Hati siapakah yang melayang di langit sana
Cinta siapakah yang tertiup angin
Aku tak ingin lagi peduli
Asal dapat kulupakan mimpi pedih ini
Masih dapatkah kumiliki lagi
Cintaku yang telah kau bawa pergi
Masih dapatkah kugenggam jemarimu
Saat kerinduan menyiksa hati
*****
KIMPO, Autumn 96
Entah berapa lama aku berdiri disini Menatap dedaunan maple yang melayang di terpa angin yang makin kencang berhembus. Senja musim gugur memang saat yang paling indah. Saat yang paling romantis buat orang yang bercinta, dan saat yang paling memilukan bagi yang sedang patah hati.
Arloji di tanganku sudah menunjukan pukul 6.30. Berarti sudah setengah jam aku terpaku oleh keindahan musim gugur di Korea ini. Sudah hampir satu bulan aku berada di negara ini. Bekerja sambil mencari pengalaman dan jati diri.
Aku kembali ke asrama sebelum hari menjadi gelap. Biasanya malam minggu begini teman-teman asrama banyak yang keluar untuk mencari hiburan. Ketika sampai kulihat ada 3 orang saja yang sedang melihat TV. Aku tinggal di asrama yang dihuni 30 orang. Umur mereka sekitar 20an. Yang paling tua disitu adalah ketua asrama yang berumur 26 tahun. Semuanya orang korea selain aku dan beberapa orang china.
Pertama kali aku kaget juga melihat kehidupan di asrama pria. Apa yang dulu bagi ku tabu untuk orang tahu, tapi disini beberapa orang yang menunjukannya tanpa malu-malu. Aku tinggal sekamar dengan 5orang korea. Umur mereka semua 2tahun di bawahku. Seorang dari mereka suka memelukku saat tidur, tapi kami tidak pernah melakukan apa-apa. Setelah mandi aku pun bergabung dengan mereka di ruang tengah melihat TV sambil tidur-tiduran dilantai. Biasanya kami melihat TV sambil memeluk salah seorang teman untuk menghangatkan badan. Tak jarang beberapa orang dari mereka berpelukkan sambil bermanja-manjaan.
Tak lama kemudian datang Lee, seorang pemuda korea yang telah mencuri hatiku sejak pertama kali aku melihatnya. Tapi sayang sekali dia tidak tinggal satu kamar denganku, sehingga aku tidak dapat memeluknya sepanjang malam seperti yang temanku sekamar lakukan. Tetapi setiap kali aku memanggilnya untuk ku dekap saat melihat TV, dia tak pernah menolak dan kami semakin akrab, meski kami bekerja di department yang berlainan. Seperti biasa, dengan tatapanku saja aku dapat memanggilnya mendekat dan dia kemudian berbaring dalam dekapanku. Kucium bau harum tubuhnya dan kutempelkan hidungku ke rambutnya untuk menghirup wanginya.
"Malam ini kamu ada rencana keluar, nggak?" Bisikku sambil mendekapnya lebih erat. Dia menggeleng.
"Di rumah saja. Melihat TV dan tidur" Jawabnya.
"Kalau kamu?" Tanyanya lagi sambil menoleh menatapku.
"Aku juga nggak pergi. Mau menemani kamu." Jawabku sambil mencium kembali harum rambutnya.
Pertama kali aku kenal Lee saat aku baru 2 hari Tinggal di asrama. Aku melihatnya sedang bermain basket di depan asrama. Begitu melihatnya aku langsung tertarik. Seorang pemuda berusia 19 tahun dengan kulit kemerahan dan mata bulat yang indah di balik kaca matanya, ditambah dengan badan yang meski tidak besar tetapi cukup tegap. Dan saat melihatnya dari dekat, aku makin bernafsu dengan bibir merahnya yang selalu tampak basah.
Tidak perlu menunggu lama, aku bisa akrab dengannya. Namun aku masih ragu akan pribadinya karena dia tidak seperti hyon jae yang suka mencari kesempatan mencium pipiku, tidak juga seperti song min yang sering mengucapkan i love u, maupun yong hoon yang sering curi-curi pandang saat kami sama-sama ganti uniform. Ternyata wajah perpaduan antara cina-jawa yang kumiliki dan keramahanku membuat aku disukai oleh teman-teman. Namun aku tidak pernah melayan mereka karena hatiku sedang terpikat oleh Lee. Setiap kali ada kesempatan memeluknya akan aku manfaatkan untuk merasakan kehangatan tubuhnya.
