan banyak tadi sore.
"Maaf, udah tidur ya?" si ganteng Dimaz baru pulang. Aku lihat dia sedang di depanku memperhatikan aku tidur bertelanjang dada dan bercelana batik. Apakah dia sudah lama memperhatikanku?
"Nggak pa-pa," jawabku malas.
"Gimana testnya? Lancar?" tanyaku sekedarnya.
"Ya.. Lumayan. Maaf aku pulang kemalaman, jalan-jalan dulu, trus bingung naik kendaraan umumnya." jelasnya.
Aku menggangguk.
"Aku ngantuk berat nih.. Aku tidur ya.." kataku sebelum dia bercerita lagi. Mataku benar-benar sangat berat untuk dibuka.
Aku putar tubuhku untuk mengambil posisi tidur yang nyaman lagi. Aku ingat, aku masih tidak pakai baju. Dengan segera aku raih kaos oblongku di samping tempat tidur, dan memakainya dengan sedikit mengangkat badanku agar dapat menyarungkan kaos ke tubuhku.
"Aku tidur dulu ya," pamitku lagi sambil melirik Dimaz yang sudah membuka pakaiannya. Dia hanya memakai celana dalam dan berjalan mengambil handuk. Mau mandi dia.
"Iya," jawabnya.
"Aku juga mau mandi dulu. Gerah sekali.."
Walau sudah biasa untuk menahan gejolak nafsu kalo lihat cowok keren, aku tetap saja ser-seran. Untung aku sedang sangat ngantuk, kalo tidak..? Terus terang saja, aku masih susah untuk menyetel otakku agar 'menganggap biasa saja' kalau lihat yang keren seperti Dimaz tadi. Sholatku terasa sia-sia selama ini.. Aku belum bisa tunduk terhadap aturan Tuhan, seperti janji-janjiku dalam surat-surat yang kubaca dalam setiap kali sholat. Ah..
Ada yang aneh terasa yang membuat aku terbangun. Ketika mataku terbuka untuk melirik jam dekat TV, kulihat bayangan yang membuat jantungku berdegup kencang. Lampu ruangan memang tidak nyala. Jam di dinding menunjukkan sudah setengah dua dan TV nyala sedang menyiarkan sepakbola. Suara TV kudengar sayup-sayup saja, dan suara dengus dan nafas yang tertahan membuat aku menggerakkan bola mataku mencari sumber suara mesum itu.
Kutahan sekuat tenaga agar tubuhku tidak bergerak, walau tubuhku terasa menggigil menahan nafsu. Kulihat Dimaz sedang setengah telentang di depan TV, disiram cahaya TV yang menyala, telanjang! Benar-benar telanjang polos! Dia telentang bersandarkan bantal lantai di atas karpet vinyl. Tangan kirinya menyangga kepalanya, sedang tangan kanannya memainkan kontolnya yang setengah tegang. Pemandangan yang sangat indah di mataku, terasa aku bermimpi. Aku tidak mimpi. Ini nyata, Yadi! Syetan sudah mulai menyapaku. Walau udara di kamarku terasa agak panas, tapi tubuhku menggigil..
Kontol yang gemuk dan panjang itu bergerak-gerak seperti ikan lele yang dipegang hanya bagian ekornya. Dia menjepit batangnya itu dengan jempol, jari telunjuk dan tengah, Sedang jari manis dan kelingkingnya di tekuknya. Karena pegangan yang sedikit itu membuat gerakan kontolnya seperti menari-nari. Dia menggerakkan naik turun dengan jepitan yang tidak begitu kencang. Jantungku tidak dapat diajak kompromi. Berdetak makin keras melihat otot bulat panjang yang mengkilat itu bergerak-gerak liar di tangannya. Tubuh Dimaz sudah berkeringat, dapat kulihat tubuh indahnya yang mengkilat. Entah sudah berapa lama dia memainkan barangnya itu. Kelihatan asyik sekali dan sangat menikmati. Ah.. Nafasku tetap tak tertahankan dan kakiku menuntut untuk digerakkan..
