Kubuka mataku yang masih terasa berat. Kulihat di sampingku Lee masih tertidur pulas. Kami cuma mengenakan CD saja. Aku bangkit menuju kamar kecil. Setelah berkumur dan minum air aku kembali berbaring di sisi Lee. Kupandangi wajahnya yang tampak polos. Begitu manis dan menggoda untuk dibelai. Aku mulai menyapukan tanganku pada pipinya, lalu ke matanya, alisnya dan bibirnya. Lee membuka mata saat merasakan sentuhanku dan beringsut mendekat padaku. Kubelai-belai rambutnya dengan penuh kasih. Dia lalu memelukku.
"Lee." Kusebutkan namanya sembari membelainya.
Dia cuma mendehem sambil mengetatkan pelukannya. Tidak ada nafsu yang kurasakan. Cuma rasa sayang yang pekat. Saat itu aku merasa tidak dapat hidup tanpa dia. Aku mulai menciumi rambut dan wajahnya. Ku tarik selimut yang sudah tersingkap untuk menutupi tubuh kami berdua. Beberapa waktu berlalu sampai tangan Lee kurasakan mengusap-usap punggungku.
Kupejamkan mata untuk menikmati sentuhannya. Semakin turun tangannya dan mulai meremas pantatku. Aku juga merubah ciumanku menjadi lumatan. Ketika Lee menelusupkan tangannya ke dalam CDku, aku langsung telentang dan membiarkan dia bermain dengan penisku yang mengeras. Kulihat dia tampak senang. Ada senyum di wajah cutenya saat dia menatapku. Saat dia menarik turun CDku, aku mengangkat pantatku untuk memudahkannya.
"Buka CD kamu juga." Pintaku pada Lee. Diapun menuruti dan melepas CDnya hingga kami sama-sama telanjang bulat.
Kuraih tubuhnya dalam pelukanku dan kutindih. Kami kemudian saling bergumul di balik selimut. Penis kami yang sudah mengeras saling bergesekan dan menekan sehingga menimbulkan rangsangan yang nikmat. Kudekap erat-erat tubuhnya agar seluruh kehangatannya dapat kurasakan. Kulitnya yang lembut dan licin terasa nikmat di kepala penisku. Dengan kedua tanganku, ku pegang kepala Lee yang sedang kutindih.
Saat kudekatkan wajahku untuk menciumnya, dia memejamkan mata. Begitu seksi melihat dia terpejam pasrah dengan bibir separuh terbuka menanti untuk di lumat. Perlahan tapi mantap ku lumat-lumat bibir merahnya yang lalu dia balas. Tercium aroma mulutnya yang belum berkumur. Tapi itu makin membangkitkan gairahku untuk melahap bibirnya. Dengan ciuman panjang ku buat dia kehabisan nafas sampai mukanya menjadi merah. Tak tahan melihat rona diwajahnya, aku kembali menghujani wajahnya dengan bibirku sambil tangannku tetap membelai rambutnya. Penisku yang tegang juga aku desak-desakan di antara pangkal pahanya, sehingga sesekali dia meringis ngilu karena telurnya tersodok penisku.
Tangannya mendekap punggungku sambil mengusap-usapnya. Lama juga kami bercumbu sampai Lee kubuat lemas dengan permainan lidahku di mulutnya.
"Hui. Sekarang saja." Dengan tampang horny berat dia menatapku.
Aku lepaskan pelukanku. Aku lalu berbaring dengan kepala bersandar di dinding. Kuambil bantal untuk mengganjal kepalaku. Posisiku berbaring dengan kepala tegak di dinding. Lee menatap aku dengan heran. Dia tidak mengerti apa yang aku lakukan. Aku panggil dia mendekat dan menyuruhnya berlutut di antara pinggangku. Penisnya yang tegang kemerahan kini sudah berada di hadapanku. Begitu menantang untuk di lumat. Kepalanya juga sudah merah berkilat.