Akhirnya kuberanikan diriku untuk membelai rambutnya bila aku sedang mendekapnya, sampai suatu sore aku biarkan penisku menegang saat dia bersandar di badanku. Lalu aku mendekap erat tubuhnya sehingga tekanan penisku di punggungnya bisa benar-benar dirasakannya. Sejenak dia diam tak bereaksi, tetapi tak lama kemudian dia merubah posisi badannya semakin mendekat dan aku melihat wajahnya kemerahan. Sejak saat itu aku tidak malu-malu lagi menunjukan sayangku pada Lee meski di depan teman-teman.
Seperti malam ini. Asrama selalu sepi kalau malam minggu karena teman-teman pergi keluar mencari hiburan, sekedar minum-minum ataupun berkaraoke. Dan malam ini hiburanku adalah Lee.
Kami lalu pergi keluar untuk makan di sebuah kedai, dan waktu pulang aku menyuruh Lee untuk menyewa film blue untuk kami nikmati berdua sepanjang malam ini. Kami tiba di asrama pukul 9 dan kedua temanku sudah tidur di kamarnya dan tinggal seorang saja yang sedang melihat TV. Akhirnya kami bertiga bersama-sama menyaksikan film yang aku dan Lee sewa. Setelah film itu habis temanku yang seorang pergi tidur di kamarnya sehingga tinggal aku dan Lee yang ada di ruang tengah. Ini untuk pertama kalinya kami berduaan tanpa ada teman yang dapat mengganggu.
"Kita tidur disini saja!" Ajakku dengan nada setengah memerintah sambil mematikan TV.
Kulihat dia pergi ke kamarnya dan tak lama kemudian keluar lagi sambil membawa selimut dan bantal. Kumatikan lampu ruangan sehingga suasana remang-remang namun cukup cahaya untukku melaksanakan niatku. Aku langsung berbaring di samping dia yang telah lebih dulu berbaring dan menyelimuti badannya. Cuaca malam di musim gugur yang dingin tidak mampu mendinginkan nafsuku yang sedang membara. Berduaan dengan orang yang kusayangi dan pengaruh film yang baru aku saksikan membuat nafsuku meluap minta dilepaskan. Aku sudah biasa bermesra dengan Lee. Tapi kali ini aku takut untuk memulai karena aku tahu kalau kali ini aku ingin lebih dari yang sebelumnya.
Lima menit berlalu sia-sia sebelum ku beranikan diri memeluk Lee dengan sebelah tanganku dan meletakkan kakiku melingkar di atas kakinya. Kurasakan detak jantungnya berdegup kencang ketika jariku merayap di dadanya. Kusingkirkan selimut di badanku dan kutarik selimut Lee ke arahku sehingga kami bersatu dalam satu selimut. Semakin erat aku memeluk Lee yang diam tanpa reaksi. Kubelai rambut dan wajah cute didekapanku. Lalu tanganku merayap masuk kedalam kaus yang di pakainya dan dia mengelinjang pelan saat kupermainkan kedua putingnya. Tanganku menelusuri tiap jengkal dadanya. Kulitnya terasa begitu licin dan lembut membuatku ingin cepat-cepat menelanjanginya. Kuciumi rambutnya, turun ke pipinya, lehernya, dan terakhir kupermainkan telinganya dengan gigitan lembut. Dia bereaksi perlahan tiap kali merasakan nikmat dari perlakuanku dan aku tahu kalau dia menyukainya.
"Lee!" Bisikku pelan dengan suara parau menahan nafsu, sambil kuciumi pipinya.
Lee hanya menjawab dengan mendesah tanpa membuka mata. Kutarik kakiku keatas pahanya dan pahaku merasakan sesuatu yang telah mengeras di balik celana panjang Lee. Sejenak ku mainkan pahaku di tempat itu dan kurasakan penisnya berdenyut-denyut.
