Tony membiarkan sejenak aku menikmati lehernya sebelum kembali di bimbingnya aku untuk kembali berciuman. Setelah beberapa saat berciuman, Tony menekan tubuhku untuk berbaring. Direntangkannya tanganku sehingga dadaku terbuka di hadapannya. Lalu di lepaskannya celana jeansku hingga tinggal CD saja di badanku. Wajahku terasa hangat entah oleh nafsu ataupun karena masih sedikit malu.
Sambil matanya menatapku yang terbaring pasrah, tangannya mengelus-elus kedua pahaku. Ku tahan nafasku yang mulai memburu. Tony juga membuka kaus lengan panjangnya. Ketika dia membuka kancing celana jeansnya aku melihat gundukan yang memehuni CD putihnya seakan berontak mau keluar. Saat Tony menindihku, aku menyambut dengan dekapan dan aku remas-remas punggungnya dengan gemas. Di serangnya leher dan bibirku dengan ciumannya sambil badannya bergerak menekan tubuhku sehingga penis kami yang sudah mengeras saling menekan.
Aku peluk tubuhnya yang hangat. aku dekap dan kunikmati kehalusan kulitnya seakan enggan aku lepaskan lagi. Tiba-tiba Tony melepaskan diri dari pelukanku dan duduk menghadapku. Diangkatnya paha kiriku. Di belainya serta di gigitnya lututku dengan mesra. Aku menggelinjang karena rangsangan yang semakin menjadi. Dan tangannya terus naik sampai ke pangkal pahanya. Di sana dia meremas dengan lembut buah zakarku. Terasa kehangatan yang nikmat. Aku pejamkan mata menikmati sentuhan tangannya yang mulai merambah batang pelirku.
"Euh, Tony."Aku menggeliat manja saat dia juga meraba dan mengusap dadaku.
Putingku di pilin-pilinnya sehingga nikmatnya menjalar sampai ke batang penisku. Tony kemudian mengeluarkan penisku dari CD dan mulai mengocoknya sambil di remas-remas. Diusapnya kepala penisku yang licin mengkilat hingga aku menggelinjang geli. Dia mendekatkan mulutnya dan menjilati bagian kepala batangku. Kedua telurku di genggamnya dengan tangannya yang hangat dan di tariknya kebawah sehingga batang penisku yang keras makin tegak menjulang dan semakin kekar.
Aku mengejang menahan kenikmatan saat kepala penisku di kulumnya. Kehangatan rongga mulut dan jilatan lidahnya yang menghisap kepala penisku membuatku tak sadar mengigit bibir bawahku sambil tanganku meremas-remas rambut Tony yang asyik dengan jilatannya. Dia mulai mengeluar masukan kepala sampai ke leher penisku sambil menghisapnya. Lidahnya bermain di bawah kepalanya membuatku terkejang-kejang.
Sesekali dia melepaskan kulumannya dan menjilati penisku yang uratnya bermunculan dan di gigitinya dengan lembut. Tangannya meremas pantatku dan tangan yang lain bermain mengusap putingku. Rupa-rupanya Jin Yong mulai terangsang melihat perbuatan kami. Dia bangkit dari tempatnya dan duduk di sampingku yang sedang kelojotan merasakan kenikmatan penisku yang di hisap kulum oleh Tony.
Tanpa membuang waktu lagi Jin Yong melepaskan pakaiannya sampai tak ada sehelai benangpun di tubuhnya. Penisnya sudah berdiri dengan ukuran kepalanya yang termasuk cukup besar bila di bandingkan dengan batangnya. Dan kepala itu sudah bengkak kemerahan. Saat dia bertelut di dekatku aku raih penisnya dan aku remas kepalanya. Buah pelirnya yang besar bergantungan membuatku bernafsu untuk mengulumnya. Meski badannya kurus, barang Jin Yong termasuk besar.
Semakin aku remas, penisnya semakin keras dan panas. Tiba-tiba Jin Yong bangkit dan mengambil bantal sofa. Diganjalnya kepalaku dan dia berlutut diantara ketiakku. Diangkatnya kepalaku mendekat ke penisnya sambil dia menekan pantatnya. Kusambut kepala penisnya dengan mulutku yang kubasahi dengan ludah yang banyak untuk pelicin. Supaya penisnya dapat keluar-masuk dengan lancar di mulutku.
Aku lumat kepala penisnya yang merah mengkilat. Aku pulas dengan lidahku yang kulumuri dengan ludah. Makin lama mulutku makin dalam menelan batang penisnya sampai seluruh batangnya basah dengan liurku. Aku ketatkan kulumanku dan aku keluarkan penisnya dengan hisapan yang kuat. Jin Yong meringis menahan geli. Di tekannya pantatnya lebih dalam lagi. Aku ulangi hal itu berkali kali sampai Jin Yong mendesis-desis nikmat.
Aku julurkan lidahku menyapu saluran bawah penisnya sembari kulakukan gerakan menelan dan melumat. Jin Yong mengeluar masukan penisnya dengan lancar dalam mulutku dan sudah dapat mengatur irama gerakannya. Kemudian Jin Yong meluruskan kedua kakinya dan menahan badannya dengan kedua tangannya seperti posisi sedang push up. Saat dia menaik-turunkan pantatnya, aku menahan pahanya dengan kedua tanganku supaya penisnya tidak menerobos terlalu dalam di kerongkonganku.