Dimaz melirik ke arahku ketika aku menggerakkan kakiku dan mendengus. Sungguh, aku sudah susah mengontrol diri. Aku menggeliat dan kembali keposisi tidur. Mungkin dia pikir aku masih tidur, dia kembali mempermaikan kontolnya yang makin tegang dan sangat indah kulihat dengan hanya cahaya TV. Sekarang kedua tangannya aktif dengan batang di selangkangnya itu. Menariknya ke pinggul kanan, ke pinggul kiri, memutarnya dan menekannya ke arah perut. Ujung kontolnya nyaris sampai ke pusarnya. Ukuran di atas rata-rata. Sesekali dia mempermainkan puting susunya yang mulai mengeras. Dengus nafasnya kudengar makin keras. Aku bernafas kencang, seperti orang tidur nyenyak..
Cukup lama aku nikmati apa yang dilakukannya tanpa dia tahu. Kontolku juga sudah menegang. Tapi kutahan diri untuk tidak menyentuhnya.. kalau tanganku ikut melakukan seperti yang dilakukan Dimaz, wah.. Dosa apa lagi ini? Mestinya aku menghentikan apa yang dilakukannya. Atau aku alihkan mataku ke tempat lain. Tapi syetan yang ada di otakku menyuruhku untuk terus menikmati live show ini.
Kulihat Dimaz tidak menonton TV yang di depannya Matanya kadang terpejam, menikmati rangsangan yang dilakukannya. Kadang wajahnya menoleh kesamping, seperti menahan nikmat yang ada. Tangannya makin liar. Tangan kirinya mempermainkan pelirnya dan sesekali jarinya masuk ke bibir anusnya. Tubuhnya melengkung agar tangannya dapat mencapai daerah anusnya. Jari-jarinya terus mengelus pelan sekujur tubuhnya. Ototnya menegang..
Kenapa ini kau biarkan Yadi! Akhirnya ada suara yang sangat keras, membuat aku memutar tubuhku, membelakangi Dimaz yang makin nafsu bermasturbasi. Walau aku tidak melihat langsung apa yang dilakukan Dimaz, tapi dapat kurasakan apa yang sedang terjadi padanya. Ah.. Suara keras nafasnya, dan geliat tubuhnya yang atletis itu menandakan kalau dia orgasme dengan muncratan spermanya yang tumpah ke perutnya, ke dada dan sebagian ke pahanya.
Usahaku untuk menghapus apa yang kulihat tadi dengan memejamkan mataku sia-sia. Bayangan Dimaz yang sedang mengocok kontolnya dengan cepat masih terlihat jelas di mataku. Kembali aku tutup mataku rapat, sambil kutarik bantal untuk menutupi telingaku. Semua masih jelas. Kenapa ini? Tubuhku menggigil dalam udara panas begini.. Dalam hati aku menyadari kesalahanku. Tuhan pasti sedang mengujiku lagi.. Pelan aku berzikir.. Mohon ampun..
Usaha yang kulakukan membuat aku sedikit tenang. Aku hela nafas panjang. Aku nggak peduli Dimaz tahu apa tidak, kalau aku sudah melihat dia bermaksiat tadi.. Aku pejamkan mataku.. Kuatur nafas agar tenang. Sampai aku tertidur.
Syetan itu kembali datang membangunkanku untuk memutar tubuh menghadap Dimaz yang sedang mempermainkan barangnya. Tubuhnya kilihat sangat indah. Dadanya, lengan bahunya, perutnya, pahanya.. Ruangan kamarku terasa sangat terang, sehingga aku dapat jelas melihat lekuk tubuhnya.
"Sedang apa?"
