Dan saya merasakan tubuhnya menyentak mengejang berapa kali dan bersamaan dengan geliat penisnya yang saya genggam sambil menyemprotkan cairannya ke seperai. Saya melihat Pak Rudi memejamkan mata dengan lemas masih menikmati orgasmenya. Sebenarnya saat itu saya juga mau merasakan orgasme didalam tubuh Pak Rudi, namun sepertinya Pak Rudi sudah sangat lelah, saya menghetikan penis saya yang masih tertanam di dalam tubuh Pak Rudi sambil memeluknya dengan rasa sangat bahagia karena bisa membuatnya orgasme seperti tadi. Pak Rudi berbalik dan berusaha menciumku saya sambut dengan bibirku.
"Terima kasih, Sayang," ucapnya kemudian menciumku lagi dan kembali membelakangiku, sepertinya dia cukup kelelahan.
Saya masih memegangi penis Pak Rudi yang berangsur mulai melemas dan tangan saya dipenuhi cairan putih kental itu, sambil terus memeluk Pak Rudi dan penisku masih tertanam didalam tubuh Pak Rudi saya menjilat tangan saya merasakan cairan kental itu rasanya asin dan enak, saya menjilat taganku sampai bersih menelan habis cairan itu. Saya menarik penisku dari tubuh Pak Rudi yang sepertinya sudah tertidur kelelahan dan saya bergeser agak ke atas sehingga bisa mencium pundaknya, lehernya, pipi dan rambutnya kemudian saya tertidur disampinya sambil terus memeluknya menciumi tubuhnya dan menikmati aroma parfum yang sudah membaur dengan aroma tubuh maskulin Pak Rudi.
Saya tidak tahu sudah jam berapa tapi mungkin sudah hampir pagi, mungkin sekitar jam 3 atau 4 tapi saya tertidur saja dengan sangat bahagia dengan semua hal yang kualami hari itu dengan Pak Rudi. Berharap hari-hari kedepan akan lebih indah.
Jam 10 Pagi saya terbangun dan Pak Rudi sudah tidak di sampingku lagi, saya terbangun dan mencari celana dalam dan celana pendek yang kukenakan tadi malam. Saya memakainya kemudian ketoilet mencoba cuci muka dan melap mukaku dengan handuk, kemudian berjalan keluar. Saya langsung ke dapur karena mendengar suara dari sana, rupanya Pak Rudi sedang memasak sesuatu.
"Sudah Bangun, Sayang," ucapnya dengan senyuman yang semakin membuatnya tambah manis.
Dia menghentikan kegiatannya dan berjalan ke arahku, dia sudah mandi dan mengenakan kaos serta mengenakan celana jeans. Kami berpelukan dan berciuman mencoba saling mengamati wajah masing-masing, saya mencium Pak Rudi di bibir kemudian mencium sedikit di belakang lehernya. Postur Pak Rudi lebih pendek dariku, sekitar 168 dan saya 172.
"Saya mandi dulu ya! sayang!" ucapku sambil melepaskan pelukan kami.
Pak Rudi menciumku dan saya pergi ke kamar untuk mandi. Selesai mandi saya lihat di tempat tidur sudah ada pakaian ganti dan juga sebuah CD putih, saya memakainya dan kami makan sambil nonton TV. Setelah itu saya pamitan untuk pulang dulu karena takut orang dirumah khawatir. Walaupun semalam saya sudah SMS bahwa saya tidak akan pulang tapi tidak pulang lama begini rasanya tidak enak juga. Saya ganti pakaian seperti pakaian kantor yang saya kenakan kemarin dan pamitan untuk pulang tapi ciuman yang harusnya ciuman perpisahan itu malah menjadi ciuman indah yang berlanjut ke making love yang lebih seru dari tadi malam.
saat akan pergi sambil berdiri kami berpelukan dan berciuman karena tapi dia malah membuatku semakin hanyut dengan ciuman basah itu. Saya mencoba menyentuh daerah sekitar depan penisnya yang kelihatannya menonjol namun sepertinya benda didalamnya sudah sangat tegang dan dia melakukan hal yang sama padaku sambil tidak melepaskan pautan bibir kami sampai akhrinya membuat kami melepas semua pakaian yang kami kenakan dan melakukannya lagi diruang tamu. Kami memulai dengan posisi berdiri kali ini sepertinya dia ingin cepat-cepat dimasuki dia memberikan pelicin pada Pada Pusakaku yang mengacung itu dengan lotion kemudian membelakangiku dan mengarahkanya untuk masuk ke daerah analnya.