Aku membantu irama gerakan Jin Yong dengan tanganku. Sedangkan aku sendiri setengah mati menahan kenikmatan yang diberikan Tony dengan permainan oralnya. Batang penis Jin Yong terasa hangat memenuhi rongga mulutku. Aku lumati seperti anak kecil melumati ice cream dan aku telan cairan ludahku yang bercampur dengan precumnya. Setiap kali penisnya menelusup aku buka lebar rongga mulutku agar batang itu dapat masuk sedalam-dalamnya dan kemudian aku ketatkan kulumanku dan kuhisap kuat saat dia menarik keluar penisnya.
Dan kepalanya pelirnya yang besar akan tertahan lalu aku sedot sampai Jin Yong menggelinjang. Saat melumat batang penisnya lidahku merasakan urat-urat yang menonjol di permukaannya. Mungkin merasa penat dengan posisinya, JinYong lalu bangkit dari atas tubuhku dan kembali duduk di sampingku. Karena tidak lagi di sibukan dengan JinYong, kuluman dan sedotan Tony di penisku kembali membikin aku menggeliat. Jin Yong merentangkan kedua tanganku dengan menggenggam pergelangannya
Aku sambut dengan mesra bibirnya saat dia menciumku.
Kupejamkan mataku untuk menikmati. Aku paling suka dengan ciuman Jin Yong. Dia pandai membuat perlawanan bibirku menjadi penyerahan. Gigitan, kuluman dan jilatan lidahnya pada mulutku membuat aku lebih memilih diam menikmati sambil sesekali balas melumat. Dari bibirku dia mulai merambati muka dan leherku dengan jilatan dan gigitan kecil. Bagian belakang telingaku di jilatinya dan cupingku di gigitinya.
Baru beberapa minggu bergaul denganku, Jin Yong sudah tahu cara untuk memuaskanku dan membangkitkan gairahku. Aku sudah tidak dapat berbuat apa-apa selain mendesah sambil menggelinjang menahan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Sambil terpejam-pejam aku mendongak ketika leherku di di sedoti Jin Yong dengan mesra. Dan Tony pun semakin semangat dengan aksinya di bagian bawah saat melihat Jin Yong menggarap bagian atasku. Seluruh batang penisku di kulumnya hingga kehangatan mulutnya terasa nyaman dan menyelimuti batang penisku yang keras seperti kayu.
Dan saat dia menarik keluar sambil menghisap kepala penisku, pantatku sampai ikut terangkat karena nikmat. Aku menggeliat, mengejang dan kubuka pahaku lebih lebar saat Tony mengulum kedua telurku bergantian. Penisku yang makin berdenyut terasa geli dengan kocokan tangan Tony yang sudah basah oleh air liurnya. Dia mengocok naik-turun dengan tangannya yang licin sehingga rasanya nikmat sekali. Melihat aku blingsatan oleh Tony, Jin Yong menambahi kenikmatanku dengan menghisap puting dadaku bergantian.
"Auch, Ough.." Aku mengejang dan meronta.
Tetapi kedua pergelangan tanganku di genggam erat oleh Jin Yong. Rasanya seperti nyawaku tercabut dari badanku. Perpaduan antara geli dan nikmat membuatku seperti cacing kepanasan. Seumur hidup baru kali ini aku merasakan nikmatnya di cumbui lebih dari satu orang. Semakin liar aku menggeliat ketika lidah Jin Yong juga menari menggelitik pinggang dan sekitar perutku. Bahkan ketiakku yang tak begitu banyak bulu juga dia serang dengan ciumannya. Sambil bernafas tersengal-sengal aku terus meliuk-liuk keenakan. Sementara itu Tony juga menahan kedua pahaku supaya tetap terbuka sambil terus mengocok penisku keluar-masuk dalam rongga mulutnya.
Dia benamkan penisku dalam-dalam sambil di hisapnya. Entah tehnik apa yang dia pakai sehingga aku merasa begitu nikmat. Kehangatan dan usapan tangannya yang merambah pahaku semakin menambah gairahku yang membara. Tak tahan di serang atas-bawah oleh dua orang yang sudah berpengalaman, membuat buah pelirku terasa panas dan berat. Penisku juga semakin keras dan tegang. Tubuhku mengejang dan pantatku terangkat beberapakali saat kucoba menahan sesuatu yang hendak meledak keluar dari dalam tubuhku.
"Ouuh.. Aku sudah mau keluar.." Pekikku.
Melihat aku hendak mencapai klimaks, Tony dan Jin Yong semakin giat dengan aksinya. Tony menancapkan penisku dalam-dalam sambil di lumatnya kuat-kuat di sertai hisapan. Dan Jin Yong menjilat-jilat kedua putingku seperti orang kelaparan.
"Aach, aach.." Pekikku sambil menggelepar saat cairan kenikmatan itu muncrat keluar dari tubuhku.
Badanku seperti melayang dalam surga kenikmatan saat penisku beberapakali menembakan sperma kedalam mulut Tony.
*****
masih adakah di lubuk hatimu
cinta yang telah ku materaikan
yang pernah kita rasa bersama
dalam musim dan masa
masih hadirkah di sudut batinmu
rindu yang telah kutitipkan
biar menemani langkahmu
mengisi sepi yang meronta
Bersambung . . . .