Kok aku bertanya lagi? Dimaz seperti tidak merasa berdosa apalagi malu. Dengan tenang dia terus mempermainkan kontolnya, dan spermanya yang berlepotan di sekitar tubuhnya diratakannya. Senyum menggodanya membuat jantungku berdetak kencang. Srr! Tangannya mengelus tubuhnya seperti menari di mataku. Tubuh telanjangnya berkeringat..
"Aku sedang pusing. Dan aku sedang mendapatkan kesenangan.." jawabnya. Sorot matanya seperti mengajakku untuk ikut serta. Aneh, aku tidak berkomentar apa-apa.
Wuih! Akhirnya aku bangun sambil membuka kaosku dan celana batikku. Aku berdiri berjalan ke depan Dimaz, telanjang! Kontolku sudah setengah tegang. Dimaz mengangkat badannya untuk bersila. Akupun duduk di depannya. Aku seperti sedang bercermin. Kami saling mengocok kontol masing-masing. Pelan dan terasa sudah licin sehingga aku dengan mudah naik-turunkan telapak tanganku yang menggenggam batangku. Barang kami dan tubuh kami sama mengkilat.
Tubuh kami tak jauh beda dalam ukuran dan keindahannya. Dimaz memang lebih tinggi 5 cm-dia 178 cm-dan lebih muda dua tahun dariku. Tulang besar dan otot yang padat yang saling berhadapan ini, kami perbandingkan, tanpa saling sentuh. Lama aku menatap tubuhnya, seperti dia juga menatap seluruh tubuhku. Kami masing-masing-entah kenapa-bisa menahan diri tidak saling sentuh dan raba. Kuperhatikan seluruh lekuk tubuhnya yang indah itu.. Sampai akhirnya aku ejakulasi hebat. Kontolku memuntahkan spermanya tanpa genggaman kencangku. Otot selangkangku mengejang. Ah.. Nikmat sekali! Tumpah semua di depan Dimaz. Jaringan syarafku terasa lega, setelah selama ini menegang kencang. Kutarik nafas panjang.. Pelan kulelus batangku, usaha menormalkan rangsangan.
Kontolku masih tegang ketika aku bangkit untuk mengambil tisu, maksudnya mau membersihkan spermaku yang tumpah tadi. Waktu melangkah, terasa lututku terasa agak kaku. Tertatih aku melangkah. Kulihat Dimaz kembali mengocok pelan kontolnya sambil telentang dan kaki ditekuk mengangkang. Tapi lama-lama dia mempercepat gerakan tiga jarinya yang sedang menjepit itu, sampai akhirnya.. Tumpah semua diiringi dengus nafas dan gelinjang tubuhnya..
Azan subuh membangunkanku! Apaan ini? Aku mimpi basah, kataku dalam hati, ketika tanganku menyentuh kontolku yang sudah tidak begitu tegang. Cairan kental itu membasahi bagian depan celana batikku. Cairan kental itu seperti ditumpahkan keselangkangku. Banyak sekali terasa. Jantungku langsung kembali berdebar. Ada rasa berdosa timbul.. Aku terlambat bangun untuk sahur. Tapi aku niatkan akan terus puasa.. Walau tidak makan sahur.
Kulihat Dimaz juga masih tidur dengan hanya mengenakan celana pendek katunnya di depan TV di atas karpet vinyl. Dada dan perutnya yang padat itu bergerak naik turun. Dia tidur nyenyak dengan ekspresi wajah tampannya yang kelihatan sedikit tersenyum. Indah sekali. Kulihat sekitar tubuhnya ada bekas cairan sperma yang sudah mengering. Biasanya aku bangunkan dia untuk sahur. Tapi karena udah waktunya imsak, ya kubangunkan nanti saja. Ingin aku perhatikan tubuh indah Dimaz itu lebih lama.. Tapi aku takut akan terjadi ' hal tak diinginkan' lagi. Bayangan tubuh Dimaz yang telanjang polos, entah kenapa kembali terbayang..
Bersambung . . .