Tanpa di komando lagi Lee memajukan pantatnya sambil tangannya berpegang pada dinding di hadapannya. Kubuka mulutku menyambut penisnya. Kukulum terlebih dahulu kepala yng mengkilat itu. Tercium aroma khas yang menjadi kesukaanku. Tanganku memegang pantatnya untuk membantu gerakan Lee, sementara tanganku yang lain mengusap buah zakarnya. Kumasukkan sedikit demi sedikit batang penisnya sambil kukulum hingga basah supaya memudahkan gerakan keluar-masuknya. Setengah menghisap aku mainkan lidahku di kulit bawah kepalanya. Lee mengigit bibirnya menahan geli.
Terus kumasukan sampai bibirku menyentuh bulu-bulu di pangkal penisnya. Aku resapi kehangatan dan denyutan penisnya yang menyumbat penuh mulutku. Ku sedot dan kulumati dengan lidahku sebelum mengeluarkannya kembali. Dengan bantuan kedua tanganku, Lee mulai memaju-mundurkan pantatnya yang kusambut dengan sedotan dalam mulut dan pijatan tenggorokanku. Aku usahakan penis itu masuk sedalam dalamnya. Aku tahan rasa sakit akibat tekanan kepala penisnya di kerongkonganku.
Sesekali tanganku naik kedadanya untuk memilin kedua putingnya supaya semakin nikmat terasa permainan ini. Pahanya yang padat dan seksi tidak kulewatkan juga. Aku elus naik-turun sembari jariku menarik-narik lembut bulunya. Lee memejamkan mata dan membiarkan aku membimbingnya dan memberi kenikmatan kepadanya. Sampai kurasakan penisnya semakin membengkak di mulutku dan gerakannya semakin cepat. Aku tahu kalau dia sudah hendak mencapai puncaknya.
Semakin kukuatkan hisapanku dan lumatanku pada penisnya.
"Achh, achh." Lee mendesah dengan tubuh kejang. Aku tekan dalam-dalam penisnya ke mulutku.
Dan dibarengi kelojotannya, tiga kali dia menyemburkan spermanya yang langsung menghangati tenggorokanku dan terus masuk dalam tubuhku. Kutahan tubuhnya yang lemas dan ku baringkan dalam dekapanku. Keningnya yang berkeringat aku ciumi dan ku belai dia yang kelelahan karena main sambil berlutut. Ku pandangi Lee yang masih terpejam dalam pelukanku. Aku tahu kalau tidak untuk selamanya kami dapat terus begini.
*****
Winter 97
"Pukul berapa mereka akan tiba?" Tanyaku pada Jin Yong.
Dalam udara yang dingin begini kami berdiri di depan gerbang apartement Sin An untuk menunggu teman-teman Jin Yong Yang akan membawa kami pergi melewatkan malam minggu bersama-sama.
"Sebentar lagi pasti sampai." Jawabnya sambil kembali mencoba menghubungi temannya lewat HP.
Sejak pertemuan kami hari itu aku dan Jin Yong sudah menjadi teman dekat. Setiap sabtu dan minggu kami melewatinya bersama-sama. Tetapi aku masih belum dapat menerimanya sebagai pengganti Lee dalam hatiku. Namun kuakui aku merasa terhibur dan tenang bila bersamanya. Dia dapat bersikap sebagai kakak yang baik dalam menghadapiku yang mulai bersikap kekanakan bila bersamanya. Namun sampai saat ini aku masih menolak untuk dia jadikan adiknya. Dalam bercumbupun Dia lebih bersikap aktif untuk memuaskanku. Pernah dia mengajakku melakukan anal, Tetapi aku mengancam tidak akan berhubungan lagi dengannya kalau dia melakukan hal itu. Dan kami pun lebih banyak melakukan cumbuan yang melenakan saat bermain cinta. Setiap kali bercinta aku selalu membayangkan bersama dengan Lee. Aku tahu ini tidak adil baginya. Tapi aku tidak dapat menepis bayangan Lee dari anganku. Dan kami masing-masing sadar bahwa hubungan kami ini sementara saja sifatnya.