Saya mendorongnya dengan pelan karena dia masih merasa sakit kemudian saat dia sepertinya mulai menikmatinya saya memaju mundurkannya dan mehentakan beberapa kali saya agak kesulitan dan tidak terlalu nyaman dengan posisi ini karena saya agak lebih tinggi darinya namun tetap saja nikmat dan membuatku sangat bahagia dengan bisa melihatnya mendesah kenikmatan dengan posisi beridiri ini. Dia bertumpuh dengan kedua tangannya kedinding, dan kadang-kadang saat saya menghentakkan terlalu kuat ke dalam sepertinya dia agak terangkat ke atas tapi dia menikmatinya, sesaat dia berbalik kebelakang dan kami berciuman.
Sepuluh menit dengan posisi itu kami ganti posisi dia berbaring di sofa dan saya berlutut di lantai mengangkat kedua kakinya ke atas dan meletakannya di diantara pinggangku, luar biasa saya melihatnya dia sangat seksi dengan posisi ini sehingga semakin membakar nafsuku untuk terus memaju mundurkan penisku, dan saya bisa melihat wajah dengan senyum dan desahan kenikmatan membuatku semakin bernafsu, dan kadang-kadang kami dengan mudah bisa berciuman dan saling melumat lidah dan bibir masing-masing.
Desahannya semakin kuat dan keras saya semakin mepercepat maju mundur penis saya saya lihat dia memejamkan mata menikmati hal ini dan terus mengocok penisnya sendiri.
"Saya sudah mau keluar, sayang," ucapku.
"Keluar sekarang aja sayang"
"Saya juga sudah mau"
Akhirnya saya menyemprotkan cairan saya didalam tubuhnya dan dia terus saja menikmati hal ini dan terus mengocok penisnya. Saya menikmati beberapa saat orgasme saya namun kemudian menggerakan kembali penis saya yang memang belum lemas untuk membantunya mencapai orgasme. Beberapa saat kemudian saya melihatnya kejang dan penisnya memutahkan cairan itu diatas perutnya, dia memejamkan matanya saya memeluknya dan menciumnya kembali.
"I love you, Sayang" ucapku dekat kupingnya sambil kemabali menciumi pipinya.
"I love you juga sayang" balasnya.
Kami membersihkan diri, di kamar mandi, mandi bersama-sama sambil kadang saling berciuman dan berpelukan. Rasanya benar-benar hal yang sangat indah Kemudian saya pamit pulang dulu kerumah dan berciuman, kali ini memang ciuman untuk perpisahan.
Saya pulang kerumah dan tidur sampai akhirnya saya terbangun dengan bunyi HP-ku.
"Halo," ucapku.
"Halo sayang, lagi ngapain?" ucap yang kudengar ditelpon yang langsung membuatku bersemangat karena suara itu adalah suara Pak Rudi nomornya belum tersave di HP ku jadi tadi tidak kukenal.
"Baru bangun tidur," jawabku saya tidak mengatakan sayang karena khawatir ada orang disekelilingku yang mungkin dengar.
"Lagi dimana?" tanyaku.
"Dirumah aja ko sayang!"
"Eh.. Nanti malam kita nonton yuk, ada film bagus tuh di TO" ajaknya.
"Jam berapa?" tanyaku.
"Yang midnight aja, lebih seru tuh."
"Ok," jawabku.
"Saya jemput jam 7 ya, kita jalan-jalan dulu!" ucapnya lagi.
"Nanti saya mau Ke Gramedia cari buku, ketemu disana saja."
"OK, Gramedia Mall Ratu Indah?" mencoba memastikan.
"Yup, jam 7 saya sudah disana ko!" jawabku.
"OK deh sayang, I love you!" ucapnya.
"Iya," dan saya tutup telepon saya masih takut bilang sayang lewat telepon gitu, takut ada yang perhatiin dirumah.