Kemudian ku tarik selimut dari atas tubuh kami dan ku lepaskan kaus yang dipakai Lee. Pemuda itu hanya menurut saja dan tanpa membuang waktu lagi kuciumi permukaan dadanya, dari lehernya lalu ku hisap putingnya kiri-kanan sambil tanganku mendekap badannya. Harum tubuhnya menyeruak hidungku, kugigit lehernya dan kusedot dengan hati-hati karena takut berbekas merah.
Lee meronta kegelian, tangannya memegang pundakku dan tangan sebelah lagi mencengkeram rambutku. Dia mendesah dan desahannya membuatku semakin terangsang. Kutindih tubuhnya, kurasakan penisnya yang keras di perutku. Kuhujani perutnya dengan kelincahan lidahku. Ku jelajahi dengan jilatanku sambil sesekali ku hisap. Dia berkelojotan seperti cacing kepanasan. Saat itu aku betul-betul berkuasa atasnya. Kini tangan kananku mulai beraksi atas gundukan di dalam celananya. Kuremas-remas dan kupijit penisnya yang sudah membengkak. Kulakukan gerakan menekan sambil memutar pada buah zakarnya. Lee refleks membuka pahanya saat ku remas dengan lembut kedua telurnya.
Aku tidak tahan lagi. Segera ku tanggalkan celananya dan ku tarik lepas. Kini tinggal CD hitam saja yang menutupi benda sasaranku. Tampak sekali CD ketat itu hampir tak muat menahan penis yang bengkak itu, sampai ujung kepala penis itu sedikit keluar. Tanpa membuang waktu langsung kuciumi dan ku gigit lembut benda di balik CD itu. Lee mengerang. Ku remas-remas kedua pantatnya. Kemudian kuarahkan jilatanku di kedua pangkal pahanya. Kuhirup aroma maskulin dari selangkang pemuda yang masih innoncent ini. Dia makin kuat mengerang. Menggelinjang sambil mengangkat pantatnya. Kuarahkan seranganku ke pahanya.
Kuangkat sebelah kakinya dan ku ciumi dari lututnya kemudian naik terus sampai pangkal pahanya dan ketika sampai di gundukan nya aku gigit sambil ku hisap sampai CD itu basah oleh air liurku. Sengaja aku tidak terburu main oral dan terus melakukan rangsangan pada Lee, supaya kantung zakarnya makin penuh dan pasti tembakan spermanya akan lebih melimpah. Lee kulihat sudah tidak tahan lagi. Kulepas CD nya dan tampaklah benda 14cm yang sudah menegang keras. Ternyata dia di sunat.
Ku mainkan lidahku menyapu kulit bawah penisnya, terus keatas dan ketika sampai di ujungnya kukulum topi baja yang merah mengkilat itu. Kuhisap sambil lidahku memilin kulit yang tersisa dari sunat. Tak kuhiraukan lenguhannya dan goncangan tubuhnya yang menahan kenikmatan yang belum pernah dia rasa sebelumnya. Buah zakarnyapun tidak luput dari mulutku. Kulumat dan kumainkan dengan penuh gairah sementara batangnya kukocok naik turun. Lee mencengkeram kuat rambutku saat penisnya kubenamkan dalam mulutku setelah puas kulumat dan kuhisap sampai urat-uratnya mulai bermunculan. Kubenamkan sampai mulutku mentok di perutnya. Kutahan nafasku agar tidak tersedak. Lalu ku lakukan gerakan menelan sembari menghisap. Lee merintih pelan, tubuhnya mengejang.
Sambil menghisap kuat aku keluarkan penisnya sehingga penis itu keluar dalam keadaan setengah kering. Ku telan habis ludah yang telah merendam penis Lee. Terasa begitu sedap, membuatku ingin segera menikmati air kentalnya. Kembali kuulangi permainanku pada Lee. Semakin cepat ku keluar-masukkan penisnya sambil kuhisap dan tanganku meremas-remas telurnya. Lee tidak hentinya mengerang selama permainan. Setiap kali penisnya kuhisap keluar, pantatnya ikut terangkat. Dan saat ku lakukan gerakan menelan, erangannya menjadi desisan.
Bersambung . . . .