Tak lama kemudian tiga orang teman Jin Yong Tiba. Lalu kami berlima pergi ke suatu tempat di depan airport Kimpo [aku lupa nama tempatnya]. Sudah pukul 10 malam saat kami makan dan minum di sebuah kedai setelah puas bermain bilyard. Tiga orang teman Jin Yong sangat ramah. Umur mereka sebaya dengan Jin Yong, tetapi salah seorang dari mereka sudah kawin. Kepada merekapun aku mengatakan bahwa umurku 22 tahun. Kami minum sampai setengah mabuk. Cuma Jin Yong saja yang tidak minum. Dan diantara mereka aku yang minum paling banyak. Di antara mereka aku lihat yang bernama Tony yang paling keren dan ramah. Dia selalu mengajakku berbicara. Sampai akhirnya dia menanyakan tanggal lahirku. Aku yang setengah mabuk langsung memberitahukan waktu kelahiranku selengkapnya. Dia lalu memberitahu Jin Yong bahwa aku baru 20 tahun saja. Jin Yong memaksaku memanggilnya kakak tetapi aku tetap menolak.
Kami meneruskan minum sampai pukul 2 malam sampai aku yang mabuk berat dan mengantuk, mengajak untuk pulang. Sambil di tuntun Tony aku mengikuti mereka berjalan di deretan tempat hiburan itu. Dalam perjalanan aku sempat muntah dan badanku betul-betul lemas. Tak sampai lima menit kami sampai di sebuah losmen. Aku menolak masuk dan memaksa untuk pulang. Dalam keadaan separuh sadar aku masih dapat memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi. Mereka terus memaksa sambil membujukku. Akhirnya aku yang sudah lemas lunglai membiarkan saja mereka membawaku masuk losmen itu.
Begitu melihat kasur, aku langsung menjatuhkan diri dan mencoba untuk terlelap agar tidak merasakan pening lagi. Samar-samar kudengar suara gemercik air. Mungkin mereka sedang mencuci muka. Aku hampir terlelap ketika kurasakan seseorang menggumuliku. Tangannya merayap ke seluruh tubuhku. Sambil mendekapku dia menghujani leherku dengan lumatan liar dan penuh nafsu. Aku yang benar-benar mabuk berat, tidak berdaya untuk menolak saat pakaianku di lepasi satu-satu. Bahkan untuk buka matapun aku tidak berdaya. Yang kuinginkan saat ini cuma satu. Tidur.
Dadaku mulai dilumati dan putingku di hisap-hisap. Tetapi rasa pening kepalaku lebih kuat dari pada rangsangan yang kuterima sehingga tidak ada reaksi dariku selain mengeluh karena merasa terganggu. Kubiarkan saja aku di cumbui sampai kurasakan ada tangan lain yang ikut berkarya atas tubuhku. Ku coba untuk membuka mataku yang terasa berat. Dan aku terkejut saat kulihat Tony dan Jee Hoon yang sudah beristri sedang mencumbuiku. Tony melumat dan menjilati permukaan dadaku sementara Jee Hoon meraba-raba paha dan meremasi pantatku. Aku coba meronta, tetapi aku sudah tidak ada kekuatan lagi. Kucoba lagi untuk menoleh ke samping dan kulihat JinYong sedang bermain kartu bersama Woo Song.
"Jin Yong." Dengan suara lemah aku coba minta pertolongan kepada Jin Yong.
Tetapi setan itu cuma menatapku sekilas dan meneruskan permainan kartunya sambil tertawa-tawa. Akhirnya aku pejamkan kembali mataku yang terasa berat sambil ku sebut-sebut nama JinYong dengan tenaga yang tersisa. Dan akupun terlelap tanpa menghiraukan lagi apa yang mereka lakukan kepada diriku.