Malam itu kami nonton sampai dini hari selama dibioskop kami terus berpegangan tangan dan rasanya sangat indah, seandainya memungkinkan mungkin kami bisa lebih seperti yang kami lakukan dalam perjalan pulang kerumah saling berciuman dan saling memegang penis masing-masing. Kami tiba Jam 3 Pagi dirumah, saat masih digarasi saja celana dan pakaian kami sudah kusut dan awut-awatun dan kami langsung masuk rumah melanjutkan hal tersebut. Benar-benar suatu kenikmatan dan anugrah yang luar biasa. Bisa bersama dan melakukan hal ini dengan orang yang saya cintai.
Hubungan kami berjalan lancar dan sangat indah apalagi saya kemudian direkrut bekerja di Bank tersebut sehingga dengan mudah kami bisa selalu bersama, kami saling mencintai dan berkomitmen untuk bersama dan saling menjaga. Di kantor kami selalu bersikap biasa-bias, berhati-hati dan berusaha untuk tidak membuat orang curiga apalagi sampai ketahuan. Kami mengusahakan meminimalkan intesitas pertemuan kami, dan walaupun saat pertama diterima sebagai karyawan di bank itu saya menjadi bawahan Pak Rudi tapi saya mengajukan permohonan pindah ke bagian lain dengan alasan devisi tersebut bisa membuat saya lebih berkembang, padahal alasan saya mau pindah karena saya tidak bisa bekerja jika selalu berdekatan dengan orang yang sangat kucintai tersebut. Rasanya yang ada dipikiranku hanya ingin memeluknya saja.
Kami berusaha berlaku seolah-olah kami kawan karib saja pada hal kami lebih dari itu, terutama saat makan siang di kantin saya harus benar-benar pintar jaga sikap demikian juga dia, tapi ini sudah komtimen kami, dan saya benar-benar menikmati hal ini dan tidak menyesal lagi bahwa saya tertarik dan menyukai pada sejenisku. Namun sayangnya itu hanya berlangsung kurang dari setahun karena Pak Rudi harus dipindahkan ke kantor pusat dia diminta masuk devisi Analis Produk. Dan itu merupakan peningkatan karir yang besar baginya dan tidak mungkin saya menahannya apalagi ini untuk kebaikan dia. Pernah dia mengatakan niatnya untuk mengajukan permohonan ke kantor pusat agar tetap disini, tapi saya melarangnya, karena hal seperti itu sangat tidak wajar dan tidak etis untuk dilakukan di sebuah perusahaan dan memang harusnya saya dan dia belajar mengorbankan sesuatu dalam hidup ini untuk sesuatu yang saya harap akan lebih baik nantinya bagi kami berdua dan kalau memang cinta kami ditakdirkan untuk bisa kembali bersama mungkin nanti kami bisa bersama kembali.
Perpisahan kami memang sangat berat, merupakan hal terberat yang pernah saya alami dalam hidup dan saya yakin baginya juga pasti sangat berat. Awalnya saya tidak yakin mampu berpisah dengannya namun saya tidak pernah menunjukkan hal itu padanya karena saya ingin dia mendapatkan posisi itu, saya berusaha untuk tegar dengan perpisahan kami tapi akhirnya sekarang mungkin kalau kamu sempat membaca tulisan ini. Saya merelakan kamu pergi karena kamu berhak dan harus mendapatkan yang lebih baik, hari itu sama sekali saya tidak bergembira dengan kepergianmu tapi saya pura-pura saja bersemangat, mengemasi barang-barangmu, mengantarmu ke bandara, tapi malam itu saya tidak tidur, dan tidak masuk kantor selama 2 hari. Saya tidak ingin membuatmu terlalu sedih karena saya yakin jika kamu juga sangat berat meninggalkan semua itu dan kemungkinan kamu akan nekat untuk memilih tetap disini, sekarang saya sudah lebih baik dan saya selalu mencintaimu. Saya yakin kamu sekarang bisa menerima alasan mengapa saya kelihatannya sangat biasa-biasa dan tenang dengan kepergianmu hari itu.
Terima kasih untuk hal indah kau bawa dalam hidupku ini, I wish we could be together again later, someday later, the day that I am always sure will be come. I always love you, always longing to hold you. Dan kuharap ini tak berakhir.
Tamat