Aku terbangun dengan kepala seperti ada yang memggantungi. Rupanya pengaruh soju semalam belum hilang dari kepalaku. Kulihat semua masih tidur. Saat kubuka selimut yang aku pakai berdua dengan Tony, ternyata kami semua telanjang. Lebih menyedihkan lagi ialah seluruh tubuhku penuh dengan tanda merah bekas hisapan. Bukan itu saja. Aku perhatikan tubuhku dengan seksama, rupanya semalam mereka memandikan aku dengan sperma mereka. Karena kulihat badan dan pahaku penuh dengan bekas cairan kental yang mengering.
Kusimpan kemarahanku dan kembali tidur. Aku merasa terhina dan malu. Aku berpura-pura cuek saat kami bersama-sama meninggalkan losmen itu. Tetapi ketika kami menuju tempat parkir mobil, aku hatam lengan Jin Yong kuat-kuat sampai dia terhuyung hendak jatuh.
"Hui. Kamu ini kenapa?" Pekiknya sambil memijat lengannya yang pasti terasa sakit.
Aku melayangkan kembali kepalanku untuk menjawab pertanyaannya. Kali ini dia menghindar dan Tony memelukku untuk menenangkanku.
Di dalam mobil aku dan JinYong tidak saling berbicara sampai saat kami berhenti di sebuah restoran, JinYong mendekatiku.
"Semalam kamu memanggilku kakak. Karena itu aku tidak biarkan mereka mengerjaimu." Jelasnya kepadaku.
Sejenak aku diam saja. Kemudian ketika dia mendekat, aku segera memeluknya. Sejak saat itu aku memanggil Jin Yong, kakak.
*****
ku ingin sedikit waktu lagi
untuk tetap bertahan menanti
sampai saat cintaku datang
beri sedikit lagi kehangatan
untuk tetap berjaga disini
menahan dingin menyayat hati
sampai cintaku tiba kembali
rinduku kini telah memerah
perlahan gugur melayang
ranting hatiku pun telah gersang
bersama salju yang menjelang
*****
11 Desember 97
Sampai juga aku akhirnya pada saat yang beku ini. Saat aku buka tirai jendela untuk menatap pagi, Kulihat salju telah menyelimuti bumi. Aku berjalan keluar dan terasa hawa dingin yang menyapa. Begitu dinginsampai terasa di dalam hati. Kesepian mulai berlagu pilu.
Musim dingin tahun lalu kulewati dalam kehangatan bersama Lee di sisiku. Dan kini semua kenangan itu mulai memudar oleh bertumpuknya sepi dan kepedihan. Hingga kini hanya menyisakan kerinduan yang tak habisnya aku telan.
Kemarin malam aku duduk di halaman kamarku. Kulihat di langit yang mendung ada sebuah bintang berpijar. Aku merasa seperti bintang itu. Berkelana di luas langit malam tanpa ada yang menemani saat kesepian. Saat itu aku harapkan bayangan Lee hadir menjelma, agar kerinduan ini dapat tersampaikan. Kehadiran Jin Yong cuma dapat mengisi hari-hariku, namun tidak dapat mengisi hatiku.
Musim gugur telah usai. Namun kenangan yang ditinggalkannya tetap membekas di anganku. Entah berapa banyak sudah airmata yang menetes di setiap daunnya yang jatuh berserakan. Aku sudah lelah. Terlalu lama di negara ini akan menghancurkanku.
*****
Banyak email dari teman-teman yang masuk. Dan kebanyakan menyangka aku ada di Indonesia. Saat ini aku berada di Malaysia, tepatnya di Johor. Terima kasih buat email yang masuk. Aku akan berusaha untuk membalasnya meskipun lambat.
Bersambung . . . . .